Author : kaiwifey
Title : Tears
Cast : - Park Chanyeol (EXO-K)
- Cho Nari (OC)
- Byun Baekhyun
(EXO-K)
Other Cast : - Chen (EXO-M)
Genre :
Romance
Rating : PG 15
Length : One Shoot
Note :
*semua tokoh dalam cerita ini milik tuhan. Dan saya hanya meminjam
namanya saja. Terkecuali chen, chanyeol, sama baekhyun punya saya juga-_- oh yaa!
Cerita ini murni hasil pemikiran saya!! Tidak ada plagiator disini! Tolong hargai
ya, susah payah membuat cerita kayak gini, malah dijiplak. Mohon komentarnya, dan
maaf jika kurang nyambung, typo dimana-mana.. kekeke~ maklum ini FF pertama
saya ^^*
~Tears~
Jika tau apa yang harus aku lakukan
Katakan sekarang
Jika kau mengasihiku
Kumohon lihat aku dan genggam jemariku
Tak peduli kau itu membalasnya atau tidak
Aku hanya.. Ingin kau perhatikan
---
(Cho nari pov)
Aku menatapnya lagi. Sekali lagi kumohon tuhan, kuatkan aku. Kau tau
rasanya? Melihatmu menatap lembut gadis itu? Tak seperti kau menatapku. Kau
tau? Rasanya sakit. Sangat sakit, hingga aku tak kuat mengedipkan mataku
-barang sejenak.
Aku melihatnya baekhyun! Dengan manis kau tersenyum padanya. Menatapnya
lembut meminta harap. Aku bahkan sangat mengerti perasaanmu. Mencintai
seseorang yang jelas-jelas tidak menyukaimu. Itu sangat menyakitkan, bukan? Itu
yang aku rasakan byun baekhyun. Kau masih tak mengerti?.
"haaaaaah" aku menarik dalam nafasku. Rasanya paru-paruku dihimpit
sesuatu yang menyesakkan. Mataku memanas, rasanya ingin menangis sekarang juga.
"aku tak kuat, tuhan" aku menggumam lirih. Aku tak bisa melepas
pandanganku padanya. Meskipun sakitnya terus menjalar di ulu hatiku. Mungkin
akan membekas selamanya.
"cho nari?"
aku hanya diam -masih menatapnya. Air mataku masih menggenang dipelupuk
mataku. Aku tak bisa mengedipkan mataku. Tuhan, apa sesakit ini bila mencintai
seseorang yang sama sekali tidak mencintaimu? Tidak menganggapmu?
"ya! Cho nari? neo gwenchana?"
Aku merasakan tepukan halus dipundakku. Akhirnya, air mata yang sedari tadi
kubendung lolos juga. Tanpa berkedip. Air mata itu mengalir deras dipipiku
Mataku sedikit buram. Susah payah aku menahan isakanku. Aku tau orang yang
kini berada dibelakangku. Aku tau pasti dia sedang menatapku sayu -seperti
biasa. Dan itu sangat menyedihkan. Tentu saja diriku yang -lebih- menyedihkan
Sial. Aku tak bisa menahan isakanku. Dadaku naik-turun menahan ngilunya
hatiku didalam sana. Entah bagaimana wujudnya sekarang. Hancur? Remuk? Aku tak
peduli.
Aku memejamkan mataku sejenak. Tak sedikitpun berniat menghapus air mataku
yang keluar lebih deras dari sebelumnya.
Ah, pelukan ini. Aku merasakannya. nyaman. Aku tau seseorang tadi tengah
memelukku dari belakang.
"cho nari, kumohon. Kau tak usah menangis lagi" bisiknya lirih
Dia mencium pipiku lama. Seperti biasa saat dia menenangkanku ketika
menangis
"oppa, kumohon tetap seperti ini. Jangan lepaskan aku. Kumohon"
ucapku lirih. Aku berbalik dan memeluknya erat. Seakan tak mau melepasnya. ia
hanya menghela napas berat, lalu diam memelukku.
---
(baekhyun pov)
Lihat yang aku perbuat saat ini. Memandanginya dan terus memandanginya.
Aish.. ia yeoja yang sangat mempesona. Bahkan bertahun-tahun lamanya aku masih tetap
mengaguminya. Bahkan mencintainya.
Aku tersenyum lembut saat menatapnya. Senyumnya, ahh.. Aku benar-benar
dibuat gila olehnya
"baekhyun-ah?"
Aku tersadar dan berbalik menatap namja didepanku ini. Aku bernapas lega
saat mendapati temanku disana.
"ne, ada apa chen-ah?"
"kau ditunggu chanyeol di dekat danau. Sekarang juga"
Aku mengerutkan keningku. Chanyeol? Menungguku di danau? Ada angin apa ia
berlaga seperti ini. Bukannya setiap ada perlu ia langsung menemuiku? tidak
biasanya
"uh? Yang benar saja chen? Tidak biasanya"
Saat berbicarapun aku masih sempat meliriknya. Hatiku tersenyum. Ah, betapa
indahnya bidadariku itu!
"ne, kau datang saja kesana. Sepertinya chanyeol sedang dalam keadaan
tak baik sekarang"
"baiklah. Gomawo chen-ah"
chen hanya mengangguk, lalu pergi. aku juga pergi ke danau seperti yang chen
katakan. Tapi sebelum itu, aku sempatkan melihat bidadariku yang kini tengah
tertawa bersama temannya. Aigo! Manis sekali. Ah aku hampir lupa, aku harus
segera ke danau menemui chanyeol. Aku penasaran, apa yang ingin ia katakan?
Aku mengangkat bahuku tak acuh, lalu melenggangkan kakiku menuju danau.
---
Aku menatapnya tajam. Apa yang barusan ia lakukan? Memukulku? Cih. Apa-apaan
dia ini?
"apa yang sedang merasukimu, chanyeol-ah?"
Cih
Ia meludah dan ia masih menatapku tajam.
"kau. Kau tak sadar dengan apa yang kau perbuat huh?"
Chanyeol meraih kerah bajuku kasar. Menatap mataku dengan bengis. Aku
menatapnya heran
"apa yang kau katakan? Aku benar-benar tidak mengerti!"
'buk'
Aku meringis memegangi ujung bibirku yang berdarah, dan tubuhku juga sakit
karena tersungkur akibat pukulannya
"chanyeol! Kau ini apa-apaan huh? Jika kau ada masalah, ceritakanlah
padaku"
"diam. Aku tidak tau apa yang ada pikiranmu, baekhyun" cetusnya
dingin.
Aku menghela napas pelan. Bekas pukulannya masih terasa perih dirahangku.
"ck, chanyeol-ah! Bisa kau to the point saja? Aku benar-benar tidak
mengerti dengan semua ucapanmu itu!"
Matanya menatapku tajam -lagi.
"kau tak tahu? Ada seorang yeoja yang selalu mengharapkanmu, tulus
mencintaimu. Tapi apa yang kau lakukan! Kau selalu membuatnya menangis!"
Aku memalingkan wajahku. Dadaku bergemuruh menahan marah. Kubuang napasku
kasar.
"Sudah kubilangkan, jangan membalas soal ini" ujarku skeptis.
Kutatap matanya yang -sepertinya menahan marah.
Aku tersenyum kecut menanggapinya.
---
(Author pov)
"kau pengecut!" wajah baekhyun berubah dingin mendengar teriakan chanyeol.
Jujur, seperti ada yang menyentil hatinya, saat chanyeol berteriak seperti itu.
Baekhyun menatap chanyeol -masih dingin-. Sedangkan chanyeol menatapnya
dengan sinis.
Suasana menjadi hening seketika. Mereka memilih diam dalam emosi mereka
masing-masing.
Semburat kemerahan sudah mulai terlihat di ujung danau. Sunset. Hembusan
angin menerpa tubuh mereka -yang dalam keadaan sama- lembut.
"kenapa? Kenapa kau begitu peduli padanya?" pertanyaan baekhyun
seketika memecah keheningan diantara mereka.
Chanyeol memejamkan matanya. Menetralkan pacuan jantungnya yang meningkat
drastis setelah kejadian tadi.
Ada perasaan bersalah pada baekhyun. Tidak
seharusnya ia kehilangan kendali sampai memukul baekhyun seperti tadi. Tapi
dilain sisi, hatinya cukup sakit melihat air mata yeoja itu. Sudah cukup,
selama ini ia melihat air mata yeoja itu dalam diam tanpa bisa berbuat apa-apa.
baekhyun mendengus kasar. Menatap chanyeol -yang masih memejamkan mata-
dengan sinis.
"kau tahu? Butuh pengorbanan untuk mendapatkan sesorang.
Bahkan..."
Baekhyun diam, menunggu chanyeol meneruskan perkataannya
"kau tidak akan peduli dengan perasaan orang lain yang saat itu
terluka"
Mati-matian chanyeol menahan sesak yang menghimpit paru-parunya. Rasanya
sakit mengatakan itu.
"ne, aku tau. Tapi kau tau sendiri, aku bahkan tidak mengenalnya"
"aku mengerti. Kau mati-matian berjuang demi mendapatkan taeyeon noona,
yang jelas-jelas hanya menganggapmu dongsaeng!" ucap chanyeol sarkastis.
Baekhyun terdiam cukup lama. Emosinya benar-benar terkuras habis. Ia hanya
menatap kosong langit yang kini menggelap. Ia berbaring lemas di rumput.
Chanyeol menatapnya lekat. Betapa menyedihkan dirinya. Bahkan, memikirkan
perasaannya sendiri tidak sempat terfikirkan. Begitu berhargakah yeoja itu
untuknya?. Ah ya, tentu saja. Apa saja akan ia lakukan, demi senyuman yeoja itu
-yeojachingunya-. Sekalipun itu menyakiti hatinya sendiri. Ia tidak akan
peduli.
---
(nari pov)
Malam ini aku memilih dikamar, dengan lampu yang dimatikan dan hanya
diterangi cahaya bulan.
Aku tidak tau harus bagaimana lagi. Apa aku harus melupakannya? Menghapus
semua rasa cintaku padanya? Mengubur setiap harap yang selalu aku panjatkan
pada tuhan? Berhenti menatapnya dengan menyedihkan?.. Apa harus seperti itu?
Tuhan..
Lagi-lagi menangis. Memeluk lutuku disusut kamar.
Aku tau selama aku mencintainya, tidak pernah sedikitpun aku tersenyum.
Hanya menangis yang bisa ku lakukan. Bahkan aku menyia-nyiakan perasaan orang
lain yang dengan tulusnya selalu menjagaku? Menemaniku? Mengelus pundakku
ketika aku menangis karena baekhyuun? Menyakiti hatinya? Bahkan setelah ia
menyatakan perasaannya padaku. Dan akupun menerimanya. Jahat? Memang! Apa ini
karma karena aku menyakitinya?
"Chanyeol oppa, jeongmal mianhae"
"mianhae oppa"
"aku bodoh selalu menyakitimu seperti ini"
Aku semakin menenggelamkan wajahku. Menangisi betapa menyedihkannya diriku
ini.
---
(Chanyeol pov)
Aku menatap yeojaku yang kini berada di sampingku. Jemariku masih saja ia
genggam erat. Wajahnya tetap cantik meskipun dari samping.
Aku tersenyum miris
Aku memang memilikinya.. Yeoja ini milikku. Tapi aku masih tak bisa
menyentuh hatinya. Sampai sekarang. aku mengeratkan genggamanku, menatap lurus
kedepan. Aku tau ia tengah menatapku.
Aku berjalan bersama -masih menggenggam tangannya erat- ke dalam kampus.
Dapat kupastikan ia meronta melepaskan genggaman jemariku. Aku semakin
mengeratkan jemariku menggenggamnya. Tidak akan ku izinkan ia melepasnya. Tidak
untuk kali ini.
"oppa, kumohon lepaskan!" ia berbisik pelan. Aku tak menggubrisnya
"oppa! kau tau, tak ada yang mengetahui jika kita berpacaran. Jadi
kumohon lepaskan, kau tidak mau sampai ada yang tau kan?"
Aku berhenti, lalu menatapnya sendu. Ya, selama ini tak ada yang tau ia yeojachinguku..
Kami akan terlihat hanya berteman saja jika di kampus. Tapi tidak kali ini Nari.
Aku tidak akan melepaskanmu.
"tidak masalah. waeyo? Kau takut baekhyun mengetahuinya? Lalu semakin
susah untukmu mendapatkannya?"
Aku menatapnya tajam. Tapi ia malah memalingkan wajahnya.
Aku menyentuh pipinya perlahan. Jemariku masih menggenggam tangannya, lalu mengangkat
dagunya, hingga kini mataku bertemu dengan matanya. Jantungku berpacu cepat.
rasanya seperti ada ribuan bahkan jutaan kupu-kupu didalam perutku.
Menggelitikku, membuat hangat hatiku. Aku masih menatapnya. Ia juga balas
menatapku. Entah apa yang ia rasakan sekarang. Apakah jantungnya selalu berpacu
cepat sepertiku saat ia bersamaku?.. Ah, aku lupa. Hanya ada satu nama di
hatinya. Byun baekhyun. Tentu saja. Ia satu-satunya namja yang begitu dicintai
yeojaku.
Aku menurunkan tanganku. Tersenyum semanis mungkin yang kubisa. Aku tak mau
melukai hatinya dengan perlakuanku. Aku selalu berusaha berhati-hati jika
dengannya. selalu menjaganya. Seperti berlian yang berharga. Tidak ada yang
boleh menyakitinya.
Ia membalas senyumanku dengan manis. Entah bagaimana kabar jantungku
sekarang.
"kajja"
Aku menarik lembut tangannya menuju kelas. Aku tidak mau ia sampai
terlambat. Apalagi kelas pertama hari ini adalah kelasnya kim songsaengnim. Ia
terkenal sebagai guru tergalak disini.
---
Kelas pertama berakhir disini. Aku dan nari memilih ke food court, sekedar
membeli sesuatu untuk mengganjal perutku yang kelaparan ini, juga menunggu
kelas berikutnya dimulai.
Aku dan nari memilih duduk di bagian pojok food court.
"kau mau ku belikan apa ri-ya?"
"hmm, susu pisang!"
Aku tertawa pelan, susu pisang. Tentu saja. Ia sangat menyukai minuman yang
satu itu
"yasudah, kau tunggu sebentar disini"
---
(nari pov)
Aku duduk sendiri menunggu chanyeol oppa. Ia lama sekali. Aku bisa menatap
tubuh tinggi itu sedang menaruh makanannya di piring.
Aku tersenyum hambar. Oppa.. kau sangat baik padaku. Tapi aku? Mianhae
oppa.. Jeongmal mianhae.
Hanya itu yang bisa aku katakan. Aku tidak mau terus-terusan menyakitinya.
Tapi dilain sisi, aku sulit melepasnya. Bagaimanapun juga, ia adalah
namjachinguku sejak beberapa bulan lalu. Tentu saja aku menyayanginya. Sangat
Aku mengalihkan pandanganku ke arah samping. Kaca besar -menyerupai dinding-
itu memperlihatkan keindahan taman belakang kampusku. Rumput hijau dengan danau
tepat di tengahnya. Indah.
Mataku menatap dua orang yang sedang bercanda tawa di bawah pohon dekat
danau.
DEG
Air mataku mengalir begitu saja mengetahui siapa mereka.
Baekhyun dan.. Taeyeon unnie
Mereka terwata lepas. Ya tuhan, bahkan tawa baekhyun kali ini benar-benar
berbeda dari sebelumnya. Terlihat bahagia. Tentu saja.
Aku menghapus air mataku, melihat chanyeol oppa datang dengan membawa sebuah
nampan.
"ri-ya? Waeyo?"
Aku melihat raut kekhawatiran dari wajahnya. Ia pasti melihatku menangis
tadi.
"tidak apa-apa oppa. Mana susu pisangku?"
"haaaaah.. Syukurlah. Aku seperti melihatmu menangis tadi. Kau tau, aku
khawatir nari-ya"
"Ini" lanjutnya seraya, memberikan susu pisang kesukaanku. Aku hanya mengulum bibirku.
Aku memperhatikan chanyeol oppa yang masih melahap makanannya. Ia sangat
lucu saat makan. Apalagi saat lapar seperti ini. Makanan apa saja akan ia
santap dengan semangat. Aku suka itu
Aku tersenyum getir saat melirik kearah kaca besar di sampingku. Mereka
masih ada
Aku menggigit bibir bawahku, menahan pilunya hatiku saat ini. Tak sadar aku
meremas kotak susu pisang digenggamanku. Mataku masih menelisik kegiatan
mereka. Oh tuhan, sampai kapan aku akan seperti ini?
"nari-ya?"
"ah, ne oppa? Kau sudah selesai?"
ia mengangguk lucu. Aku mengambil tisu ditasku, mengangkat tanganku mengusap
ujung bibirnya.
"kau seperti anak kecil oppa"
Aku masih mengusap ujung bibirnya.
Aku sadar apa yang aku lakukan. Aku berniat menurunkan tanganku kembali,
tapi tangan chanyeol oppa menahannya. Ia menggenggamnya lembut seraya tersenyum
manis. Jantungku berdegup sedikit kencang.
"gomawo"
"cheonma oppa :)"
"kajja"
---
(baekhyun pov)
Taeyeon noona.. Mengapa kau begitu indah dimataku?. Aku tau kau tidak
menyukaiku layaknya yeoja terhadap namja, melainkan noona terhadap saengnya.
Aku menghargai itu noona.. Aku sangat menghargainya.
Tapi, kumohon biarkan aku tetap seperti ini. Mencintaimu, walaupun aku tidak
bisa menggapaimu dan memilikimu. Cukup, cukup aku melihat senyummu untukku,
hatiku sudah sangat bahagia.
---
Aku mendengus mengingat tugas yang menumpuk untuk minggu depan. Dasar, shin
seonsaengnim! Kapan ia akan sedikit saja membiarkanku beristirahat dari tugas
menumpuk seperti ini?
Lihat berapa banyak buku yang sedang ku pegang ini? Aku harus membacanya
diperpustakaan sebelum pulang sore nanti? Oh ayolah! Shin seonsaengnim
menyebalkan.
'bruk'
---
(author pov)
'bruk'
bunyi indah itu membuat baekhyun terjatuh dengan buku-bukunya yang berserakan. Lalu mendengus kesal.
Bagaimana bisa ia menabrak orang seperti ini?
"mianhae"
Yeoja itu dengan gesit membereskan buku-buku baekhyun yang berserakan dengan
raut wajah panik. Setelah di bereskan, ia menatap baekhyun penuh sesal.
"baekhyun-ssi? Kau tidak apa-apa? Apa ada yang sakit?"
Baekhyun menatap yeoja yang kini tengah membantunya berdiri itu datar.
"gwenchana"
baekhyun menjawab pelan, matanya masih menatap yeoja itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
"kau mau kemana? Biar aku yang membawa buku ini"
Yeoja itu menatap baekhyun dalam. Memohon. 'hanya sebagai permintaan maaf,
tidak lebih. Kumohon' hatinya berharap..
"aku mau keperpustakaan. Baiklah"
Baekhyun berjalan santai meninggalkan yeoja itu. Yeoja itu hanya mendesah,
menyeret kakinya mengikuti baekhyun.
Jujur, ia lelah diperlakukan seperti itu oleh baekhyun. Ia ingin menangis
saat itu juga. Ia memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya seraya tersenyum
mengikuti langkah baekhyun. Meskipun hatinya sangat sakit.
Tak sadarkah yeoja itu? Ada seorang namja yang masih meringis -setelah
bertabrakan dengan baekhyuun- disana. Ia menatap kosong punggung nari. Ya,
yeoja itu nari. Cho nari, yeojachingunya.
"chukkae chanyeol. Dia bahkan melupakanmu disini"
Chanyeol hanya memejamkan mata. Menahan rasa sakitnya. Bukan, bukan sakit
akibat insiden tadi. Hanya saja hatinya yang sedang sakit sekarang.
Ia meninggalkan tempat itu dengan kaki terseok.
---
Perpustakaan begitu sepi. Tidak akan ada yang sudi datang kesini menjelang
sore. Dan baekhyun harus tertiban sial dua kali. Pertama, ia akan menghabiskan
waktu sorenya disini, diperpustakaan. Mencari referensi untuk bahan tugasnya
minggu depan. Kedua, ia harus bersama yeoja yang tidak ia kenal sepanjang sore
ini. Mungkin jika ia mau, sudah dari tadi ia mengusir yeoja itu, tapi yeoja itu
terus berkata 'tidak. Aku akan menemanimu disini'.
Mencari referensi memang sedikit susah. Apalagi dengan buku-buku tebal
seperti ini. Baekhyun mendesah. Ia sedikit melirik yeoja itu. Ia sedikit tidak
suka diperhatikan seperti itu.
Ia teringat perdebatannya dengan chanyeol tempo lalu. Saat ia dipukul tepat
dirahangnya yang masih perih hingga sekarang.
'Apa dia yang bernama cho nari?' pikirnya
'mana ku peduli' lanjutnya
"baekhyun-ssi"
Nari -yeoja tadi- memegang pipi baekhyun. Mengusap ujung bibir baekhyun yang
sedikit membiru. Bekhyun hanya meringis. Raut wajah nari seketika berubah
gelisah.
"bibirmu kenapa huh? Kau habis berkelahi? Siapa yang melakukan ini
baekhyun-ssi?"
Baekhyun menyentak kasar tangan nari. Berjalan meninggalkan nari sendiri -tanpa sepatah katapun-.
Nari menatap nanar punggung baekhyun yang menghilang di depan pintu
perpustakaan.
Ia terisak pelan. Menangis. Ia meremas tepat dijantungnya. Sakit. Sama
seperti hatinya. Baru saja ia merasakan sensasi luar biasa dijantungnya yang
berdegup kencang, seketika berhenti berdetak.. Terhempas, jatuh.
Chanyeol. Seketika ia mengingat namja itu. Bodoh! bagaimana bisa ia melupakan chanyeol, sudah pasti sekarang chanyeol sudah pulang -mungkin- setelah insiden tabrakannya -chanyeol- dengan baekhun dilorong tadi. Ia kembali menangis. Ia
benar-benar sendiri sekarang. Sendiri.
---
(chanyeol pov)
Aku masih menunggunya diparkiran kampus. Walaupun nari melupakanku.
mencampakanku sekalipun. Aku tetap menyayanginya. Mencintainya.
Aku melihat baekhyun keluar dari gedung perpustakaan, menuju mobilnya. Aku
rasa ia akan pulang. Tapi, dimana nari? Apa yang terjadi?
Aku mengambil langkah cepat kearah baekhyun.
"baekhyun-ah!"
Ia menatapku malas. Sepertinya ada yang tidak beres
"waeyo?" tanyanya sinis. haaah, aku tak menjamin hubunganku
dengannya akan kembali membaik seperti dulu
"dimana nari?"
Ia membuang napas kasar
"dia masih disana. Dia sangat mengganggu!" baekhyun kembali
berjalan menuju mobilnya.
Tanganku mengepal kuat.
"akan ku hajar kau nanti, baekhyun" aku berdecak geram. Dengan
cepat aku berlari meninggalkan parkiran menuju perpustakaan. Tunggu aku, nari.
---
'brak'
"haah.. Haaah, na-h-ri? Kau tidak apa-apa?"
Ia berlari, memelukku erat. Aku membalas pelukannya. Bajuku basah. Aku tau
ia menangis. Yang bisa kulakukan hanyalah mengelus lembut rambutnya.
"oppa, mianhae. Mianhae. Jeongmal mianhae"
Tangisnya semakin kencang. Ku eratkan lagi pelukanku. Kumohon, jangan
menangis nari. Itu membuatku sakit
"kau tidak punya salah apapun padaku. Jadi, tidak usah meminta maaf seperti
itu. Ara?"
Ia terisak pelan, dan memelukku semakin erat.
"aku.. Aku banyak berbuat salah padamu oppa. Kumohon maafkan aku"
"aku sudah memaafkanmu nari-ya. Aku bahkan tidak bisa membencimu, tidak
akan"
Aku memejamkan mataku. Kumohon tuhan, izinkan yaoja ini menjadi milikku
seutuhnya. Kumohon, bukalah hatinya untukku. Kumohon
---
(baekhyun pov)
Aku memegang jantungku yang berdegup cepat. Entah kenapa seperti ini.
Aku tidak tau perasaan apa ini.. Tapi, aku merasakan sakit saat melihat
yeoja itu menangis.
Apa aku begitu kasar? Entahlah. Tapi, yang kurasa sekarang, hatiku berdenyut nyeri. Lebih sakit, dibandingkan saat aku ditolak oleh taeyeon
noona. Bahkan lebih menyakitkan, dibandingkan saat aku mengetahui taeyeon noona
akan segera bertunangan.
Air mata itu. Aku tidak mau melihatnya lagi.. Lebih baik seperti ini. Tetap
tidak mengenalnya. Hatiku sangat menginginkan nari bahagia -setelah apa yang aku perbuat?-. oh ayolah baekhyun! kau ingin membuatnya bahagia? Bodoh!, bahkan selama ini aku selalu membuatnya sedih. Aku begitu jahat padanya. Aku tidak pantas untuknya. Kurasa aku akan
menangis semalaman ini. Aish..
---
Aku melihat mereka. Chanyeol dan nari. Apa benar karma itu ada? Mengapa
sakitnya sampai seperti ini?
"chen-ah"
"ne, waeyo?"
Aku menghela napas pelan. Aku masih melihat mereka yang sedang tertawa
bersama di dekat danau itu.
"apa kau tau, ada hubungan apa chanyeol dengan yeoja itu?" Tanyaku
tanpa menoleh sedikitpun pada chen. Chen masih bergeming, Mungkin masih sibuk
dengan makanannya.
"kau benar-benar tidak tau?"
Keningku mengerut menatapnya heran.
"Tidak tau? Tentang apa?"
"ah, kau benar-benar payah baekhyun-ah. Kau harusnya lebih banyak
bersosialisasi daripada harus memandangi taeyeon noona. Atau, kau masih sakit
hati?"
Chen terkekeh pelan. Aku tak ambil pusing pertanyaannya itu. Tidak aku jawab
pun, ia sudah pasti tau.. Ditolak, dan menerima kenyataan orang yang kita
cintai akan segera bertunangan. Apa itu tidak menyakitkan?
Tapi aku sudah melupakan itu. Aku memang sedang patah hati -lagi. Nari.. Kau
benar-benar membuatku tersiksa. Kau bahkan tega membiarkan aku merasakan karma,
karena tidak pernah bisa membalas perasaanmu padaku.
"sudahlah chen, aku sedang malas berdebat. Kau cukup menjawab
pertanyaan awalku"
"haaah, baiklah.. baiklah. Yang ku tau, Chanyeol dan nari sudah
berpacaran sejak 4 bulan yang lalu. Tapi baru menunjukan kemesraan mereka
seperti itu, beberapa waktu lalu"
Aku tak tau bagaimana perasaanku sekarang. Sedih, perih, benar-benar
menyedihkan. Kantung mataku saja masih membengkak akibat menangis semalam.
Cengeng? Apa peduliku?.
Mereka sudah berpacaran yah? Sejauh itu? Ah, pantas saja chanyeol memukulku
waktu itu. Aku tidak melupakan apa yang ia katakan.. jika ingin memiliki
seseorang, harus ada pengorbanan..
Kau beruntung chanyeol. Kulihat pengorbananmu tidak sia-sia
---
(nari pov)
Sudah kuputuskan. Aku akan belajar mencintai namja dihadapanku ini. Chanyeol
oppa. Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi.
Baekhyun? Ah, aku baru saja akan menghapusnya dari hatiku. Tapi nampaknya
belum bisa. Dan tidak akan bisa. Ia sudah menempati tempat khusus dihatiku. Aku
akan tetap mencintainya.. Dan aku tidak akan mengecewakanmu, chanyeol oppa.
Aku tersenyum hangat memegang pipinya. Aku baru sadar, ia begitu tampan.
Sangat tampan. Aku beruntung bisa memiliki namja sepertimu oppa. Namja yang
tulus mencintaiku..
Aku memejamkan mataku perlahan. Mengecup bibirnya sekilas. Chanyeol oppa
terlihat kaget atas perlakuanku. Tapi sejurus kemudian ia tersenyum sangat
manis padaku. Matanya menatapku, bermaksud menggodaku. Aish
"nari-ya, sejak kapan kau menjadi agresif seperti itu huh?"
tuhkan! Dia pasti menggodaku. Aku merenggut kesal. Tapi wajahku panas!! Pasti
sudah merah sekali. Aigo~ aku maluu.
"oppa!! Berhentilah menggodaku seperti itu. Aku malu"
Aku hanya bisa menutup wajahku –dengan kedua tanganku- sekarang. Aku tau,
ini mungkin sudah takdir tuhan.. Tidak mengizinkanku bersama baekhyun, tapi
mengirimkan namja tampan ini untukku. Ya, Park Chanyeol lah takdirku. Bukan
Byun Bekhyun.
"arraseo cho nari. Saranghae.."
ia menatapku lembut, aku bisa merasakan debaran jantungnya yang berdegup
kencang. Aku juga merasakan jantungku berdegup kencang. Apakah ini artinya,
tuhan sudah membuka celah lebih besar untuk chanyeol dihatiku?.
Aku tersenyum lembut dan mengecup pipinya singkat.
"nado saranghe.. Oppa^^"
Aku harap, aku bisa lebih mencintainya. Tuhan.
Aku tidak ingin melepaskannya. Aku tidak ingin ia meninggalkanku. Kumohon,
tuhan..
---
END