Sebuah Kisah- (Love they and ashes of the disappearing) A Short Story
mentari mulai merangkak naik ke langit cerah, sinarnya dengan nakal menerobos celah disetiap ruang, salah satunya menerobos celah jendela kamar sebuah rumah, membuat siempunya kamar yang sedang terlelap terpaksa membuka mata, menatap sinis kearah matahari, ingin rasanya memaki-maki matahari itu, tapi rasanya itu mustahil, toh memang ini pekerjaan rutin si bulat kuning itu. Burung-burung dengan riuhnya berkicau, seakan menjadi lonceng untuk membangunkan setiap nyawa manusia yang masih saja betah dialam mimpi.. Angin semilir setelah musim penghujan menyapu wajah gadis ini, masih dingin. Segera disibakannya helaian kain gordeng yang sedikit menghalangi pandangannya.
Dihirupnya udara pagi dengan kasar, bermaksud menghilangkan rasa sesak yang diam-diam merayap disetiap jengkal kerongkongannya, membuat pernapasannya seakan tersumbat! Entah apa penyebabnya, hanya saja ada sekelebat siluet dahulu bergemuruh dihatinya, memorinya terus saja berpacu, memutar kejadian-kejadian yang selama ini terlupakan! Tunggu, bukan terlupakan! Lebih tepatnya dilupakan!!
***
"fy, lo lagi ngapain sih?"
"em, keliatannya?" dengan manyun gabriel merebut kuas yang sedari tadi ify gunakan
"ih iel! Balikin gak? Ganggu banget sih" dengan sebal ify mengejar gabriel yang berlari begitu saja membawa kuasnya, yang menambah dirinya sebal gabriel malah tertawa melihat wajah sebalnya..
"hhahaha, jangan manyun dong! Mau nih gue cium?" gabriel masih saja berlari menghindari kejaran ify, sedangkan ify hanya pasrah mengejar gabriel yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
"nyebelin banget sihh!! Gabriel! Balikin gak?" nada bicara ify meninggi, mungkin dengan begitu gabriel meluluh dan mengembalikan kuasnya dengan percuma dan ia bisa dengan tenang menggeluti aktivitas awalnya. Melukis
"ooo tidakk bisa!! Hhaha ambil dong" balas gabriel sambil menirukan gaya sule, bukannya membuat ify tertawa, ini malah membuat ify semakin dongkol sama gabriel
Ify menggeram pelan, terlintas ide jail diotaknya kala melihat seember air kotor bekasnya melukis, dengan sigap ify mengambil air itu dengan tangannya dan menghampiri gabriel yang lengah, dalam hitungan detik, wajah gabriel menjadi basah, membuatnya manyun semanyun-manyunnya. Berbalik dengan ify, ia malah tertawa terbahak-bahak, lucu sekali melihat wajah manyun gabriel.. Gabriel hanya pasrah melihat ify tertawa.
"hhahaha, aduhh gabiel-gabriel! Hhaha lucu muka lo"
"gak lucu ah fy! Masa muka gue jadi basah kuyup gini?" tukas gabriel sambil mengelap air yang tersisa dimukanya.
"mana airnya kotor lagi" sambungnya
"terima nasib ajaa :p hhaha" ify? Ia malah semakin tertawa melihat muka gabriel yang kotor akibat ulahnya.
Dengan jailnya gabriel melangkah menuju ember kotor tadi, dan mengambil air seperti ify tapi ini lebih banyak, soalnya kan tangan gabriel lebih besar. Dengan teganya ia siram air itu kemuka ify, alhasil muka ify pun basah kuyup. Kini giliran gabriel yang tertawa dan ify yang manyun.. Dan sore itu mereka habiskan bermain air.
***
Ify, atau alyssa saufika umari. Adalah seorang siswa SMA ANARIA, sekolah menengah atas yang khusus untuk seni, khusus untuk siswa yang berminat, menyukai bahkan berbakat di bidang seni, seperti seni musik, rupa, tari, bahkan drama. yaah seperti ify, yang memiliki bakat dalam seni lukis dan musik. Ify, siswa yang masih duduk di bangku kls XI SMA ANARIA memiliki wajah cantik, baik, sangat ramah. Mempunyai sahabat bernama Gabriel stevent damanik akrab disapa iel, bersekolah disekolah yang sama pula dengannya, ia sangat berbakat di seni musik dan teater, tak ayal kalau gabriel sangat mahir memainkan beberapa alat musik, dan suaranya juga sangat keren, ditambah karismanya yang begitu kental. Tapi sayang, sifat jailnya sudah melewati batas normal, makanya iel sering juga dipanggil Raja jail sama ify, bahkan satu kelas!
***
Menjadi salah satu mahasiswi di UI jakarta, tidaklah gampang. Apalagi jurusan seni, berbagai mala praktek yang sangat melelahkan terus saja memburu waktu ify, bahkan disaat libur seperti inipun ify masih harus menyelesaikan tugasnya, melukis!
Dulu.. Setiap dirinya melukis, selalu ada yang menemani. Selalu ada yang menghiburnya sehingga tidak merasa bosan, walaupun terkadang juga bisa menjadi pengganggu yang sangat ulum.
Dia rindu sosok itu, sosok sahabat yang selama ini pergi, menghilang. Ify sendiri tidak tau kemana gabriel pergi, dan itu yang selalu membuat dadanya sesak seketika.. Aah bukan! Bukan itu sajaaa.. Ada aktor lain yang berperan penting didalam kisahnya dulu, orang yang mampu membuatnya merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta, mengetahui apa itu cinta.. Orang yang.. Sangat special. Orang yang selalu menjadi objek lukisnya! Selalu menjadi model dalam diamnya. Itulah dia.. Mario.
***
Beratus-ratus butiran keringat mulai membasahi tubuhnya, baju basket yang ia kenakan terlihat menyeplak dikulit saking basahnya, keringat yang menempel di ujung rambut spikenya menambah kesan keren pada dirinya. nafasnya yang tersenggal-senggal masih saja memburu, dulu sewaktu masih SMP, bermain basket setengah jam tanpa henti tak membuatnya selelah ini, apa karena faktor usia?..mungkin saja.. Yah bagaimanapun usia 18 sudah bukan tergolong masih muda, tenaganya saja sudah mengerut seperti ini.. hahhh hidup bergulir begitu cepat, pikirnya.
"hoyyy gue udahann dulu yaa" teriaknya pada teman-temannya yang lain.
"kenapa bro?" tanya cakka -teman satu timnya disekolah-
"gak papa sih, gue Cuma capek aja"
"gue juga udahan kok yo, barengan yuk.. Biasa ngantin" sambung teman yang satunya -alvin- sambil nyengir..
"alahh lo vin! Bilang aja lo mau ditraktir gue kan?" tanya rio dengan mata menyipit
alvin hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali sambil nyengir kuda.
"tuhh kann! Ketahuan banget tabiat lo vin!!" seloroh cakka, sambil merangkul rio
"lo juga gk beda jauh sama si sipit! Dodol" cakka memanyunkan bibirnya, sambil mengusap kepalanya yang dijitak rio
"hhahaha, dasar cakdut lo!! Ya udh kalau gitu kita ngantinn ajaa! yang bayarkan adaa.. Nohh" sedangkan yang ditunjuk alvin -rio- melengos, dan langsung merangkul kedua sahabatnya itu menuju kantin.. Dengan sesekali tertawa.
Dalam diamnya, ia tersenyum.. Senyum penuh arti sambil memandang kertas gambarnya, sangat-sangat puas melihat hasil coretan tangannya dengan gemetar, jantung yang selalu bekerja diatas normal setiap melihat wajah itu, walaupun masih dalam bentuk sketsa..
"Perfect!!" senyumnya semakin mengembang melihat sketsa wajah tampan yang ia gambar, melihat gambarnya saja sudah membuat jantungnya berdebar kencang, apalagi melihat langsung didepan mata!! Oh godd..
"Jangan diliatin terus" seseorang mengagetkannya dari alam khayalnyaa.. melihat wajah tanpa dosa didepannya membuat dirinya mendengus, hobi sekali dia mengganggu, gerutunya dalam hati
"hehh malah ngelamun!!" gertak orang itu lagi
"aduhh iel!! Bisa gak sih gak ngagetin gue mulu?!!" tanyanya ketus
"helooo! Ify sayang Denger! Klo gue gak nyadarin elo dari alam khayal lo itu bisa-bisa lo kesambet! Terus nanti gue kan yang repot?" cerocos gabriel tanpa henti
ify menghela nafas, mencoba sabar sama sikap sahabatnya yang suka seenaknya ini.
"denger ya iel, gue gk bakal kesambet juga kali.. Ngaco lo"
"siapa tau aja!! Eh, gimana sama rio?" tanya gabriel pelan
"maksud lo?" kening ify mengerut.. Apaan lagi maksudnya
"yaaa, tindakan yang bakal lo ambil. Deketin? Atau terus kayak gini?" tanya gabriel serius, ini pertama kalinya ia seserius ini.. Tentu sajaaa ia seperti ini, karena ini menyangkut hatinyaa.
"gue gak punya keberanian buat ngedeketin dia, mending kayak gini aja terus" jawab ify lemah ify, bukan! Bukan ia menyerahh sebelum bertempur, hanya saja ia belum menemukan senjata barunya untuk menggencarkan aksi PDKTnya itu..
"udahlah fy, lagian dia juga gak pernah liat lo kan? Mundur sekarang lebih baik dari pada nanti? tambah bikin lo sakit" saran gabriel, ada rasa sesak menghimpit dadanya, selalu sajaaaa... Setiap derai air mata yg ify teteskan hanya untuk rio, selalu membuat hatinya berdenyut perih.. Ntahlah rasa apa itu, yang terpenting untuknya membuat ify bahagia, itu saja cukup membuatnya tersenyum diatas perihnya..
'bener kata iel' batin ify
"liat nanti aja, gue mau ngapain! Itu terserah gue" ucap ify, setelah itu segera ia berlari ke arah kelasnya, membuat setetes air mata yang menggenang di pelupuk matanya terjatuh.. Deras dan semakin deras!!
"apapun bakal gue lakuin buat lo fy, apapun! kalau perlu, nyawa gue sekalipun! asal buat lo. Gue rela sakit asal lo bahagia fy" gumam gabriel lirih
"MAAF"
***
Lewat celah pintu ruang ganti dekat lapangan basket, ia melihat, ia mendengar semuanya.. Semua tentang perasaan gadis itu. Harusnya ia senang! Gadis pujaannya juga memiliki rasa yang samaa, tpi itu mustahil..
Rio duduk bersandar di belakang pintu, membatin perih, apalagi saat mengetahui bahwa gadis pujaannya selalu menangis karenanya.
Dengan kuat rio menghela nafas, menarik oksigen sebanyak-banyaknya, berharap rasa sesaknya mengurang..
"MAAF"
"yo, lo gk papa kan?" tanya cakka khawatir, takutnyaa sahabatnya itu kambuh lagi.
"gk kok kka, gue gk papa" lirihnya, ia menatap kosong alvin yang disebelahnya.. walaupun hanya dengan tatapan itu.. Alvin mengerti, karena alvinlah yang paling mengetahui rio.. Yah hanya alvin!
"tenang kka, lo yakin aja kalau dia gk papa"
Perkataannya barusan seperti boomerang sendiri untuknya.. Yakin!? Hhaha gue sendiri gk yakin dia baik-baik aja kka, batinnya tertawa miris
"yo, muka lo pucet.. Gue rasa lebih baik lo pulang. Gue tau kenapa lo kayak gini! Dia lagi kan?" rio hanya tersenyum miris mendengar pertanyaan cakka, yah diaaa.. Dia yang selama ini membuatnya bertahan! Dia yang selama ini membuatnya kuat.. Diaaa, hanya gadis itu.
"udahlah.. Mendingan kita anter rio pulang, lagian rio tadi juga berangkatnya bareng gue"
"oke!! kalo gitu gue kekelas dulu vin, mau bawa surat izin buat kita bertiga. Lo sama rio tunggu di mobil aja" setelah itu cakka pergi kekelas mereka, sedangkan alvin memapah tubuh lemah rio menuju parkiran.
***
Isakannya mulai mereda, sepertinya hanya dengan menangis perasaannya lebih baik, walaupun tidak seluruhnya rasa sesak itu hilang.. Tapi begini saja membuat hatinya lega.
Mata sembabnya beralih menatap keluar jendela, rintikan air hujan terus saja berjatuhn dengan deras membasahi bumi.. Saking derasnya menimbulkan bau khasnya tercium sampai ke kelas, hawa dinginnya menusuk pori-pori kulitnya.
"sampai kapan mau nangis gitu?" tanya gabriel sambil berdiri menghadap luar jendela, matanya menatap lurus kedepan.
ify diam saja, membiarkan sahabatnya itu mengutarakan apa yang ingin ia katakan!
"lo gak tau sampai kan? Gue rasa apa yg tadi gue bilang, bener-bener harus lo lakuin" dilihatnya wajah tirus sahabatnya itu, menelitinya dengan seksama, menelusuri setiap inci wajah cantiknya, terus memperhatikan ify yang ntah dari kapan mulai membuat hatinya berontak untuk memilik hati sahabatnya itu.
"tapi itu terserah lo, gue cuma mau yang terbaik buat lo" sambungnya, setelah itu ia berjalan dan menghilang dibalik pintu kelas..
Ify memandang sayu punggung sahabatnya yang sudah tak terlihat lagi, sepertinya melihat siluet sahabatnya lebih menarik dari pada harus bergabung dengan teman sekelasnya yang sedang menggosip ria..
***
Berbagai macam kabel merekat ditubuhnya, menyambung dari sebuah alat pemacu, aaahh bukan itu.. Alat pengganti jantung. Ketika orang yang mengalami penyakit jantung koroner itu kambuh, maka jantungnya harus diistirahatkan beberapa jam dan diganti dengan alat pemacu ini.. Seperti handphone yang sedang diisi batery..
Alvin dan cakka memandang sayu kedalam ruangan serba putih itu dari balik kaca, jika bukan seorang lelaki mungkin mereka sudah membiarkan buliran air mata itu mengalir, membiarkan kesedihan mereka tentang keadaan sahabatnya itu mengurang.. Seandainya.
"gue tau dia kuat vin" ujar cakka, suaranya menggetar menahan tangis..
"semogaa" satu tetes air mata itu terjatuh dari sudut mata alvin, membuat cakka juga ikut meneteskan air mata..
Sahabat, itulah sahabat! Dia yang ada disetiap saat kita butuh.. Dia yang selalu menunggu kita berbagi kesedihan, dia orang pertama yang sedih saat kita sedang sakit, diaa yang selalu menjadi penopang saat kita benar-benar jatuhh..
***
Mengingat kedua siluet itu pergi.. Menghilang begitu saja membuat hatinya mengerut menahan perih yang berdenyut nyeri.. ia tak sekuat itu..
Ify kembali melihat kanvas yang putih bersih itu, sudah berjam-jam ia lalui ditaman ini.. Taman dekat rumah dengan berbagai aksen bunga membingkainya, sangat pas untuk tempat melukis. Namun nihil tak ada yang menarik perhatiannya, tidak ada..
Matanya ia pejamkan, lalu menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar.. Mencoba mengusir bayangan masa lalu yang terus bergelayut manja di otaknya, seperti menunggu giliran untuk diputar..
***
"apa bik? Gabriel pergi? Kemana bik?" ify terus saja mendesak bik minah -pembantu gabriel-. Memang setelah kejadian dikelasnya waktu hujan itu, gabriel tidak pernah terlihat lagi.. Dan sekarang yang membuat ify terkaget-kaget adalah kenyataan yang cukup menyakitkan.. Gabriel pergi!! Dan itu artinya tak ada lagi sahabat yang selalu menemaninya, tidak ada lagi sahabat yang senantiasa membantunya jika ia kesulitan!! Tidak adaaa..
"ma..maaf non, bibik tidak tau den iel kemana" ujar bik minah menunduk,
"mana tante sama om? apa mereka tau tentang ini?" sederet pertanyaan terlontar begitu saja dari mulut ify, sangat tidak percaya jika harus kehilangan sahabat seperti ini.. Tragis lagi, gabriel meninggalkannya dalam tanda tanya besar! bahkan tidak meninggalkan sepucuk surat, ataupun kabar apapun kepada ify..
"tuan dan nyonya masih diluar negeri non"
Air mata yang sedari tadi dibendungnya, lagi-lagi harus jatuh dengan perasaan perihnya, menangis dengan keadaan jatuh terduduk, membiarkan rasa sedih yang terbelenggu dirinya membuncah ruah dengan air matanya.. Biarlahh, biarlah ia menangis.. Mungkin saja dengan seperti itu akan membuat perasaan sakitnya akan sedikit berkurang..
Sementara bik minah hanya memandang ify dengan tatapan penuh rasa iba..
***
Biarlah air mata itu yang berbicara, ketika mulut tak mampu lagi berbicara menceritakan kesedihannya..
***
Air matanya meluruh jugaa, air mata yang sedari tadi dibendungnya kini mengalir bak sungai dikedua pipinya..
Kanvas yang tadinya putih, kosong, sekarang tampak berwarna, walaupun hanya garis-garis hitam yang tergores oleh kuas ditangannya..
Dengan derai air mata yang terus mengalir, kesakitan hatinya yang menjadi, kehilangan dua orang yang begitu berharga untuknya yang semakin membuat hatinya mengosong itu, ify lukiskan pada sebuah kanvas putihnya, goresan cat air berwarna hitam pekat itu membentuk sebuah jalan berkelok, menggambarkan betapa rumitnya jalan hidupnya.. Betapa abstraknya kisahnya.. Betapa menyedihkannya takdirnya..
***
Diruang serba putih ini, rio masih tebaring lemah dengan berbagai alat pemacu jantungnya.. alvin dan cakka yang senantiasa menunggu rio, dengan harapan merekaaa yang tersisa, harapan yang tersisa akibat gugus terkikis kenyataan yang membuat mereka mencelos sendiri..
Hanya ada deru nafas yang saling menerpa diantara mereka, baik alvin maupun cakka, tak ada yang berbicara.. Mereka hanya memandang kosong sosok sahabat mereka yang terbaring lemah itu..
Krieetttt... Suara decit pintu yang terbuka, menampakan sosok tinggi semampai dengan wajah yang sangat pucat.. Dengan tertatih-tatih, ia berjalan kearah alvin dan cakka berada.. Sementara mereka memandang kaget terhadap sosok yang muncul dari balik pintu itu..
"vin.. K..kka.. Gimana ke..keadaan ri..rio?" tanyanya terbata-terbata.. nafasnya tersenggal-ternggal, kulit sawo matangnya berubah menjadi kuning langsat yang pucat, bibirnya memutih..
"i.. Iel? Lo ngapain disini?" tanya cakka sambil berlari kearah gabriel, dan segera menopang tubuh gabriel yang nyaris terjatuh.
"gak papa, gue.. Cuma mau liat kondisi kembaran gue" ujarnya lemah, sesekali merintih kesakitan dibagian ulu hatinyaa.
"tapi kan lo juga lagi sakit iel" seloroh alvin.. Ia berjalan mendekat kearah gabriel dan membantunya duduk di sofa.
"gue gak papa, lebih sakit ngeliat dia nangis dari pada kondisi gue yang kayak gini vin kka.." gabriel menggumam lirih.. Air matanya terjatuh mengingat ify.. Dihapusnya air mata itu dan tersenyum..
"gue mau dia bahagia, gue gk mau dia nangis.. dan gue tau rio punya perasaan yang sama kayak ify. dan penyakit rio itu yang membuat mereka gak bisa bersatu.. Maka da..dari itu, gue mau nyi..nyingkirin be..benalu i..itu" dengan susah payah akhirnya gabriel mampu menyampaikan maksudnya datang keruangan khusus rio..
Cakka mengepalkan tangannya, emosinya meledak mendengar perkataan gabriel, ia tidak habis pikir gabriel akan melakukan hal senekat itu..
"lo.. Gilaa yel!!" geram cakka pelan, matanya memandang gabriel tajam..
"tahan kka, lo gk boleh ngelakuin hal buruk sama iel.. Inget" cakka memandang sayu alvin seraya menganggukan kepalanya dengan pasrah..
Gabriel tersenyum.. Nyaris.. Sedikit lagi ia bisa melihat senyum manis itu tercipta kembali dari bibir mungil sahabat yang begitu ia sayang.. dengan perlahan, mata gabriel terkatup rapat.. Tak ada nafasnya lagi.. Tak ada gabriel si raja jail.. Tidak ada!
Sedangkan kedua orang tua mereka -gabriel dan rio- hanya mampu menangis.. Melihat kepergian putra sulung dari salah satu putra kembarnya..
Alvin dan cakka tak mampu lagi berkata, hanya satu yang mampu mereka perbuat untuk iel.. Mewujudkan permintaan terakhir gabriel! Itu pasti.. Membuat senyum manis itu tercipta kembali..
***
Tepukan lembut menyadarkannya dari lamunannya.. Dengan cepat dihapusnya lelehan air mata yang tersisa, dengan senyum miris ia balikan badannya menghadap sosok tinggi itu..
Ia mematung.. ia tak menyangka akan bertatap muka seperti ini dengan dirinyaa.. Orang yang semasa SMAnya mencuri hatinya bahkan sampai sekarang!! Mario..
"hai ify" untuk yang pertama kalinya ia mengucapkan sederet kata untuk ify, membuat jantungnya jumpalitan seperti ini, ia tersenyum manis.. Sangat manis
"ha..hai juga ri..rio" balas ify tergagap.. Tubuhnya mematung, jantungnya mulai berdetak diatas normal, seperti ada yang menggelitik hatinya melihat rio.. Sentilan halus dihatinya membuat dirinya merasa geli, sepertinya darahnya yang mendesir itu menjalar cepat membubuh di kedua pipinya menimbulkan semburat merah malu..
"apa kabar fy?" tanya rio, ia sendiri sudah bisa mengendalikan perasaannya.. Mengontrol detak jantungnya agar tidak seenaknya melompat dari tempatnya saking gugupnya..
"baik-baik aja.. Lo sendiri?" sepertinya ify juga mulai terbiasa..
"kayak yg lo liat, gue baik-baik aja, em fy.. Maaf yaa"
Kening ify mengerut.. Maaf? Untuk apaa???, pikirnya
"buat?"
"buat semuanyaa, semua sikap yang dari duluu gue tunjukin ke elo, maaf karena gue gk pernah mau jujur sama perasaan gue sendiri..." rio menggantungkan perkataannya.. Sementara ify hanya melihat rio dari samping, menatap puas wajah rio yang selama ini hanya mampu ia tatap dari jauh..
"sebenernya.. Selama ini gue suka sama lo, dari dulu banget dan sampai sekarang" tutur rio sambil terkekeh pelan
ify membulatkan matanya, tangisan haru mulai membanjiri wajah cantik ify..
"lo.. gak bercanda kan yo? Lo serius?" tanya ify dengan senyum harunyaa...
"gak, ngapain gue bercanda. Gak ada gunanya lagi.. Gue serius fy" mata rio beralih menatap ify, senyum manisnya masih terbingkai manis di wajahnya.. Digenggamnya tangan ify dengan lembut..
"jadi.. Lo mau gak jadi cewek gue?" tanya rio lembut, menatap teduh mata bening dihadapannya..
Sementara ify masih terus menatap rio, mencari ketulusan dari matanya.. Setelah itu ify mengangguk.. Dan ternyemum manis.
"iya gue mau rio" nampak kelegaan di hati rio.. Dengan lembut dibimbingnya ify kedalam rengkuhan hangatnya.. Menenggelamkan wajah gadis itu di dada bidangnya..
'lo liat kan iel? Gue akan jaga diaa'
"oh iya fy, ada sesuatu yang mau aku kasih liat kamu" ify melepas pelukannya dan menatap rio heran..
"apaa?"
"ikut aku"
***
Pada akhirnya ify tau.. Kemana rio membawanya.. Melihat tempat dimana satu-satunya sahabatnya berada sekarang..
Air mata yang telah menyurut kembali meluruh, ify bersimpuh di samping Gundukan tanah merah itu.. Perlahan diusapnya nisan usang yang tertera nama Gabriel Stevent Damanik itu dengan isakan tertahan.. Dipandangnya lama nisan itu dengan mata sayu dan sembab.. Sementara rio dengan pelan mengusap pundak ify, menghela nafas sebelum bersuara.. Ia sendiri tidak tahan membendung air matanya.. Berjatuhan begitu saja.. Biarlah dia menyampaikan apa yg ada dihatinya dengan air matanya.. Berharap gabriel mendengar, dan memberi dia kekuatan untuk menceritakan apa yg ingin disampaikannya itu..
"katakan apa yang sebenarnya terjadi rio?"
"oke" rio menghela nafas sekali lagi, ternyata menghilangkan rasa sesaknya sangat sulit.. Setelah sedikit mereda, ia bercerita sambil menatap lirih nisan kakak kembarnya itu..
"diaa baik, dia jiwa aku fy.." rio mengatakan beberapa kata itu dengan miris
"mm..maksudnya?"
"aku sama dia sebenernya kembar.. dulu kita emang hidup sama-sama, gk ada yg namanya perselisihan, apalagi dendam! Sama sekali gak ada fy.. Sampai saat itu datang, aku difonis dokter mengidap jantung koroner waktu aku berumur 5 tahun.. Dan mulai dari situ perhatian mama sama papa seluruhnya dikasih ke aku.. saat itu pula sikap gabriel sama aku berubah, dia milih buat tinggal sama tante dan om, tapi setelah kita SMP gabriel sering sakit dan kata mama dia difonis kanker hati stadium dua.. Saat itu juga perhatian mama sama papa kebagi ke aku dan iel.. Kamu tau sendiri kan fy kalau kamu sama iel udah bersahabat dari SMP, aku sering liat kamu sama dia main bareng, dari situ aku mulai suka, bahkan sayang sama kamu sampai SMA aku baru sadar kalo aku gak akan bisa jaga kamu, maka dari itu aku selalu mencoba buat ngelupain kamu dan merelakan kamu buat gabriel.." ify mendengar penuturan rio dengan seksama sampai akhirnya ada kalimat yang janggal dihatinya..
"kamu bilang, ngerelain aku buat iel? Maksudnya apa yo?" tanya ify bingung, air matanya belum berhenti mengalir..
"iya, karena dia suka sama kamu, dia sayang sama kamu fy.. tapi dia tau kalau kamu suka sama aku, dia juga tau kalau aku juga suka sama kamu, dia berkesimpulan kalau aku sembuh, aku sama kamu pasti bisa bersatu, dan dia rela ngorbanin apapun demi buat kamu bahagia, sampai kankernya mencapai stadium akhir, dia minta alvin, cakka, juga mama dan papa buat donorin jantungnya buat aku" tutur rio, suaranya melemah diakhir kalimatnya.. Sesak didadanya kembali menghimpit tanpa ampun, menuntut kelenjar bening di matanya terus memproduksi air mata..
"dia suka sama aku?" tanya ify tidak percayaa.. Bagaimanapun! Gabriel adalah sahabatnyaa.. Orang yang selama ini ia anggap kakak sendiri..
"maaf yel, aku gak tau, aku gak pernah sadar kalau selama ini kamu suka bahkan sayang sama aku, sampai akhirnya kamu kayak gini demi aku, maaf yel" hanya itu yang bisa ify ucapkan
"gue janji yel, gue bakal jaga ify, lo tenang ya disana" janji rio
Sebelum meninggalkan pusara gabrie ify usap lagi nisan sahabatnya itu, sebelum akhirnya mereka benar-benar meninggalkan tempat sakral itu, tempat akhir semua manusia bersimpuhh.. Mereka pergi..
'Makasih yel'
Abu putih itu lenyap, melebur dihantam angin.. Hanyut kembali keasalnya meninggalkan seulas senyum merekah dibibirnya.. Dan perlahan menghilang..
Dihirupnya udara pagi dengan kasar, bermaksud menghilangkan rasa sesak yang diam-diam merayap disetiap jengkal kerongkongannya, membuat pernapasannya seakan tersumbat! Entah apa penyebabnya, hanya saja ada sekelebat siluet dahulu bergemuruh dihatinya, memorinya terus saja berpacu, memutar kejadian-kejadian yang selama ini terlupakan! Tunggu, bukan terlupakan! Lebih tepatnya dilupakan!!
***
"fy, lo lagi ngapain sih?"
"em, keliatannya?" dengan manyun gabriel merebut kuas yang sedari tadi ify gunakan
"ih iel! Balikin gak? Ganggu banget sih" dengan sebal ify mengejar gabriel yang berlari begitu saja membawa kuasnya, yang menambah dirinya sebal gabriel malah tertawa melihat wajah sebalnya..
"hhahaha, jangan manyun dong! Mau nih gue cium?" gabriel masih saja berlari menghindari kejaran ify, sedangkan ify hanya pasrah mengejar gabriel yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
"nyebelin banget sihh!! Gabriel! Balikin gak?" nada bicara ify meninggi, mungkin dengan begitu gabriel meluluh dan mengembalikan kuasnya dengan percuma dan ia bisa dengan tenang menggeluti aktivitas awalnya. Melukis
"ooo tidakk bisa!! Hhaha ambil dong" balas gabriel sambil menirukan gaya sule, bukannya membuat ify tertawa, ini malah membuat ify semakin dongkol sama gabriel
Ify menggeram pelan, terlintas ide jail diotaknya kala melihat seember air kotor bekasnya melukis, dengan sigap ify mengambil air itu dengan tangannya dan menghampiri gabriel yang lengah, dalam hitungan detik, wajah gabriel menjadi basah, membuatnya manyun semanyun-manyunnya. Berbalik dengan ify, ia malah tertawa terbahak-bahak, lucu sekali melihat wajah manyun gabriel.. Gabriel hanya pasrah melihat ify tertawa.
"hhahaha, aduhh gabiel-gabriel! Hhaha lucu muka lo"
"gak lucu ah fy! Masa muka gue jadi basah kuyup gini?" tukas gabriel sambil mengelap air yang tersisa dimukanya.
"mana airnya kotor lagi" sambungnya
"terima nasib ajaa :p hhaha" ify? Ia malah semakin tertawa melihat muka gabriel yang kotor akibat ulahnya.
Dengan jailnya gabriel melangkah menuju ember kotor tadi, dan mengambil air seperti ify tapi ini lebih banyak, soalnya kan tangan gabriel lebih besar. Dengan teganya ia siram air itu kemuka ify, alhasil muka ify pun basah kuyup. Kini giliran gabriel yang tertawa dan ify yang manyun.. Dan sore itu mereka habiskan bermain air.
***
Ify, atau alyssa saufika umari. Adalah seorang siswa SMA ANARIA, sekolah menengah atas yang khusus untuk seni, khusus untuk siswa yang berminat, menyukai bahkan berbakat di bidang seni, seperti seni musik, rupa, tari, bahkan drama. yaah seperti ify, yang memiliki bakat dalam seni lukis dan musik. Ify, siswa yang masih duduk di bangku kls XI SMA ANARIA memiliki wajah cantik, baik, sangat ramah. Mempunyai sahabat bernama Gabriel stevent damanik akrab disapa iel, bersekolah disekolah yang sama pula dengannya, ia sangat berbakat di seni musik dan teater, tak ayal kalau gabriel sangat mahir memainkan beberapa alat musik, dan suaranya juga sangat keren, ditambah karismanya yang begitu kental. Tapi sayang, sifat jailnya sudah melewati batas normal, makanya iel sering juga dipanggil Raja jail sama ify, bahkan satu kelas!
***
Menjadi salah satu mahasiswi di UI jakarta, tidaklah gampang. Apalagi jurusan seni, berbagai mala praktek yang sangat melelahkan terus saja memburu waktu ify, bahkan disaat libur seperti inipun ify masih harus menyelesaikan tugasnya, melukis!
Dulu.. Setiap dirinya melukis, selalu ada yang menemani. Selalu ada yang menghiburnya sehingga tidak merasa bosan, walaupun terkadang juga bisa menjadi pengganggu yang sangat ulum.
Dia rindu sosok itu, sosok sahabat yang selama ini pergi, menghilang. Ify sendiri tidak tau kemana gabriel pergi, dan itu yang selalu membuat dadanya sesak seketika.. Aah bukan! Bukan itu sajaaa.. Ada aktor lain yang berperan penting didalam kisahnya dulu, orang yang mampu membuatnya merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta, mengetahui apa itu cinta.. Orang yang.. Sangat special. Orang yang selalu menjadi objek lukisnya! Selalu menjadi model dalam diamnya. Itulah dia.. Mario.
***
Beratus-ratus butiran keringat mulai membasahi tubuhnya, baju basket yang ia kenakan terlihat menyeplak dikulit saking basahnya, keringat yang menempel di ujung rambut spikenya menambah kesan keren pada dirinya. nafasnya yang tersenggal-senggal masih saja memburu, dulu sewaktu masih SMP, bermain basket setengah jam tanpa henti tak membuatnya selelah ini, apa karena faktor usia?..mungkin saja.. Yah bagaimanapun usia 18 sudah bukan tergolong masih muda, tenaganya saja sudah mengerut seperti ini.. hahhh hidup bergulir begitu cepat, pikirnya.
"hoyyy gue udahann dulu yaa" teriaknya pada teman-temannya yang lain.
"kenapa bro?" tanya cakka -teman satu timnya disekolah-
"gak papa sih, gue Cuma capek aja"
"gue juga udahan kok yo, barengan yuk.. Biasa ngantin" sambung teman yang satunya -alvin- sambil nyengir..
"alahh lo vin! Bilang aja lo mau ditraktir gue kan?" tanya rio dengan mata menyipit
alvin hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali sambil nyengir kuda.
"tuhh kann! Ketahuan banget tabiat lo vin!!" seloroh cakka, sambil merangkul rio
"lo juga gk beda jauh sama si sipit! Dodol" cakka memanyunkan bibirnya, sambil mengusap kepalanya yang dijitak rio
"hhahaha, dasar cakdut lo!! Ya udh kalau gitu kita ngantinn ajaa! yang bayarkan adaa.. Nohh" sedangkan yang ditunjuk alvin -rio- melengos, dan langsung merangkul kedua sahabatnya itu menuju kantin.. Dengan sesekali tertawa.
Dalam diamnya, ia tersenyum.. Senyum penuh arti sambil memandang kertas gambarnya, sangat-sangat puas melihat hasil coretan tangannya dengan gemetar, jantung yang selalu bekerja diatas normal setiap melihat wajah itu, walaupun masih dalam bentuk sketsa..
"Perfect!!" senyumnya semakin mengembang melihat sketsa wajah tampan yang ia gambar, melihat gambarnya saja sudah membuat jantungnya berdebar kencang, apalagi melihat langsung didepan mata!! Oh godd..
"Jangan diliatin terus" seseorang mengagetkannya dari alam khayalnyaa.. melihat wajah tanpa dosa didepannya membuat dirinya mendengus, hobi sekali dia mengganggu, gerutunya dalam hati
"hehh malah ngelamun!!" gertak orang itu lagi
"aduhh iel!! Bisa gak sih gak ngagetin gue mulu?!!" tanyanya ketus
"helooo! Ify sayang Denger! Klo gue gak nyadarin elo dari alam khayal lo itu bisa-bisa lo kesambet! Terus nanti gue kan yang repot?" cerocos gabriel tanpa henti
ify menghela nafas, mencoba sabar sama sikap sahabatnya yang suka seenaknya ini.
"denger ya iel, gue gk bakal kesambet juga kali.. Ngaco lo"
"siapa tau aja!! Eh, gimana sama rio?" tanya gabriel pelan
"maksud lo?" kening ify mengerut.. Apaan lagi maksudnya
"yaaa, tindakan yang bakal lo ambil. Deketin? Atau terus kayak gini?" tanya gabriel serius, ini pertama kalinya ia seserius ini.. Tentu sajaaa ia seperti ini, karena ini menyangkut hatinyaa.
"gue gak punya keberanian buat ngedeketin dia, mending kayak gini aja terus" jawab ify lemah ify, bukan! Bukan ia menyerahh sebelum bertempur, hanya saja ia belum menemukan senjata barunya untuk menggencarkan aksi PDKTnya itu..
"udahlah fy, lagian dia juga gak pernah liat lo kan? Mundur sekarang lebih baik dari pada nanti? tambah bikin lo sakit" saran gabriel, ada rasa sesak menghimpit dadanya, selalu sajaaaa... Setiap derai air mata yg ify teteskan hanya untuk rio, selalu membuat hatinya berdenyut perih.. Ntahlah rasa apa itu, yang terpenting untuknya membuat ify bahagia, itu saja cukup membuatnya tersenyum diatas perihnya..
'bener kata iel' batin ify
"liat nanti aja, gue mau ngapain! Itu terserah gue" ucap ify, setelah itu segera ia berlari ke arah kelasnya, membuat setetes air mata yang menggenang di pelupuk matanya terjatuh.. Deras dan semakin deras!!
"apapun bakal gue lakuin buat lo fy, apapun! kalau perlu, nyawa gue sekalipun! asal buat lo. Gue rela sakit asal lo bahagia fy" gumam gabriel lirih
"MAAF"
***
Lewat celah pintu ruang ganti dekat lapangan basket, ia melihat, ia mendengar semuanya.. Semua tentang perasaan gadis itu. Harusnya ia senang! Gadis pujaannya juga memiliki rasa yang samaa, tpi itu mustahil..
Rio duduk bersandar di belakang pintu, membatin perih, apalagi saat mengetahui bahwa gadis pujaannya selalu menangis karenanya.
Dengan kuat rio menghela nafas, menarik oksigen sebanyak-banyaknya, berharap rasa sesaknya mengurang..
"MAAF"
"yo, lo gk papa kan?" tanya cakka khawatir, takutnyaa sahabatnya itu kambuh lagi.
"gk kok kka, gue gk papa" lirihnya, ia menatap kosong alvin yang disebelahnya.. walaupun hanya dengan tatapan itu.. Alvin mengerti, karena alvinlah yang paling mengetahui rio.. Yah hanya alvin!
"tenang kka, lo yakin aja kalau dia gk papa"
Perkataannya barusan seperti boomerang sendiri untuknya.. Yakin!? Hhaha gue sendiri gk yakin dia baik-baik aja kka, batinnya tertawa miris
"yo, muka lo pucet.. Gue rasa lebih baik lo pulang. Gue tau kenapa lo kayak gini! Dia lagi kan?" rio hanya tersenyum miris mendengar pertanyaan cakka, yah diaaa.. Dia yang selama ini membuatnya bertahan! Dia yang selama ini membuatnya kuat.. Diaaa, hanya gadis itu.
"udahlah.. Mendingan kita anter rio pulang, lagian rio tadi juga berangkatnya bareng gue"
"oke!! kalo gitu gue kekelas dulu vin, mau bawa surat izin buat kita bertiga. Lo sama rio tunggu di mobil aja" setelah itu cakka pergi kekelas mereka, sedangkan alvin memapah tubuh lemah rio menuju parkiran.
***
Isakannya mulai mereda, sepertinya hanya dengan menangis perasaannya lebih baik, walaupun tidak seluruhnya rasa sesak itu hilang.. Tapi begini saja membuat hatinya lega.
Mata sembabnya beralih menatap keluar jendela, rintikan air hujan terus saja berjatuhn dengan deras membasahi bumi.. Saking derasnya menimbulkan bau khasnya tercium sampai ke kelas, hawa dinginnya menusuk pori-pori kulitnya.
"sampai kapan mau nangis gitu?" tanya gabriel sambil berdiri menghadap luar jendela, matanya menatap lurus kedepan.
ify diam saja, membiarkan sahabatnya itu mengutarakan apa yang ingin ia katakan!
"lo gak tau sampai kan? Gue rasa apa yg tadi gue bilang, bener-bener harus lo lakuin" dilihatnya wajah tirus sahabatnya itu, menelitinya dengan seksama, menelusuri setiap inci wajah cantiknya, terus memperhatikan ify yang ntah dari kapan mulai membuat hatinya berontak untuk memilik hati sahabatnya itu.
"tapi itu terserah lo, gue cuma mau yang terbaik buat lo" sambungnya, setelah itu ia berjalan dan menghilang dibalik pintu kelas..
Ify memandang sayu punggung sahabatnya yang sudah tak terlihat lagi, sepertinya melihat siluet sahabatnya lebih menarik dari pada harus bergabung dengan teman sekelasnya yang sedang menggosip ria..
***
Berbagai macam kabel merekat ditubuhnya, menyambung dari sebuah alat pemacu, aaahh bukan itu.. Alat pengganti jantung. Ketika orang yang mengalami penyakit jantung koroner itu kambuh, maka jantungnya harus diistirahatkan beberapa jam dan diganti dengan alat pemacu ini.. Seperti handphone yang sedang diisi batery..
Alvin dan cakka memandang sayu kedalam ruangan serba putih itu dari balik kaca, jika bukan seorang lelaki mungkin mereka sudah membiarkan buliran air mata itu mengalir, membiarkan kesedihan mereka tentang keadaan sahabatnya itu mengurang.. Seandainya.
"gue tau dia kuat vin" ujar cakka, suaranya menggetar menahan tangis..
"semogaa" satu tetes air mata itu terjatuh dari sudut mata alvin, membuat cakka juga ikut meneteskan air mata..
Sahabat, itulah sahabat! Dia yang ada disetiap saat kita butuh.. Dia yang selalu menunggu kita berbagi kesedihan, dia orang pertama yang sedih saat kita sedang sakit, diaa yang selalu menjadi penopang saat kita benar-benar jatuhh..
***
Mengingat kedua siluet itu pergi.. Menghilang begitu saja membuat hatinya mengerut menahan perih yang berdenyut nyeri.. ia tak sekuat itu..
Ify kembali melihat kanvas yang putih bersih itu, sudah berjam-jam ia lalui ditaman ini.. Taman dekat rumah dengan berbagai aksen bunga membingkainya, sangat pas untuk tempat melukis. Namun nihil tak ada yang menarik perhatiannya, tidak ada..
Matanya ia pejamkan, lalu menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar.. Mencoba mengusir bayangan masa lalu yang terus bergelayut manja di otaknya, seperti menunggu giliran untuk diputar..
***
"apa bik? Gabriel pergi? Kemana bik?" ify terus saja mendesak bik minah -pembantu gabriel-. Memang setelah kejadian dikelasnya waktu hujan itu, gabriel tidak pernah terlihat lagi.. Dan sekarang yang membuat ify terkaget-kaget adalah kenyataan yang cukup menyakitkan.. Gabriel pergi!! Dan itu artinya tak ada lagi sahabat yang selalu menemaninya, tidak ada lagi sahabat yang senantiasa membantunya jika ia kesulitan!! Tidak adaaa..
"ma..maaf non, bibik tidak tau den iel kemana" ujar bik minah menunduk,
"mana tante sama om? apa mereka tau tentang ini?" sederet pertanyaan terlontar begitu saja dari mulut ify, sangat tidak percaya jika harus kehilangan sahabat seperti ini.. Tragis lagi, gabriel meninggalkannya dalam tanda tanya besar! bahkan tidak meninggalkan sepucuk surat, ataupun kabar apapun kepada ify..
"tuan dan nyonya masih diluar negeri non"
Air mata yang sedari tadi dibendungnya, lagi-lagi harus jatuh dengan perasaan perihnya, menangis dengan keadaan jatuh terduduk, membiarkan rasa sedih yang terbelenggu dirinya membuncah ruah dengan air matanya.. Biarlahh, biarlah ia menangis.. Mungkin saja dengan seperti itu akan membuat perasaan sakitnya akan sedikit berkurang..
Sementara bik minah hanya memandang ify dengan tatapan penuh rasa iba..
***
Biarlah air mata itu yang berbicara, ketika mulut tak mampu lagi berbicara menceritakan kesedihannya..
***
Air matanya meluruh jugaa, air mata yang sedari tadi dibendungnya kini mengalir bak sungai dikedua pipinya..
Kanvas yang tadinya putih, kosong, sekarang tampak berwarna, walaupun hanya garis-garis hitam yang tergores oleh kuas ditangannya..
Dengan derai air mata yang terus mengalir, kesakitan hatinya yang menjadi, kehilangan dua orang yang begitu berharga untuknya yang semakin membuat hatinya mengosong itu, ify lukiskan pada sebuah kanvas putihnya, goresan cat air berwarna hitam pekat itu membentuk sebuah jalan berkelok, menggambarkan betapa rumitnya jalan hidupnya.. Betapa abstraknya kisahnya.. Betapa menyedihkannya takdirnya..
***
Diruang serba putih ini, rio masih tebaring lemah dengan berbagai alat pemacu jantungnya.. alvin dan cakka yang senantiasa menunggu rio, dengan harapan merekaaa yang tersisa, harapan yang tersisa akibat gugus terkikis kenyataan yang membuat mereka mencelos sendiri..
Hanya ada deru nafas yang saling menerpa diantara mereka, baik alvin maupun cakka, tak ada yang berbicara.. Mereka hanya memandang kosong sosok sahabat mereka yang terbaring lemah itu..
Krieetttt... Suara decit pintu yang terbuka, menampakan sosok tinggi semampai dengan wajah yang sangat pucat.. Dengan tertatih-tatih, ia berjalan kearah alvin dan cakka berada.. Sementara mereka memandang kaget terhadap sosok yang muncul dari balik pintu itu..
"vin.. K..kka.. Gimana ke..keadaan ri..rio?" tanyanya terbata-terbata.. nafasnya tersenggal-ternggal, kulit sawo matangnya berubah menjadi kuning langsat yang pucat, bibirnya memutih..
"i.. Iel? Lo ngapain disini?" tanya cakka sambil berlari kearah gabriel, dan segera menopang tubuh gabriel yang nyaris terjatuh.
"gak papa, gue.. Cuma mau liat kondisi kembaran gue" ujarnya lemah, sesekali merintih kesakitan dibagian ulu hatinyaa.
"tapi kan lo juga lagi sakit iel" seloroh alvin.. Ia berjalan mendekat kearah gabriel dan membantunya duduk di sofa.
"gue gak papa, lebih sakit ngeliat dia nangis dari pada kondisi gue yang kayak gini vin kka.." gabriel menggumam lirih.. Air matanya terjatuh mengingat ify.. Dihapusnya air mata itu dan tersenyum..
"gue mau dia bahagia, gue gk mau dia nangis.. dan gue tau rio punya perasaan yang sama kayak ify. dan penyakit rio itu yang membuat mereka gak bisa bersatu.. Maka da..dari itu, gue mau nyi..nyingkirin be..benalu i..itu" dengan susah payah akhirnya gabriel mampu menyampaikan maksudnya datang keruangan khusus rio..
Cakka mengepalkan tangannya, emosinya meledak mendengar perkataan gabriel, ia tidak habis pikir gabriel akan melakukan hal senekat itu..
"lo.. Gilaa yel!!" geram cakka pelan, matanya memandang gabriel tajam..
"tahan kka, lo gk boleh ngelakuin hal buruk sama iel.. Inget" cakka memandang sayu alvin seraya menganggukan kepalanya dengan pasrah..
Gabriel tersenyum.. Nyaris.. Sedikit lagi ia bisa melihat senyum manis itu tercipta kembali dari bibir mungil sahabat yang begitu ia sayang.. dengan perlahan, mata gabriel terkatup rapat.. Tak ada nafasnya lagi.. Tak ada gabriel si raja jail.. Tidak ada!
Sedangkan kedua orang tua mereka -gabriel dan rio- hanya mampu menangis.. Melihat kepergian putra sulung dari salah satu putra kembarnya..
Alvin dan cakka tak mampu lagi berkata, hanya satu yang mampu mereka perbuat untuk iel.. Mewujudkan permintaan terakhir gabriel! Itu pasti.. Membuat senyum manis itu tercipta kembali..
***
Tepukan lembut menyadarkannya dari lamunannya.. Dengan cepat dihapusnya lelehan air mata yang tersisa, dengan senyum miris ia balikan badannya menghadap sosok tinggi itu..
Ia mematung.. ia tak menyangka akan bertatap muka seperti ini dengan dirinyaa.. Orang yang semasa SMAnya mencuri hatinya bahkan sampai sekarang!! Mario..
"hai ify" untuk yang pertama kalinya ia mengucapkan sederet kata untuk ify, membuat jantungnya jumpalitan seperti ini, ia tersenyum manis.. Sangat manis
"ha..hai juga ri..rio" balas ify tergagap.. Tubuhnya mematung, jantungnya mulai berdetak diatas normal, seperti ada yang menggelitik hatinya melihat rio.. Sentilan halus dihatinya membuat dirinya merasa geli, sepertinya darahnya yang mendesir itu menjalar cepat membubuh di kedua pipinya menimbulkan semburat merah malu..
"apa kabar fy?" tanya rio, ia sendiri sudah bisa mengendalikan perasaannya.. Mengontrol detak jantungnya agar tidak seenaknya melompat dari tempatnya saking gugupnya..
"baik-baik aja.. Lo sendiri?" sepertinya ify juga mulai terbiasa..
"kayak yg lo liat, gue baik-baik aja, em fy.. Maaf yaa"
Kening ify mengerut.. Maaf? Untuk apaa???, pikirnya
"buat?"
"buat semuanyaa, semua sikap yang dari duluu gue tunjukin ke elo, maaf karena gue gk pernah mau jujur sama perasaan gue sendiri..." rio menggantungkan perkataannya.. Sementara ify hanya melihat rio dari samping, menatap puas wajah rio yang selama ini hanya mampu ia tatap dari jauh..
"sebenernya.. Selama ini gue suka sama lo, dari dulu banget dan sampai sekarang" tutur rio sambil terkekeh pelan
ify membulatkan matanya, tangisan haru mulai membanjiri wajah cantik ify..
"lo.. gak bercanda kan yo? Lo serius?" tanya ify dengan senyum harunyaa...
"gak, ngapain gue bercanda. Gak ada gunanya lagi.. Gue serius fy" mata rio beralih menatap ify, senyum manisnya masih terbingkai manis di wajahnya.. Digenggamnya tangan ify dengan lembut..
"jadi.. Lo mau gak jadi cewek gue?" tanya rio lembut, menatap teduh mata bening dihadapannya..
Sementara ify masih terus menatap rio, mencari ketulusan dari matanya.. Setelah itu ify mengangguk.. Dan ternyemum manis.
"iya gue mau rio" nampak kelegaan di hati rio.. Dengan lembut dibimbingnya ify kedalam rengkuhan hangatnya.. Menenggelamkan wajah gadis itu di dada bidangnya..
'lo liat kan iel? Gue akan jaga diaa'
"oh iya fy, ada sesuatu yang mau aku kasih liat kamu" ify melepas pelukannya dan menatap rio heran..
"apaa?"
"ikut aku"
***
Pada akhirnya ify tau.. Kemana rio membawanya.. Melihat tempat dimana satu-satunya sahabatnya berada sekarang..
Air mata yang telah menyurut kembali meluruh, ify bersimpuh di samping Gundukan tanah merah itu.. Perlahan diusapnya nisan usang yang tertera nama Gabriel Stevent Damanik itu dengan isakan tertahan.. Dipandangnya lama nisan itu dengan mata sayu dan sembab.. Sementara rio dengan pelan mengusap pundak ify, menghela nafas sebelum bersuara.. Ia sendiri tidak tahan membendung air matanya.. Berjatuhan begitu saja.. Biarlah dia menyampaikan apa yg ada dihatinya dengan air matanya.. Berharap gabriel mendengar, dan memberi dia kekuatan untuk menceritakan apa yg ingin disampaikannya itu..
"katakan apa yang sebenarnya terjadi rio?"
"oke" rio menghela nafas sekali lagi, ternyata menghilangkan rasa sesaknya sangat sulit.. Setelah sedikit mereda, ia bercerita sambil menatap lirih nisan kakak kembarnya itu..
"diaa baik, dia jiwa aku fy.." rio mengatakan beberapa kata itu dengan miris
"mm..maksudnya?"
"aku sama dia sebenernya kembar.. dulu kita emang hidup sama-sama, gk ada yg namanya perselisihan, apalagi dendam! Sama sekali gak ada fy.. Sampai saat itu datang, aku difonis dokter mengidap jantung koroner waktu aku berumur 5 tahun.. Dan mulai dari situ perhatian mama sama papa seluruhnya dikasih ke aku.. saat itu pula sikap gabriel sama aku berubah, dia milih buat tinggal sama tante dan om, tapi setelah kita SMP gabriel sering sakit dan kata mama dia difonis kanker hati stadium dua.. Saat itu juga perhatian mama sama papa kebagi ke aku dan iel.. Kamu tau sendiri kan fy kalau kamu sama iel udah bersahabat dari SMP, aku sering liat kamu sama dia main bareng, dari situ aku mulai suka, bahkan sayang sama kamu sampai SMA aku baru sadar kalo aku gak akan bisa jaga kamu, maka dari itu aku selalu mencoba buat ngelupain kamu dan merelakan kamu buat gabriel.." ify mendengar penuturan rio dengan seksama sampai akhirnya ada kalimat yang janggal dihatinya..
"kamu bilang, ngerelain aku buat iel? Maksudnya apa yo?" tanya ify bingung, air matanya belum berhenti mengalir..
"iya, karena dia suka sama kamu, dia sayang sama kamu fy.. tapi dia tau kalau kamu suka sama aku, dia juga tau kalau aku juga suka sama kamu, dia berkesimpulan kalau aku sembuh, aku sama kamu pasti bisa bersatu, dan dia rela ngorbanin apapun demi buat kamu bahagia, sampai kankernya mencapai stadium akhir, dia minta alvin, cakka, juga mama dan papa buat donorin jantungnya buat aku" tutur rio, suaranya melemah diakhir kalimatnya.. Sesak didadanya kembali menghimpit tanpa ampun, menuntut kelenjar bening di matanya terus memproduksi air mata..
"dia suka sama aku?" tanya ify tidak percayaa.. Bagaimanapun! Gabriel adalah sahabatnyaa.. Orang yang selama ini ia anggap kakak sendiri..
"maaf yel, aku gak tau, aku gak pernah sadar kalau selama ini kamu suka bahkan sayang sama aku, sampai akhirnya kamu kayak gini demi aku, maaf yel" hanya itu yang bisa ify ucapkan
"gue janji yel, gue bakal jaga ify, lo tenang ya disana" janji rio
Sebelum meninggalkan pusara gabrie ify usap lagi nisan sahabatnya itu, sebelum akhirnya mereka benar-benar meninggalkan tempat sakral itu, tempat akhir semua manusia bersimpuhh.. Mereka pergi..
'Makasih yel'
Abu putih itu lenyap, melebur dihantam angin.. Hanyut kembali keasalnya meninggalkan seulas senyum merekah dibibirnya.. Dan perlahan menghilang..