Destiny Of Life Behind The Past (Cerpen)
Hidup adalah suatu pilihan
Entah itu sesuai kehendak ataupun keterpaksaan
Jalani itu semua dengan angan di masa depan
Jangan toreh masa lalu, tapi pelajari masa lalu
***
Keributan yang terdengar ini memang tak sampai membuat gempar para warga, namun keributan ini cukup membuat gempar para penghuni rumah ini. Tepatnya terdengar dari dalam sebuah rumah mewah yang berada di sebuah kawasan perumahan elit, kota berlin Jerman. Begitu ricuh terdengar, gertakan dari salah satu pihak terkesan memojokkan si pihak lain, dan jawaban yang terlontar dari pihak terpojok pun tak kalah sengitnya, yah seperti guntur terhantam guntur yang lain. Tak ada satupun yang berniat mengalah. Keras kepala. Yah sepertinya masalah yang mereka ributkan memanglah besar. Maybe.
“oma, I said I do not want to Indonesia. (oma, aku bilang aku gak mau ke Indonesia)” ujar seorang gadis pada seorang nenek tua yang ia sebut –oma- itu, terkesan membentak memang.
“ify, grandma says you have to high school in Indonesia, has not denied. (ify, oma bilang kamu harus SMA di Indonesia, sudah jangan membantah)” jawab sang oma tak kalah membentak.
“but oma, I do not want to meet them, so what should be in Indonesia ?. (tapi oma, aku gak mau ketemu sama mereka, memangnya kenapa harus di Indonesia ?)” sangkal gadis –ify- itu dengan keras.
“already ify obey just oma, do not argue. You leave the plane tonight at 07.00, so get ready for it. You will be staying at grandma’s house it there, do not worry oma have prepared everything for your high school uniform, cars, and also assistant who will serve you. Understand !. (sudah ify turuti saja oma, jangan membantah. Nanti malam pesawat kamu berangkat pukul 07.00, jadi siap-siap saja. Kamu akan tinggal dirumah oma yang disana, jangan khawatir oma sudah menyiapkan semuanya, mulai dari seragam SMA kamu, mobil, dan juga pembantu yang akan melayani kamu. Mengerti !)” paksa sang oma, ify hanya menunduk siapa yang bisa membantahnya ?, entahlah. Tapi haruskah ia selalu menuruti segala keinginan omanya itu untuk pergi ke Indonesia dan bertemu mereka ?. ahh shitt.
“yes it is up to oma. (ya sudah terserah oma saja)” jawab ify berat, ia hanya bisa pasrah. Selalu saja ia yang pasrah dan pasrah pada akhir perdebatan mereka. Yah mungkin itu lebih baik.
ify pergi ke kamarnya meninggalkan sang oma yang mungkin sangat marah padanya. Marah ? tentu saja, tapi apa daya ia tak bisa melawan kehendak sang omanya itu, pasrah. Yah itu yang selalu ia lakukan, bukan tak ayal lagi ia untuk membantah tapi gertakan sang omalah yang selalu dijadikan alasan bagi dirinya terus bertahan dalam segala kekangan dalam hidupnya. Berontak ?, sudah ia lakukan. Tapi apa ?, nihil bukan ?. lupakan.
‘BRUKK’
Pintu kamarnya ia banting keras begitu saja, mengakibatkan seluruh pelayan di rumah itu terlonjat kaget, dan mungkin mereka juga sempat terhanyut akan perihnya tekanan batin yang sedang melanda nona majikannya itu. Namun mereka hanya bisa melihatnya dengan miris.
-kamar ify-
ify menjatuhkan dirinya di kasur, rasanya ingin marah, semuanya, ingin rasanya meluapkan semua emosi yang sedari tadi terus memuncak, yang selama ini ia pendam.
“arrggghhh, kenapa sih ?. selalu saja memaksa, memaksa, dan memaksa yang oma lakukan. Oma sama sekali gak pernah ngerti sama perasaan gue” kesal ify, tentu kesal. Sudah bertahun-tahun ia tinggal di jerman bersama sang oma, dan bertahun-tahun juga ia selalu terkekang dengan sikap omanya, selalu saja ada paksaan harus inilah harus itulah. Capek rasanya. Ia pun terlelap, untuk beberapa jam, mungkin sebelum akhirnya ia harus pulang lagi ke Indonesia.
Takkah mengerti akan kegalauan yang tercipta ini ?.
Bertahan akan setiap kekangan yang selama ini melandanya
Justru itu yang membuatnya menjadi seorang pembangkang.
***
-Ify’s POV-
Aku terbangun, terhenyak, tersadarku akan keberadaanku.
“ternyata sudah sampai” desahku, yah sampai. Akhirnya aku sampai di negeri tercintaku lagi Indonesia, sungguh bukan jarak yang begitu dekat, cukup memakan waktu lama untukku sampai disini.
Serentak ku teringat akan semua keputusanku beberapa waktu lalu. Yah tentu saja aku harus pergi meninggalkan sebilah kota itu, dan kembali ke asalku, dimana aku terlahir, tempat saat pertamaku melihat akan indahnya dunia ini. Haruskah aku bahagia ?, atau sebaliknya ?. aku memang senang kembali ke Indonesia, sekedar ingin mengetahui bagaimana perkembangan Negara tercintaku ini, tapi mengapa berat rasanya menginjakan kaki ini ?. aku terlalu takut, bayangan masa lalu itu akan kembali terbayang dalam benakku.
Aku berjalan, mencari taxi untuk mengantarku ke tempat dimanaku akan singgah dan menetap disini.
“ahh, akhirnya dapet taxi juga” ujarku pelan, sedikit menyunggingkan senyuman kecil, tak salah bukan ?.
Selama di taxi, ku edarkan pandanganku kearah jendela mobil, melihat berbagai aktivitas para penduduk itu. Satu titik ku lihat, ku perhatikan, satu objek yang menarik pandanganku. Mereka berdua, tepatnya sepasang kekasih itu. Mereka asyik bercanda, bersenda gurau dengan mesranya. Terlintas sekilas bayangan masa laluku itu, aku tersenyum mengingatnya, ada rasa ingin kembali lagi ke masa itu, bagai tertarik magnet yang sangat kuat.
::Flashback On::
“Hari yang begitu cerah” gumamku, aku berada di sebuah taman, taman tepat di tepi danau kecil. Pagi ini kurasa mentari memang sedikit lebih menyapakan cahayanya, begitu hangat padahal embun pagi ini belum surut sepenuhnya tertelan sinarnya dan juga sekarang masih pukul 06.30 pagi. Seharusnya dingin bukan ?, ah entahlah.
Burung-burung berkicau ria
mengepakan sayapnya begitu indah
Embun pagi pun mulai berlunturan
seakan mengalah akan sapaan sinarnya
kuedarkan pandanganku ke segala arah, ku harap ia telah datang. Ia seseorang yang begitu berarti di hidupku, seseorang yang sukses menarikku dari kepekatan lubang hitam akan terpuruknya hidupku dulu. Dimana dulu aku begitu kesepian, ayahku tega membiarkanku hidup sendiri di sini, dan mengajak kakakku tinggal bersamanya, setelah kematian ibuku. Tega bukan ?, aku yang baru berumur 5 tahun, ditinggal begitu saja dirumah sebesar ini, tinggal hanya dengan seorang pembantu, untung saja aku masih mempunyai oma, oma yang bersedia merawatku, membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Tapi penuh akan paksaan. Yah mungkin tepatnya aku seperti Boneka untuknya.
Gelap, ya tuhan kenapa ini ?, aku dimana ?. oh tidak, tangan ini ?, siapa yang menutup mataku ?. hei tolong jangan bercanda.
“hei, siapa ini ?, tolong lepas” berontakku, tentu aku kaget akan perlakuannya, seenaknya saja menutup mataku. Ku dengar ia tertawa, dan berkata.
“hhaha, ayo tebak siapa aku ?” tanyanya, tentunya dengan tawanya. Ah kurasa aku mengenal suaranya, apa ia rio ?. yah ia pasti rio.
“rio, lepas dong tangannya, rese kamu” tebakku, yah aku memang benar ia rio, seseorang yang kuceritakan tadi. Ia melepas tangannya dari mataku, aku sengaja pura-pura ngambek dengan menggelembungkan pipiku dan melipat kedua tanganku didadaku. Rio berjalan ke depanku, senyumnya semakin merekah, melihat wajahku. Lucu pikirnya. Maybe.
“heii, ayolah aku hanya bercanda, jangan ngambek dong” ia berjongkok di depanku, memegang tanganku dan merajukku dengan memasang tampang lucu.
Hhaha, lucu. Wajahnya menirukan ekspresi yang menggelikan menurutku, aku sempat bertahan agar tidak tertawa. Tapi akhirnya aku tertawa juga.
“hhaha, rio lucu. Hhaha, sudah berhenti rio hhah” tawaku, aku senang didekatnya. Aku selalu tertawa dibuatnya. Oh sungguh tuhan terimakasih kau mengirimnya untukku, dan aku sangat beruntung karena ia milikku. Yah dia kekasihku.
“nah gitu dong ketawa, jadikan lebih cantik” godanya, seketika wajahku memerah karenanya. Ahhh aku malu.
“ihh rio, apaan sihh” jawabku malu, sungguh aku terbang dibuatnya kali ini. Memang beruntung aku.
Aku pun menghabiskan hari ini bersamanya. Tertawa bersama, bercanda ria dengan mesra. Ohh sungguh hari yang menyenangkan.
::Flashback Off::
Air mata yang sedari tadi ku tahan akhirnya jatuh juga. Sungguh aku tak sanggup kehilangannya, mengenangnya adalah hal yang paling aku benci, mengapa ?. karena hanya dengan mengingatnya saja aku selemah ini, aku yang tegar di hadapan oma, bisa lemah seketika ku mengingat semua tentangnya. Sungguh. Mengapa aku harus mengingatnya ?, mengapa bayangan itu kembali muncul di pikiranku. Tuhan hilangkan ingatan itu dari otakku.
***
Hari ini adalah hari dimana aku akan kembali bersekolah. Tentu di SMA pilihan oma, yah aku harap aku akan mendapat sahabat baru yang menerimaku apa adanya. Semoga.
Setengah hari ku lalui disekolah baruku ini, semua siswanya baik dan ramah, aku juga telah memiliki sahabat baru, dan akan menjadi sahabatku selamanya. Shilla, ashilla zahrantiara seorang siswi yang lumayan pintar, cantik, baik, ramah dan tentunya menerimaku apa adanya. Menerima sikapku yang dingin, terkesan cuek memang. Tapi sungguh aku beruntung bisa bersahabat dengannya, aku menyayanginya, aku menghormatinya sebagai sahabat terbaikku. Meski aku tak berniat sedikitpun mengenalnya lebih dalam. Cukup seperti ini saja.
Aku berjalan menuju kantin bersama shilla sahabatku, aku berjalan saling berangkulan, tertawa, saling mengejek pun aku lakukan sepanjang koridor sekolah. Aku sama sekali tak peduli akan anggapan para siswa lain, yang ku pikirkan hanyalah berdiri di satu titik, dan tetap tegak berdiri disana, bersama sahabatku.
Tak peduli akan angin yang berhembus kencang
Berlomba tuk saling hantam menjatuhkanku
Tapi lihat aku memilikinya
Ia seperti sayap bagiku, akan selalu berseru dan menjauhkanku
Akan bahaya yang akan menghadang ataupun kelamnya masa lalu
Sahabat. Ia kunamakan sahabat.
***
Siang kan berganti petang
Mentari pun sedikit demi sedikit kan kembali ke peraduannya
Begitupun masa lalu yang kan berganti masa depan
Semua kabut bayangan akan masa lalu tak ayal membuatnya membisu
Bahkan jika ia mau, sebuah masa lalu bisa membuatnya menjadi masa terburuk
Dan masa depan itulah hidupmu
Tinggalkan masa lalu sebagai cermin masa depan
Meski tak kunjung lenyap diterkanya
Ku edarkan pandanganku ketika ku terduduk disalah satu bangku taman disekolahku. Tentu dengan shilla di sampingku. Ku melihatnya, ahh kurasa aku mengenalnya, dari mulai postur tubuhnya, segelintir ukiran maha sempurna diwajahnya, dan sebuah masa laluku. Yah ku ingat dia, sebuah masa lalu, yang sedikitpun aku tak mau mengingatnya, kembali akan masa itu, masa dimana saat pertama kalinya keterpurukanku datang. Merenggut semua hasrat jiwa, tertarik dalam magnet lubang hitam pekat. Tuhann sadarkan aku, aku mohon jangan kembalikan ingatan itu.
Tubuhku terpaku, aku tak mengerti akan hatiku. Benci, rinduku menjalar, ku ingin memeluknya. Tapi raga ini seakan membeku tak dapat ku gerakkan. Mulutku terkunci, aku diam menmbungkam. Sampai akhirnya shilla menyadari perubahan sikapku.
“hei ify !, kamu kenapa ?” Tanya shilla padaku, aku masih terdiam. Aku tak tau harus apa.
“fy, ify. Heii ify” tegurnya sedikit mengguncangkan tubuhku. Seketika aku tersadar, aku berbalik menatap shilla. Terlihat raut wajah kebingungan dari shilla.
“ehh, aku tak apa” jawabku gelagapan, sedikit kaget. Tapi aku mencoba mengaturnya dengan seulas senyuman.
“kamu melamun, atau ada masalah ?” tanyanya kembali, aku masih tersenyum. Kuputar otakku, mencari alasan yang tepat untuknya.
“enggak kok, aku gak apa-apa” jawabku, aku kembali menatap lelaki itu, sosok yang mungkin dulu pernah muncul di masa laluku.
“ohh ya shil, dia siapa ?” tanyaku pada shilla, ku tunjuk lelaki itu, walau aku tak ingin sebuah lampiran masa lalu kembali. Tapi aku sedikit penasaran dengan lelaki itu.
“ohh dia, dia Gabriel. Gabriel stevent damanik, anak kelas XI-I, kakak kelas kita. Memang kenapa ?” jelas shilla, ia menatapku heran. Aku kembali menunduk, tanganku ku kepalkan, ternyata memang benar, dia Gabriel. Tuhan jangan kau putar lagi masa lalu tersuram itu. Kumohon. Tapi gagal, semuanya terbayang seketika, semuanya berputar di otakku. Kembali mengingatkanku akan sosok lelaki itu, seseorang yang masih satu darah denganku. Dan kepahitan akan semua sikapnya padaku dulu. Kumohon hentika tuhan.
::Flasback On::
“papa, jangan bawa kak iel pergi pa” tangis seorang gadis kecil menderu, kesedihan yang amat sangat dalam dirasakannya. Bagaimana tidak ?, seorang ayah dengan teganya pergi meninggalkan dirinya, dan juga membawa kakak semata wayangnya itu.
“diam ify, kakakmu akan tinggal bersama papa, dan kamu akan tinggal bersama oma. Mengerti” jelas sang ayah, tentu hati gadis kecil itu begitu sakit. Begitu berharganyakah kakaknya dimata ayahnya, sehingga ia memilih untuk mengurus kakaknya ?. kejam.
“papa, jangan tinggalin ify pa. ify sayang papa, ify juga sayang kak iel” tangis gadis kecil itu semakin menjadi. Siapa yang tak akan menangis, gadis sekecil itu harus ditinggal papanya sendiri dan memilih kakaknya untuk tetap bersamanya. Sedangkan ia hanya dititipkan bersama omanya. Sakit akan batinnya semakin mendalam. Miris.
“sudah fy, kakak mau sama papa. Kakak gak mau tinggal sama kamu” lirih anak lelaki itu –iel- kakaknya. Dan kata itu dengan gampangnya menembus hati gadis kecil itu. Sakit, sakit hatinya bertambah akan sikap kakaknya itu. Gadis itu terduduk di lantai, mengepalkan tangannya, menangis tersedupun tak akan mengembalikan keadaan. Mereka pergi, meninggalkannya yang masih terduduk dengan sejuta kebencian yang terus menyelimuti hatinya. Tak kah mereka iba ?.
“aku benci papa, aku benci kakak” lirihnya, ia melipat kakinya, menenggelamkan seluruh wajahnya, menangis sepuasnya dengan di sangga kakinya. Batinnya terlalu terhoyak, hatinya begitu sakit akan semuanya. Kepergian sang mama yang dipanggil tuhan, dan kepergian papa dan kakaknya ke belahan benua lain, dan melupakannya, melupakan akan kehadirannya di dunia ini. And this is destiny.
::Flashback Off::
Air mataku jatuh seketika, lampiran masa lalu itu begitu saja berputar di otakku. Membuat sesak di dadaku ini semakin menjadi. Hatiku kembali teriris mengingat hal itu, entah mengapa semuanya begitu jelas terbayang di otakku.
“arrgggghhh, jangan pergii, jangan pergii” teriakku, aku terduduk di lantai kamarku, bayangan itu begitu nyata di mataku. Ku lipat kakiku, mencoba menghapusnya.
“hhiks…hikss, jangan pergi, jangan tinggalin aku” lirihku, aku menangis seperti dulu. Sebuah masa lalu yang masih utuh tersimpan dalam benakku yang terdalam. Begitupun sakitnya, sangat sakit.
“kalian jahat, gue benci sama kalian, gue benci” teriakku parau. Kacau, yah keadaanku kacau. Semuanya membuatku gila, kenangan yang membuatku kembali terpuruk. Ohh tuhan selamatkan aku. Tarik aku dari lubang hitam ini lagi tuhan.
‘rio, tolong gue’ batinku menjerit memanggil rio. Tapi itu mustahil, semuanya tak akan kembali, ia telah pergi. Semuanya hanya sebuah masa lalu. Termasuk rio.
Bayang-bayang serpihan masa lalu itu kembali, menyapakunya kembali. Mengajakku kembali untuk menjamah masa laluku yang suram itu. Tuhan tolong aku.
Kejadian itu terekam kembali di otakku, memaksaku memutarnya, aku tak sanggup tuhan. Penyesalanku kembali datang, menghantuiku. Semuanya kembali, menyalahkanku. Akan takdirnya, aku menyesal dengan semua ini. Sungguh aku benci dengan masa laluku. Tolong aku.
“maaf…maaf…maaf rio” lirihku, semua kejadian itu kembali memenuhi pikiranku. Penyesalanku kembali menyeruak di dalam benakku. Semuanya terasa hambar, takdir ini, semuanya hanya fase kehidupan biasa. Kumohon jangan kembali ke masa itu. Batinku menjerit.
Batinku tersiksa, hatiku sakit bak terpanah panah beracun. Semuanya salahku, itu semua salahku. Ya tuhan Bantu aku.
Gambaran akan sebuah masa lalu
Terhampar bertebaran di seluruh belenggu jiwa
Kesadaran akan kesalahan terbesar akan menyeruak
Sebuah penyesalan itu menyakitkan bukan ?.
Terhantui akan penyesalan sekecil apapun
Getirnya mengunci kesungguhan akan arti hidup masa depan
Dan semua akan terbayang tak lenyap satu bayangpun darinya
Dan sesuatu yang telak sudah terjadi tidak akan terulang lagi
Maka tinggalkanlah
::Flashback On::
“hhaha rio tunggu aku” teriak seorang gadis remaja yang tengah berlarian, sepertinya memanggil nama seseorang untuk menunggunya. Tawanya begitu lepas, tak sedikitpun terlukis rasa letih di wajahnya. Sungguh menyenangkan.
“hhaha, ayo fy kejar aku. Hhaha” balas seorang remaja lelaki –rio- itu kepada gadis yang di sebutnya ify. Ia berlari menghadap kearah ify, sesekali tertawa, wajahnya begitu ceria, sorot matanya yang teduh tak melambangkan rasa letih sedikitpun di dirinya.
Begitulah mereka, sepasang anak manusia yang sedang berpadu kasih. Begitu bahagia terpancar dari wajah mereka berdua. Tawa ria, canda gurau pun tak sekali dua kali terlontar dari satu sama lainnya. Mereka begitu tenang, tak ada rasa letih di keduanya. Mereka terus berlari, mengelilingi sebuah taman di tepi danau indah nan asri ini.
Hhahh, sungguh ajaib bukan ?. ada tempat sesejuk ini di kota seperti ini, jakarta siapa yang tak tahu Jakarta ?, yah kota dimana semua orang bekerja keras banting tulang mencari nafkah. Kendaraan yang berlalu lalang pun tak sedikit yang meluapkan gas karbon.
Dan tempat ini sungguh berbeda dengan tempat lain, sejuknya udara sang alam begitu terasa, begitu juga hamparan danau yang indah nan asri yang membentang luas ini memberi kesan tersendiri bagi si penikmat pemandangan ini. Ohh sungguh nyaman.
“hhost…host…fy duduk dulu yuk, aku capek” ajak rio pada ify. Nafasnya tersenggal-senggal akibat berlari kesana kemari. Tapi tetap saja tak terlihat guratan rasa letih di keduanya.
“host…yaudah yuk” sambut ify. Mereka duduk di sebuah bangku di tengah taman itu. Keringat pun meluncur bebas dari pelipis mereka.
“yo, kamu tunggu disini yah !, aku mau beli minum dulu” ujar ify pada rio. Rio menanggapinya dengan senyuman termanisnya. Senyuman yang bisa membuat semua orang merasa tenang. Sungguh.
Ify berjalan kearah sebuah warung pinggir jalan dekat taman itu, ia berjalan sambil sesekali bersenandung kecil. Tiba saat menyebrang, ia tak melihat kesekelilingnya. Tepat di tengah jalan, sebuah truk dengan kecepatan tinggi melesat tepat kearahnya.
‘AAAAAAAAAAAAA’
“IFFFYYYYYYYY”
Ify menutup matanya, sebuah dorongan kuat menyentuh punggungnya. Ia tersungkur di tepi jalan aspal itu, sikunya sedikit berdarah, pelipisnya pun sedikit terbentur trotoar jalan, membuatnya sedikit limbung, tapi ia tahan sekuat tenaga. Ia tatap sekeliling, ia kira ia sudah mati, karena semuanya buram. Tapi kenapa semua orang berkerumun disana ?, ada apa ?. kenapa ?.
Ify berjalan kearah kerumunan orang tersebut, dengan kaki yang ia seret akhirnya ia bisa melihat dengan jelas siapa, bagaimana dan kenapa ?. ia temukan semua jawabannya disana. Seketika ia terduduk, air matanya terjatuh, dan semakin deras. Bagaimana tidak ?. lihat orang itu, penyelamat itu kekasihnya sendiri yah rio.
‘JDEERRR’
Hatinya hancur, dadanya sesak, kepalanya pusing, semuanya sakit, tak terkecuali batin dan jiwanya yang terguncang. Melihat keadaan rio yang memang menyedihkan. Terbaring lemah tak berdaya, bersimbah darah di sekujur tubuhnya. Tuhann tegarkan ia. Tulang kakinya melemas, semuanya kesalahannya, dia yang telah membuat rio seperti ini, ia tak bisa menghindari takdir itu, shitt.
“riooo, rioo, bangun rio” teriak ify, dirangkulnya jasad bersimbah darah itu, kekasihnya tak berdaya. Semuanya kesalahannya.
“rio bangun rio, jangan pergi rio. Aku mohon” tangisnya pecah, semuanya serasa tak adil. Mengapa ini semua harus terjadi padanya ?, kenapa ?.
“riio maaf, aku yang salah. Aku yang ceroboh, rio plis bangun” teriaknya parau. Sungguh tak sanggup batinnya memikul beban seberat ini, hatinya terlanjur hancur, semua karenanya.
“jangan nangis fy, aku sayang kamu. Sampai kapanpun kamu yang selalu dihati aku, semuanya takdir, bukan telak kesalahanmu” ujar rio terbata-bata, dan akhir dari semuanya nafasnya tak lagi bergemuruh, nadinya tak lagi berdenyut. Rio tiada, apa semuanya kesalahan ify ?. tentu bukan. This is only a destiny.
Semuanya akan kembali padanya
Tak terkecuali raga ini
Tak ada yang abadi di dunia ini
Kita terlahir karenanya
Kita juga kembali kepadanya
Kita hanya seonggok manusia
Yang hidup hanya untuk menjalankan sebuah takdir
Tak ada yang dapat disalahkan dibalik semua ini
Semua ini hanya takdir yang tersurat atasnya
Bukan keinginan kita
Buka juga keinginan dirinya
Hanya sebuah fase kehidupan
Yang terbaluti takdir dibalik semuanya
::Flashback Off::
“rioo…maaf” ujarku miris, entah yang keberapa kali kata ini terucap dari bibirku. Dan itu tak akan mengubah takdir ini, semua yang telah terjadi tak mungkin terulang lagi.
Aku mencoba bertahan di atas kerapuhan yang tengah menimpaku saat ini, semuanya. Kesakitan hati yang begitu menusuk, kehancuran batin yang begitu menggebu, hantaman akan tercabiknya jiwa ini ku coba tepis sekasar mungkin. Demi dirinya yang telah pergi, demi semua yang telah terjadi. Mengusir semua penyesalan yang selalu menghantuiku.
Dan semua yang berkaitan dengan masa lalu, akan ku buang perlahan namun pasti, aku yakin pasti bisa. Dan semuanya pelajaran yang begitu berharga. Tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan begitu juga denganku bukan ?.
Aku tersenyum tipis, yah sudah kuputuskan. Masa lalu hanyalah cermin belaka yang berarti bagiku sekarang. Dan aku akan mencoba memulai hidup baruku di masa sekarang, dengan berpegang ke masa depanku.
Kehidupan bukan hanya sebuah jalan yang berliku
Kehidupan juga adalah sebuah fase bingkai pelengkap nyawa
Tujuan hidup bukan terletak dimasa lalu
Tapi terpampang di masa depan
Jalan kehidupan ini memang tak sejalan dengan apa yang kita mau
Tapi itu menjadikan sebuah pilihan
Dimana kita hanya di takdirkan hidup dalam satu pilihan
Dimana itu takdir akan selalu bisa kita ubah sesuai dengan harapan kita
Satu kuncinya hanya dengan berusaha
Takdir bukan hal yang lazim tersurat
Inilah kehidupan nyata
Bukan sesuatu yang bergantung atas imajinasi
Takdir akan berkata pada setiap manusia yang hidup
Takdir yang akan membawanya pada akhir pilihan
Ikuti takdir itu ataukah mengubah jalan takdirnya sendiri
Bukan kita yang menentukan akhirnya
Kita hanyalah seorang manusia yang hanya berpogoh padanya
Tapi tak wajib mengikuti takdirnya
Sebuah masa lalu bukanlah suatu hal yang telak dalam hidup ini
Maka tak ayal kita hanya manusia berbuat salah itu wajar
Justru karena ini hidup
Kita teruji akan tanggung jawab keseluruhan nafas yang kita hirup
Berpusat, berpusar, bertegap di satu titik
Inilah hidup, inilah fase kehidupan para manusia
Yang berpusat pada satu titik. Takdir
And this is destiny
Destiny of life behind the past
*TAMAT*
Entah itu sesuai kehendak ataupun keterpaksaan
Jalani itu semua dengan angan di masa depan
Jangan toreh masa lalu, tapi pelajari masa lalu
***
Keributan yang terdengar ini memang tak sampai membuat gempar para warga, namun keributan ini cukup membuat gempar para penghuni rumah ini. Tepatnya terdengar dari dalam sebuah rumah mewah yang berada di sebuah kawasan perumahan elit, kota berlin Jerman. Begitu ricuh terdengar, gertakan dari salah satu pihak terkesan memojokkan si pihak lain, dan jawaban yang terlontar dari pihak terpojok pun tak kalah sengitnya, yah seperti guntur terhantam guntur yang lain. Tak ada satupun yang berniat mengalah. Keras kepala. Yah sepertinya masalah yang mereka ributkan memanglah besar. Maybe.
“oma, I said I do not want to Indonesia. (oma, aku bilang aku gak mau ke Indonesia)” ujar seorang gadis pada seorang nenek tua yang ia sebut –oma- itu, terkesan membentak memang.
“ify, grandma says you have to high school in Indonesia, has not denied. (ify, oma bilang kamu harus SMA di Indonesia, sudah jangan membantah)” jawab sang oma tak kalah membentak.
“but oma, I do not want to meet them, so what should be in Indonesia ?. (tapi oma, aku gak mau ketemu sama mereka, memangnya kenapa harus di Indonesia ?)” sangkal gadis –ify- itu dengan keras.
“already ify obey just oma, do not argue. You leave the plane tonight at 07.00, so get ready for it. You will be staying at grandma’s house it there, do not worry oma have prepared everything for your high school uniform, cars, and also assistant who will serve you. Understand !. (sudah ify turuti saja oma, jangan membantah. Nanti malam pesawat kamu berangkat pukul 07.00, jadi siap-siap saja. Kamu akan tinggal dirumah oma yang disana, jangan khawatir oma sudah menyiapkan semuanya, mulai dari seragam SMA kamu, mobil, dan juga pembantu yang akan melayani kamu. Mengerti !)” paksa sang oma, ify hanya menunduk siapa yang bisa membantahnya ?, entahlah. Tapi haruskah ia selalu menuruti segala keinginan omanya itu untuk pergi ke Indonesia dan bertemu mereka ?. ahh shitt.
“yes it is up to oma. (ya sudah terserah oma saja)” jawab ify berat, ia hanya bisa pasrah. Selalu saja ia yang pasrah dan pasrah pada akhir perdebatan mereka. Yah mungkin itu lebih baik.
ify pergi ke kamarnya meninggalkan sang oma yang mungkin sangat marah padanya. Marah ? tentu saja, tapi apa daya ia tak bisa melawan kehendak sang omanya itu, pasrah. Yah itu yang selalu ia lakukan, bukan tak ayal lagi ia untuk membantah tapi gertakan sang omalah yang selalu dijadikan alasan bagi dirinya terus bertahan dalam segala kekangan dalam hidupnya. Berontak ?, sudah ia lakukan. Tapi apa ?, nihil bukan ?. lupakan.
‘BRUKK’
Pintu kamarnya ia banting keras begitu saja, mengakibatkan seluruh pelayan di rumah itu terlonjat kaget, dan mungkin mereka juga sempat terhanyut akan perihnya tekanan batin yang sedang melanda nona majikannya itu. Namun mereka hanya bisa melihatnya dengan miris.
-kamar ify-
ify menjatuhkan dirinya di kasur, rasanya ingin marah, semuanya, ingin rasanya meluapkan semua emosi yang sedari tadi terus memuncak, yang selama ini ia pendam.
“arrggghhh, kenapa sih ?. selalu saja memaksa, memaksa, dan memaksa yang oma lakukan. Oma sama sekali gak pernah ngerti sama perasaan gue” kesal ify, tentu kesal. Sudah bertahun-tahun ia tinggal di jerman bersama sang oma, dan bertahun-tahun juga ia selalu terkekang dengan sikap omanya, selalu saja ada paksaan harus inilah harus itulah. Capek rasanya. Ia pun terlelap, untuk beberapa jam, mungkin sebelum akhirnya ia harus pulang lagi ke Indonesia.
Takkah mengerti akan kegalauan yang tercipta ini ?.
Bertahan akan setiap kekangan yang selama ini melandanya
Justru itu yang membuatnya menjadi seorang pembangkang.
***
-Ify’s POV-
Aku terbangun, terhenyak, tersadarku akan keberadaanku.
“ternyata sudah sampai” desahku, yah sampai. Akhirnya aku sampai di negeri tercintaku lagi Indonesia, sungguh bukan jarak yang begitu dekat, cukup memakan waktu lama untukku sampai disini.
Serentak ku teringat akan semua keputusanku beberapa waktu lalu. Yah tentu saja aku harus pergi meninggalkan sebilah kota itu, dan kembali ke asalku, dimana aku terlahir, tempat saat pertamaku melihat akan indahnya dunia ini. Haruskah aku bahagia ?, atau sebaliknya ?. aku memang senang kembali ke Indonesia, sekedar ingin mengetahui bagaimana perkembangan Negara tercintaku ini, tapi mengapa berat rasanya menginjakan kaki ini ?. aku terlalu takut, bayangan masa lalu itu akan kembali terbayang dalam benakku.
Aku berjalan, mencari taxi untuk mengantarku ke tempat dimanaku akan singgah dan menetap disini.
“ahh, akhirnya dapet taxi juga” ujarku pelan, sedikit menyunggingkan senyuman kecil, tak salah bukan ?.
Selama di taxi, ku edarkan pandanganku kearah jendela mobil, melihat berbagai aktivitas para penduduk itu. Satu titik ku lihat, ku perhatikan, satu objek yang menarik pandanganku. Mereka berdua, tepatnya sepasang kekasih itu. Mereka asyik bercanda, bersenda gurau dengan mesranya. Terlintas sekilas bayangan masa laluku itu, aku tersenyum mengingatnya, ada rasa ingin kembali lagi ke masa itu, bagai tertarik magnet yang sangat kuat.
::Flashback On::
“Hari yang begitu cerah” gumamku, aku berada di sebuah taman, taman tepat di tepi danau kecil. Pagi ini kurasa mentari memang sedikit lebih menyapakan cahayanya, begitu hangat padahal embun pagi ini belum surut sepenuhnya tertelan sinarnya dan juga sekarang masih pukul 06.30 pagi. Seharusnya dingin bukan ?, ah entahlah.
Burung-burung berkicau ria
mengepakan sayapnya begitu indah
Embun pagi pun mulai berlunturan
seakan mengalah akan sapaan sinarnya
kuedarkan pandanganku ke segala arah, ku harap ia telah datang. Ia seseorang yang begitu berarti di hidupku, seseorang yang sukses menarikku dari kepekatan lubang hitam akan terpuruknya hidupku dulu. Dimana dulu aku begitu kesepian, ayahku tega membiarkanku hidup sendiri di sini, dan mengajak kakakku tinggal bersamanya, setelah kematian ibuku. Tega bukan ?, aku yang baru berumur 5 tahun, ditinggal begitu saja dirumah sebesar ini, tinggal hanya dengan seorang pembantu, untung saja aku masih mempunyai oma, oma yang bersedia merawatku, membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Tapi penuh akan paksaan. Yah mungkin tepatnya aku seperti Boneka untuknya.
Gelap, ya tuhan kenapa ini ?, aku dimana ?. oh tidak, tangan ini ?, siapa yang menutup mataku ?. hei tolong jangan bercanda.
“hei, siapa ini ?, tolong lepas” berontakku, tentu aku kaget akan perlakuannya, seenaknya saja menutup mataku. Ku dengar ia tertawa, dan berkata.
“hhaha, ayo tebak siapa aku ?” tanyanya, tentunya dengan tawanya. Ah kurasa aku mengenal suaranya, apa ia rio ?. yah ia pasti rio.
“rio, lepas dong tangannya, rese kamu” tebakku, yah aku memang benar ia rio, seseorang yang kuceritakan tadi. Ia melepas tangannya dari mataku, aku sengaja pura-pura ngambek dengan menggelembungkan pipiku dan melipat kedua tanganku didadaku. Rio berjalan ke depanku, senyumnya semakin merekah, melihat wajahku. Lucu pikirnya. Maybe.
“heii, ayolah aku hanya bercanda, jangan ngambek dong” ia berjongkok di depanku, memegang tanganku dan merajukku dengan memasang tampang lucu.
Hhaha, lucu. Wajahnya menirukan ekspresi yang menggelikan menurutku, aku sempat bertahan agar tidak tertawa. Tapi akhirnya aku tertawa juga.
“hhaha, rio lucu. Hhaha, sudah berhenti rio hhah” tawaku, aku senang didekatnya. Aku selalu tertawa dibuatnya. Oh sungguh tuhan terimakasih kau mengirimnya untukku, dan aku sangat beruntung karena ia milikku. Yah dia kekasihku.
“nah gitu dong ketawa, jadikan lebih cantik” godanya, seketika wajahku memerah karenanya. Ahhh aku malu.
“ihh rio, apaan sihh” jawabku malu, sungguh aku terbang dibuatnya kali ini. Memang beruntung aku.
Aku pun menghabiskan hari ini bersamanya. Tertawa bersama, bercanda ria dengan mesra. Ohh sungguh hari yang menyenangkan.
::Flashback Off::
Air mata yang sedari tadi ku tahan akhirnya jatuh juga. Sungguh aku tak sanggup kehilangannya, mengenangnya adalah hal yang paling aku benci, mengapa ?. karena hanya dengan mengingatnya saja aku selemah ini, aku yang tegar di hadapan oma, bisa lemah seketika ku mengingat semua tentangnya. Sungguh. Mengapa aku harus mengingatnya ?, mengapa bayangan itu kembali muncul di pikiranku. Tuhan hilangkan ingatan itu dari otakku.
***
Hari ini adalah hari dimana aku akan kembali bersekolah. Tentu di SMA pilihan oma, yah aku harap aku akan mendapat sahabat baru yang menerimaku apa adanya. Semoga.
Setengah hari ku lalui disekolah baruku ini, semua siswanya baik dan ramah, aku juga telah memiliki sahabat baru, dan akan menjadi sahabatku selamanya. Shilla, ashilla zahrantiara seorang siswi yang lumayan pintar, cantik, baik, ramah dan tentunya menerimaku apa adanya. Menerima sikapku yang dingin, terkesan cuek memang. Tapi sungguh aku beruntung bisa bersahabat dengannya, aku menyayanginya, aku menghormatinya sebagai sahabat terbaikku. Meski aku tak berniat sedikitpun mengenalnya lebih dalam. Cukup seperti ini saja.
Aku berjalan menuju kantin bersama shilla sahabatku, aku berjalan saling berangkulan, tertawa, saling mengejek pun aku lakukan sepanjang koridor sekolah. Aku sama sekali tak peduli akan anggapan para siswa lain, yang ku pikirkan hanyalah berdiri di satu titik, dan tetap tegak berdiri disana, bersama sahabatku.
Tak peduli akan angin yang berhembus kencang
Berlomba tuk saling hantam menjatuhkanku
Tapi lihat aku memilikinya
Ia seperti sayap bagiku, akan selalu berseru dan menjauhkanku
Akan bahaya yang akan menghadang ataupun kelamnya masa lalu
Sahabat. Ia kunamakan sahabat.
***
Siang kan berganti petang
Mentari pun sedikit demi sedikit kan kembali ke peraduannya
Begitupun masa lalu yang kan berganti masa depan
Semua kabut bayangan akan masa lalu tak ayal membuatnya membisu
Bahkan jika ia mau, sebuah masa lalu bisa membuatnya menjadi masa terburuk
Dan masa depan itulah hidupmu
Tinggalkan masa lalu sebagai cermin masa depan
Meski tak kunjung lenyap diterkanya
Ku edarkan pandanganku ketika ku terduduk disalah satu bangku taman disekolahku. Tentu dengan shilla di sampingku. Ku melihatnya, ahh kurasa aku mengenalnya, dari mulai postur tubuhnya, segelintir ukiran maha sempurna diwajahnya, dan sebuah masa laluku. Yah ku ingat dia, sebuah masa lalu, yang sedikitpun aku tak mau mengingatnya, kembali akan masa itu, masa dimana saat pertama kalinya keterpurukanku datang. Merenggut semua hasrat jiwa, tertarik dalam magnet lubang hitam pekat. Tuhann sadarkan aku, aku mohon jangan kembalikan ingatan itu.
Tubuhku terpaku, aku tak mengerti akan hatiku. Benci, rinduku menjalar, ku ingin memeluknya. Tapi raga ini seakan membeku tak dapat ku gerakkan. Mulutku terkunci, aku diam menmbungkam. Sampai akhirnya shilla menyadari perubahan sikapku.
“hei ify !, kamu kenapa ?” Tanya shilla padaku, aku masih terdiam. Aku tak tau harus apa.
“fy, ify. Heii ify” tegurnya sedikit mengguncangkan tubuhku. Seketika aku tersadar, aku berbalik menatap shilla. Terlihat raut wajah kebingungan dari shilla.
“ehh, aku tak apa” jawabku gelagapan, sedikit kaget. Tapi aku mencoba mengaturnya dengan seulas senyuman.
“kamu melamun, atau ada masalah ?” tanyanya kembali, aku masih tersenyum. Kuputar otakku, mencari alasan yang tepat untuknya.
“enggak kok, aku gak apa-apa” jawabku, aku kembali menatap lelaki itu, sosok yang mungkin dulu pernah muncul di masa laluku.
“ohh ya shil, dia siapa ?” tanyaku pada shilla, ku tunjuk lelaki itu, walau aku tak ingin sebuah lampiran masa lalu kembali. Tapi aku sedikit penasaran dengan lelaki itu.
“ohh dia, dia Gabriel. Gabriel stevent damanik, anak kelas XI-I, kakak kelas kita. Memang kenapa ?” jelas shilla, ia menatapku heran. Aku kembali menunduk, tanganku ku kepalkan, ternyata memang benar, dia Gabriel. Tuhan jangan kau putar lagi masa lalu tersuram itu. Kumohon. Tapi gagal, semuanya terbayang seketika, semuanya berputar di otakku. Kembali mengingatkanku akan sosok lelaki itu, seseorang yang masih satu darah denganku. Dan kepahitan akan semua sikapnya padaku dulu. Kumohon hentika tuhan.
::Flasback On::
“papa, jangan bawa kak iel pergi pa” tangis seorang gadis kecil menderu, kesedihan yang amat sangat dalam dirasakannya. Bagaimana tidak ?, seorang ayah dengan teganya pergi meninggalkan dirinya, dan juga membawa kakak semata wayangnya itu.
“diam ify, kakakmu akan tinggal bersama papa, dan kamu akan tinggal bersama oma. Mengerti” jelas sang ayah, tentu hati gadis kecil itu begitu sakit. Begitu berharganyakah kakaknya dimata ayahnya, sehingga ia memilih untuk mengurus kakaknya ?. kejam.
“papa, jangan tinggalin ify pa. ify sayang papa, ify juga sayang kak iel” tangis gadis kecil itu semakin menjadi. Siapa yang tak akan menangis, gadis sekecil itu harus ditinggal papanya sendiri dan memilih kakaknya untuk tetap bersamanya. Sedangkan ia hanya dititipkan bersama omanya. Sakit akan batinnya semakin mendalam. Miris.
“sudah fy, kakak mau sama papa. Kakak gak mau tinggal sama kamu” lirih anak lelaki itu –iel- kakaknya. Dan kata itu dengan gampangnya menembus hati gadis kecil itu. Sakit, sakit hatinya bertambah akan sikap kakaknya itu. Gadis itu terduduk di lantai, mengepalkan tangannya, menangis tersedupun tak akan mengembalikan keadaan. Mereka pergi, meninggalkannya yang masih terduduk dengan sejuta kebencian yang terus menyelimuti hatinya. Tak kah mereka iba ?.
“aku benci papa, aku benci kakak” lirihnya, ia melipat kakinya, menenggelamkan seluruh wajahnya, menangis sepuasnya dengan di sangga kakinya. Batinnya terlalu terhoyak, hatinya begitu sakit akan semuanya. Kepergian sang mama yang dipanggil tuhan, dan kepergian papa dan kakaknya ke belahan benua lain, dan melupakannya, melupakan akan kehadirannya di dunia ini. And this is destiny.
::Flashback Off::
Air mataku jatuh seketika, lampiran masa lalu itu begitu saja berputar di otakku. Membuat sesak di dadaku ini semakin menjadi. Hatiku kembali teriris mengingat hal itu, entah mengapa semuanya begitu jelas terbayang di otakku.
“arrgggghhh, jangan pergii, jangan pergii” teriakku, aku terduduk di lantai kamarku, bayangan itu begitu nyata di mataku. Ku lipat kakiku, mencoba menghapusnya.
“hhiks…hikss, jangan pergi, jangan tinggalin aku” lirihku, aku menangis seperti dulu. Sebuah masa lalu yang masih utuh tersimpan dalam benakku yang terdalam. Begitupun sakitnya, sangat sakit.
“kalian jahat, gue benci sama kalian, gue benci” teriakku parau. Kacau, yah keadaanku kacau. Semuanya membuatku gila, kenangan yang membuatku kembali terpuruk. Ohh tuhan selamatkan aku. Tarik aku dari lubang hitam ini lagi tuhan.
‘rio, tolong gue’ batinku menjerit memanggil rio. Tapi itu mustahil, semuanya tak akan kembali, ia telah pergi. Semuanya hanya sebuah masa lalu. Termasuk rio.
Bayang-bayang serpihan masa lalu itu kembali, menyapakunya kembali. Mengajakku kembali untuk menjamah masa laluku yang suram itu. Tuhan tolong aku.
Kejadian itu terekam kembali di otakku, memaksaku memutarnya, aku tak sanggup tuhan. Penyesalanku kembali datang, menghantuiku. Semuanya kembali, menyalahkanku. Akan takdirnya, aku menyesal dengan semua ini. Sungguh aku benci dengan masa laluku. Tolong aku.
“maaf…maaf…maaf rio” lirihku, semua kejadian itu kembali memenuhi pikiranku. Penyesalanku kembali menyeruak di dalam benakku. Semuanya terasa hambar, takdir ini, semuanya hanya fase kehidupan biasa. Kumohon jangan kembali ke masa itu. Batinku menjerit.
Batinku tersiksa, hatiku sakit bak terpanah panah beracun. Semuanya salahku, itu semua salahku. Ya tuhan Bantu aku.
Gambaran akan sebuah masa lalu
Terhampar bertebaran di seluruh belenggu jiwa
Kesadaran akan kesalahan terbesar akan menyeruak
Sebuah penyesalan itu menyakitkan bukan ?.
Terhantui akan penyesalan sekecil apapun
Getirnya mengunci kesungguhan akan arti hidup masa depan
Dan semua akan terbayang tak lenyap satu bayangpun darinya
Dan sesuatu yang telak sudah terjadi tidak akan terulang lagi
Maka tinggalkanlah
::Flashback On::
“hhaha rio tunggu aku” teriak seorang gadis remaja yang tengah berlarian, sepertinya memanggil nama seseorang untuk menunggunya. Tawanya begitu lepas, tak sedikitpun terlukis rasa letih di wajahnya. Sungguh menyenangkan.
“hhaha, ayo fy kejar aku. Hhaha” balas seorang remaja lelaki –rio- itu kepada gadis yang di sebutnya ify. Ia berlari menghadap kearah ify, sesekali tertawa, wajahnya begitu ceria, sorot matanya yang teduh tak melambangkan rasa letih sedikitpun di dirinya.
Begitulah mereka, sepasang anak manusia yang sedang berpadu kasih. Begitu bahagia terpancar dari wajah mereka berdua. Tawa ria, canda gurau pun tak sekali dua kali terlontar dari satu sama lainnya. Mereka begitu tenang, tak ada rasa letih di keduanya. Mereka terus berlari, mengelilingi sebuah taman di tepi danau indah nan asri ini.
Hhahh, sungguh ajaib bukan ?. ada tempat sesejuk ini di kota seperti ini, jakarta siapa yang tak tahu Jakarta ?, yah kota dimana semua orang bekerja keras banting tulang mencari nafkah. Kendaraan yang berlalu lalang pun tak sedikit yang meluapkan gas karbon.
Dan tempat ini sungguh berbeda dengan tempat lain, sejuknya udara sang alam begitu terasa, begitu juga hamparan danau yang indah nan asri yang membentang luas ini memberi kesan tersendiri bagi si penikmat pemandangan ini. Ohh sungguh nyaman.
“hhost…host…fy duduk dulu yuk, aku capek” ajak rio pada ify. Nafasnya tersenggal-senggal akibat berlari kesana kemari. Tapi tetap saja tak terlihat guratan rasa letih di keduanya.
“host…yaudah yuk” sambut ify. Mereka duduk di sebuah bangku di tengah taman itu. Keringat pun meluncur bebas dari pelipis mereka.
“yo, kamu tunggu disini yah !, aku mau beli minum dulu” ujar ify pada rio. Rio menanggapinya dengan senyuman termanisnya. Senyuman yang bisa membuat semua orang merasa tenang. Sungguh.
Ify berjalan kearah sebuah warung pinggir jalan dekat taman itu, ia berjalan sambil sesekali bersenandung kecil. Tiba saat menyebrang, ia tak melihat kesekelilingnya. Tepat di tengah jalan, sebuah truk dengan kecepatan tinggi melesat tepat kearahnya.
‘AAAAAAAAAAAAA’
“IFFFYYYYYYYY”
Ify menutup matanya, sebuah dorongan kuat menyentuh punggungnya. Ia tersungkur di tepi jalan aspal itu, sikunya sedikit berdarah, pelipisnya pun sedikit terbentur trotoar jalan, membuatnya sedikit limbung, tapi ia tahan sekuat tenaga. Ia tatap sekeliling, ia kira ia sudah mati, karena semuanya buram. Tapi kenapa semua orang berkerumun disana ?, ada apa ?. kenapa ?.
Ify berjalan kearah kerumunan orang tersebut, dengan kaki yang ia seret akhirnya ia bisa melihat dengan jelas siapa, bagaimana dan kenapa ?. ia temukan semua jawabannya disana. Seketika ia terduduk, air matanya terjatuh, dan semakin deras. Bagaimana tidak ?. lihat orang itu, penyelamat itu kekasihnya sendiri yah rio.
‘JDEERRR’
Hatinya hancur, dadanya sesak, kepalanya pusing, semuanya sakit, tak terkecuali batin dan jiwanya yang terguncang. Melihat keadaan rio yang memang menyedihkan. Terbaring lemah tak berdaya, bersimbah darah di sekujur tubuhnya. Tuhann tegarkan ia. Tulang kakinya melemas, semuanya kesalahannya, dia yang telah membuat rio seperti ini, ia tak bisa menghindari takdir itu, shitt.
“riooo, rioo, bangun rio” teriak ify, dirangkulnya jasad bersimbah darah itu, kekasihnya tak berdaya. Semuanya kesalahannya.
“rio bangun rio, jangan pergi rio. Aku mohon” tangisnya pecah, semuanya serasa tak adil. Mengapa ini semua harus terjadi padanya ?, kenapa ?.
“riio maaf, aku yang salah. Aku yang ceroboh, rio plis bangun” teriaknya parau. Sungguh tak sanggup batinnya memikul beban seberat ini, hatinya terlanjur hancur, semua karenanya.
“jangan nangis fy, aku sayang kamu. Sampai kapanpun kamu yang selalu dihati aku, semuanya takdir, bukan telak kesalahanmu” ujar rio terbata-bata, dan akhir dari semuanya nafasnya tak lagi bergemuruh, nadinya tak lagi berdenyut. Rio tiada, apa semuanya kesalahan ify ?. tentu bukan. This is only a destiny.
Semuanya akan kembali padanya
Tak terkecuali raga ini
Tak ada yang abadi di dunia ini
Kita terlahir karenanya
Kita juga kembali kepadanya
Kita hanya seonggok manusia
Yang hidup hanya untuk menjalankan sebuah takdir
Tak ada yang dapat disalahkan dibalik semua ini
Semua ini hanya takdir yang tersurat atasnya
Bukan keinginan kita
Buka juga keinginan dirinya
Hanya sebuah fase kehidupan
Yang terbaluti takdir dibalik semuanya
::Flashback Off::
“rioo…maaf” ujarku miris, entah yang keberapa kali kata ini terucap dari bibirku. Dan itu tak akan mengubah takdir ini, semua yang telah terjadi tak mungkin terulang lagi.
Aku mencoba bertahan di atas kerapuhan yang tengah menimpaku saat ini, semuanya. Kesakitan hati yang begitu menusuk, kehancuran batin yang begitu menggebu, hantaman akan tercabiknya jiwa ini ku coba tepis sekasar mungkin. Demi dirinya yang telah pergi, demi semua yang telah terjadi. Mengusir semua penyesalan yang selalu menghantuiku.
Dan semua yang berkaitan dengan masa lalu, akan ku buang perlahan namun pasti, aku yakin pasti bisa. Dan semuanya pelajaran yang begitu berharga. Tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan begitu juga denganku bukan ?.
Aku tersenyum tipis, yah sudah kuputuskan. Masa lalu hanyalah cermin belaka yang berarti bagiku sekarang. Dan aku akan mencoba memulai hidup baruku di masa sekarang, dengan berpegang ke masa depanku.
Kehidupan bukan hanya sebuah jalan yang berliku
Kehidupan juga adalah sebuah fase bingkai pelengkap nyawa
Tujuan hidup bukan terletak dimasa lalu
Tapi terpampang di masa depan
Jalan kehidupan ini memang tak sejalan dengan apa yang kita mau
Tapi itu menjadikan sebuah pilihan
Dimana kita hanya di takdirkan hidup dalam satu pilihan
Dimana itu takdir akan selalu bisa kita ubah sesuai dengan harapan kita
Satu kuncinya hanya dengan berusaha
Takdir bukan hal yang lazim tersurat
Inilah kehidupan nyata
Bukan sesuatu yang bergantung atas imajinasi
Takdir akan berkata pada setiap manusia yang hidup
Takdir yang akan membawanya pada akhir pilihan
Ikuti takdir itu ataukah mengubah jalan takdirnya sendiri
Bukan kita yang menentukan akhirnya
Kita hanyalah seorang manusia yang hanya berpogoh padanya
Tapi tak wajib mengikuti takdirnya
Sebuah masa lalu bukanlah suatu hal yang telak dalam hidup ini
Maka tak ayal kita hanya manusia berbuat salah itu wajar
Justru karena ini hidup
Kita teruji akan tanggung jawab keseluruhan nafas yang kita hirup
Berpusat, berpusar, bertegap di satu titik
Inilah hidup, inilah fase kehidupan para manusia
Yang berpusat pada satu titik. Takdir
And this is destiny
Destiny of life behind the past
*TAMAT*