August 2012

Saturday, 25 August 2012

Chanyeol EXO-K [Pict]


haaaaai :D kali ini cuma mau share foto-fotonya suami baruku aja sih.. hahaha
pada tau kan sama Park Chanyeol Exo-K? pasti taulah! itu loh, rappernya EXO-K! lebih dikenalnya sih  Happy Virus! masih gak tau? payah:p itu loh roommatenya suamiku yang satu lagi -re: baekhyun- :D nah pasti taukan? iyalah secara gitu, Baekyeol shipper kan udah bertebaran dimana-mana u,u langsung aja deh ini beberapa pictnya.. :)
















gimana?? gantengkan? coolkan? :* liat tuh, difotonya aja senyum terus!! senyumnya lebar lagi :D iyalah siapa dulu, suamiku gituuu HAHAHA
mian kalo fotonya sedikit, nanti kalo banyak uploadnya kalian malah keenakan lagi mandangin foto suami baruku =D hihi
kapan-kapan aku share lagi! bye~

cr: BERBAGAI SUMBER
Reshared: http://riniyustiani-agustin.blogspot.com/

Monday, 20 August 2012

[FF EXO] "TEARS"





Author             : kaiwifey

Title                 : Tears

Cast                 : - Park Chanyeol (EXO-K)
                           - Cho Nari (OC)
                           - Byun Baekhyun (EXO-K)

Other Cast      : - Chen (EXO-M)

Genre               : Romance

Rating              : PG 15

Length             : One Shoot

Note : *semua tokoh dalam cerita ini milik tuhan. Dan saya hanya meminjam namanya saja. Terkecuali chen, chanyeol, sama baekhyun punya saya juga-_- oh yaa! Cerita ini murni hasil pemikiran saya!! Tidak ada plagiator disini! Tolong hargai ya, susah payah membuat cerita kayak gini, malah dijiplak. Mohon komentarnya, dan maaf jika kurang nyambung, typo dimana-mana.. kekeke~ maklum ini FF pertama saya ^^*

~Tears~

Jika tau apa yang harus aku lakukan
Katakan sekarang
Jika kau mengasihiku
Kumohon lihat aku dan genggam jemariku
Tak peduli kau itu membalasnya atau tidak
Aku hanya.. Ingin kau perhatikan
---
 
(Cho nari pov)

Aku menatapnya lagi. Sekali lagi kumohon tuhan, kuatkan aku. Kau tau rasanya? Melihatmu menatap lembut gadis itu? Tak seperti kau menatapku. Kau tau? Rasanya sakit. Sangat sakit, hingga aku tak kuat mengedipkan mataku -barang sejenak.
Aku melihatnya baekhyun! Dengan manis kau tersenyum padanya. Menatapnya lembut meminta harap. Aku bahkan sangat mengerti perasaanmu. Mencintai seseorang yang jelas-jelas tidak menyukaimu. Itu sangat menyakitkan, bukan? Itu yang aku rasakan byun baekhyun. Kau masih tak mengerti?.
"haaaaaah" aku menarik dalam nafasku. Rasanya paru-paruku dihimpit sesuatu yang menyesakkan. Mataku memanas, rasanya ingin menangis sekarang juga.
"aku tak kuat, tuhan" aku menggumam lirih. Aku tak bisa melepas pandanganku padanya. Meskipun sakitnya terus menjalar di ulu hatiku. Mungkin akan membekas selamanya.
"cho nari?"
aku hanya diam -masih menatapnya. Air mataku masih menggenang dipelupuk mataku. Aku tak bisa mengedipkan mataku. Tuhan, apa sesakit ini bila mencintai seseorang yang sama sekali tidak mencintaimu? Tidak menganggapmu?
"ya! Cho nari? neo gwenchana?"
Aku merasakan tepukan halus dipundakku. Akhirnya, air mata yang sedari tadi kubendung lolos juga. Tanpa berkedip. Air mata itu mengalir deras dipipiku
Mataku sedikit buram. Susah payah aku menahan isakanku. Aku tau orang yang kini berada dibelakangku. Aku tau pasti dia sedang menatapku sayu -seperti biasa. Dan itu sangat menyedihkan. Tentu saja diriku yang -lebih- menyedihkan
Sial. Aku tak bisa menahan isakanku. Dadaku naik-turun menahan ngilunya hatiku didalam sana. Entah bagaimana wujudnya sekarang. Hancur? Remuk? Aku tak peduli.
Aku memejamkan mataku sejenak. Tak sedikitpun berniat menghapus air mataku yang keluar lebih deras dari sebelumnya.
Ah, pelukan ini. Aku merasakannya. nyaman. Aku tau seseorang tadi tengah memelukku dari belakang.
"cho nari, kumohon. Kau tak usah menangis lagi" bisiknya lirih
Dia mencium pipiku lama. Seperti biasa saat dia menenangkanku ketika menangis
"oppa, kumohon tetap seperti ini. Jangan lepaskan aku. Kumohon" ucapku lirih. Aku berbalik dan memeluknya erat. Seakan tak mau melepasnya. ia hanya menghela napas berat, lalu diam memelukku.
---

(baekhyun pov)

Lihat yang aku perbuat saat ini. Memandanginya dan terus memandanginya. Aish.. ia yeoja yang sangat mempesona. Bahkan bertahun-tahun lamanya aku masih tetap mengaguminya. Bahkan mencintainya.
Aku tersenyum lembut saat menatapnya. Senyumnya, ahh.. Aku benar-benar dibuat gila olehnya
"baekhyun-ah?"
Aku tersadar dan berbalik menatap namja didepanku ini. Aku bernapas lega saat mendapati temanku disana.
"ne, ada apa chen-ah?"
"kau ditunggu chanyeol di dekat danau. Sekarang juga"
Aku mengerutkan keningku. Chanyeol? Menungguku di danau? Ada angin apa ia berlaga seperti ini. Bukannya setiap ada perlu ia langsung menemuiku? tidak biasanya
"uh? Yang benar saja chen? Tidak biasanya"
Saat berbicarapun aku masih sempat meliriknya. Hatiku tersenyum. Ah, betapa indahnya bidadariku itu!
"ne, kau datang saja kesana. Sepertinya chanyeol sedang dalam keadaan tak baik sekarang"
"baiklah. Gomawo chen-ah"
chen hanya mengangguk, lalu pergi. aku juga pergi ke danau seperti yang chen katakan. Tapi sebelum itu, aku sempatkan melihat bidadariku yang kini tengah tertawa bersama temannya. Aigo! Manis sekali. Ah aku hampir lupa, aku harus segera ke danau menemui chanyeol. Aku penasaran, apa yang ingin ia katakan?
Aku mengangkat bahuku tak acuh, lalu melenggangkan kakiku menuju danau.
---

Aku menatapnya tajam. Apa yang barusan ia lakukan? Memukulku? Cih. Apa-apaan dia ini?
"apa yang sedang merasukimu, chanyeol-ah?"
Cih
Ia meludah dan ia masih menatapku tajam.
"kau. Kau tak sadar dengan apa yang kau perbuat huh?"
Chanyeol meraih kerah bajuku kasar. Menatap mataku dengan bengis. Aku menatapnya heran
"apa yang kau katakan? Aku benar-benar tidak mengerti!"
'buk'
Aku meringis memegangi ujung bibirku yang berdarah, dan tubuhku juga sakit karena tersungkur akibat pukulannya
"chanyeol! Kau ini apa-apaan huh? Jika kau ada masalah, ceritakanlah padaku"
"diam. Aku tidak tau apa yang ada pikiranmu, baekhyun" cetusnya dingin.
Aku menghela napas pelan. Bekas pukulannya masih terasa perih dirahangku.
"ck, chanyeol-ah! Bisa kau to the point saja? Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ucapanmu itu!"
Matanya menatapku tajam -lagi.
"kau tak tahu? Ada seorang yeoja yang selalu mengharapkanmu, tulus mencintaimu. Tapi apa yang kau lakukan! Kau selalu membuatnya menangis!"
Aku memalingkan wajahku. Dadaku bergemuruh menahan marah. Kubuang napasku kasar.
"Sudah kubilangkan, jangan membalas soal ini" ujarku skeptis. Kutatap matanya yang -sepertinya menahan marah.
Aku tersenyum kecut menanggapinya.
---

(Author pov)

"kau pengecut!" wajah baekhyun berubah dingin mendengar teriakan chanyeol. Jujur, seperti ada yang menyentil hatinya, saat chanyeol berteriak seperti itu.
Baekhyun menatap chanyeol -masih dingin-. Sedangkan chanyeol menatapnya dengan sinis.
Suasana menjadi hening seketika. Mereka memilih diam dalam emosi mereka masing-masing.
Semburat kemerahan sudah mulai terlihat di ujung danau. Sunset. Hembusan angin menerpa tubuh mereka -yang dalam keadaan sama- lembut.
"kenapa? Kenapa kau begitu peduli padanya?" pertanyaan baekhyun seketika memecah keheningan diantara mereka.
Chanyeol memejamkan matanya. Menetralkan pacuan jantungnya yang meningkat drastis setelah kejadian tadi.
Ada perasaan bersalah pada baekhyun. Tidak seharusnya ia kehilangan kendali sampai memukul baekhyun seperti tadi. Tapi dilain sisi, hatinya cukup sakit melihat air mata yeoja itu. Sudah cukup, selama ini ia melihat air mata yeoja itu dalam diam tanpa bisa berbuat apa-apa.
baekhyun mendengus kasar. Menatap chanyeol -yang masih memejamkan mata- dengan sinis.
"kau tahu? Butuh pengorbanan untuk mendapatkan sesorang. Bahkan..."
Baekhyun diam, menunggu chanyeol meneruskan perkataannya
"kau tidak akan peduli dengan perasaan orang lain yang saat itu terluka"
Mati-matian chanyeol menahan sesak yang menghimpit paru-parunya. Rasanya sakit mengatakan itu.
"ne, aku tau. Tapi kau tau sendiri, aku bahkan tidak mengenalnya"
"aku mengerti. Kau mati-matian berjuang demi mendapatkan taeyeon noona, yang jelas-jelas hanya menganggapmu dongsaeng!" ucap chanyeol sarkastis. Baekhyun terdiam cukup lama. Emosinya benar-benar terkuras habis. Ia hanya menatap kosong langit yang kini menggelap. Ia berbaring lemas di rumput.
Chanyeol menatapnya lekat. Betapa menyedihkan dirinya. Bahkan, memikirkan perasaannya sendiri tidak sempat terfikirkan. Begitu berhargakah yeoja itu untuknya?. Ah ya, tentu saja. Apa saja akan ia lakukan, demi senyuman yeoja itu -yeojachingunya-. Sekalipun itu menyakiti hatinya sendiri. Ia tidak akan peduli.
---

(nari pov)

Malam ini aku memilih dikamar, dengan lampu yang dimatikan dan hanya diterangi cahaya bulan.
Aku tidak tau harus bagaimana lagi. Apa aku harus melupakannya? Menghapus semua rasa cintaku padanya? Mengubur setiap harap yang selalu aku panjatkan pada tuhan? Berhenti menatapnya dengan menyedihkan?.. Apa harus seperti itu?
Tuhan..
Lagi-lagi menangis. Memeluk lutuku disusut kamar.
Aku tau selama aku mencintainya, tidak pernah sedikitpun aku tersenyum. Hanya menangis yang bisa ku lakukan. Bahkan aku menyia-nyiakan perasaan orang lain yang dengan tulusnya selalu menjagaku? Menemaniku? Mengelus pundakku ketika aku menangis karena baekhyuun? Menyakiti hatinya? Bahkan setelah ia menyatakan perasaannya padaku. Dan akupun menerimanya. Jahat? Memang! Apa ini karma karena aku menyakitinya?
"Chanyeol oppa, jeongmal mianhae"
"mianhae oppa"
"aku bodoh selalu menyakitimu seperti ini"
Aku semakin menenggelamkan wajahku. Menangisi betapa menyedihkannya diriku ini.
---

(Chanyeol pov)

Aku menatap yeojaku yang kini berada di sampingku. Jemariku masih saja ia genggam erat. Wajahnya tetap cantik meskipun dari samping.
Aku tersenyum miris
Aku memang memilikinya.. Yeoja ini milikku. Tapi aku masih tak bisa menyentuh hatinya. Sampai sekarang. aku mengeratkan genggamanku, menatap lurus kedepan. Aku tau ia tengah menatapku.
Aku berjalan bersama -masih menggenggam tangannya erat- ke dalam kampus.
Dapat kupastikan ia meronta melepaskan genggaman jemariku. Aku semakin mengeratkan jemariku menggenggamnya. Tidak akan ku izinkan ia melepasnya. Tidak untuk kali ini.
"oppa, kumohon lepaskan!" ia berbisik pelan. Aku tak menggubrisnya
"oppa! kau tau, tak ada yang mengetahui jika kita berpacaran. Jadi kumohon lepaskan, kau tidak mau sampai ada yang tau kan?"
Aku berhenti, lalu menatapnya sendu. Ya, selama ini tak ada yang tau ia yeojachinguku.. Kami akan terlihat hanya berteman saja jika di kampus. Tapi tidak kali ini Nari. Aku tidak akan melepaskanmu.
"tidak masalah. waeyo? Kau takut baekhyun mengetahuinya? Lalu semakin susah untukmu mendapatkannya?"
Aku menatapnya tajam. Tapi ia malah memalingkan wajahnya.
Aku menyentuh pipinya perlahan. Jemariku masih menggenggam tangannya, lalu mengangkat dagunya, hingga kini mataku bertemu dengan matanya. Jantungku berpacu cepat. rasanya seperti ada ribuan bahkan jutaan kupu-kupu didalam perutku. Menggelitikku, membuat hangat hatiku. Aku masih menatapnya. Ia juga balas menatapku. Entah apa yang ia rasakan sekarang. Apakah jantungnya selalu berpacu cepat sepertiku saat ia bersamaku?.. Ah, aku lupa. Hanya ada satu nama di hatinya. Byun baekhyun. Tentu saja. Ia satu-satunya namja yang begitu dicintai yeojaku.
Aku menurunkan tanganku. Tersenyum semanis mungkin yang kubisa. Aku tak mau melukai hatinya dengan perlakuanku. Aku selalu berusaha berhati-hati jika dengannya. selalu menjaganya. Seperti berlian yang berharga. Tidak ada yang boleh menyakitinya.
Ia membalas senyumanku dengan manis. Entah bagaimana kabar jantungku sekarang.
"kajja"
Aku menarik lembut tangannya menuju kelas. Aku tidak mau ia sampai terlambat. Apalagi kelas pertama hari ini adalah kelasnya kim songsaengnim. Ia terkenal sebagai guru tergalak disini.
---

Kelas pertama berakhir disini. Aku dan nari memilih ke food court, sekedar membeli sesuatu untuk mengganjal perutku yang kelaparan ini, juga menunggu kelas berikutnya dimulai.
Aku dan nari memilih duduk di bagian pojok food court.
"kau mau ku belikan apa ri-ya?"
"hmm, susu pisang!"
Aku tertawa pelan, susu pisang. Tentu saja. Ia sangat menyukai minuman yang satu itu
"yasudah, kau tunggu sebentar disini"
---

(nari pov)

Aku duduk sendiri menunggu chanyeol oppa. Ia lama sekali. Aku bisa menatap tubuh tinggi itu sedang menaruh makanannya di piring.
Aku tersenyum hambar. Oppa.. kau sangat baik padaku. Tapi aku? Mianhae oppa.. Jeongmal mianhae.
Hanya itu yang bisa aku katakan. Aku tidak mau terus-terusan menyakitinya. Tapi dilain sisi, aku sulit melepasnya. Bagaimanapun juga, ia adalah namjachinguku sejak beberapa bulan lalu. Tentu saja aku menyayanginya. Sangat
Aku mengalihkan pandanganku ke arah samping. Kaca besar -menyerupai dinding- itu memperlihatkan keindahan taman belakang kampusku. Rumput hijau dengan danau tepat di tengahnya. Indah.
Mataku menatap dua orang yang sedang bercanda tawa di bawah pohon dekat danau.

DEG

Air mataku mengalir begitu saja mengetahui siapa mereka.
Baekhyun dan.. Taeyeon unnie
Mereka terwata lepas. Ya tuhan, bahkan tawa baekhyun kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Terlihat bahagia. Tentu saja.
Aku menghapus air mataku, melihat chanyeol oppa datang dengan membawa sebuah nampan.
"ri-ya? Waeyo?"
Aku melihat raut kekhawatiran dari wajahnya. Ia pasti melihatku menangis tadi.
"tidak apa-apa oppa. Mana susu pisangku?"
"haaaaah.. Syukurlah. Aku seperti melihatmu menangis tadi. Kau tau, aku khawatir nari-ya"
"Ini" lanjutnya seraya, memberikan susu pisang kesukaanku. Aku hanya mengulum bibirku.
Aku memperhatikan chanyeol oppa yang masih melahap makanannya. Ia sangat lucu saat makan. Apalagi saat lapar seperti ini. Makanan apa saja akan ia santap dengan semangat. Aku suka itu

Aku tersenyum getir saat melirik kearah kaca besar di sampingku. Mereka masih ada
Aku menggigit bibir bawahku, menahan pilunya hatiku saat ini. Tak sadar aku meremas kotak susu pisang digenggamanku. Mataku masih menelisik kegiatan mereka. Oh tuhan, sampai kapan aku akan seperti ini?
"nari-ya?"
"ah, ne oppa? Kau sudah selesai?"
ia mengangguk lucu. Aku mengambil tisu ditasku, mengangkat tanganku mengusap ujung bibirnya.
"kau seperti anak kecil oppa"
Aku masih mengusap ujung bibirnya.
Aku sadar apa yang aku lakukan. Aku berniat menurunkan tanganku kembali, tapi tangan chanyeol oppa menahannya. Ia menggenggamnya lembut seraya tersenyum manis. Jantungku berdegup sedikit kencang.
"gomawo"
"cheonma oppa :)"
"kajja"
---

(baekhyun pov)

Taeyeon noona.. Mengapa kau begitu indah dimataku?. Aku tau kau tidak menyukaiku layaknya yeoja terhadap namja, melainkan noona terhadap saengnya. Aku menghargai itu noona.. Aku sangat menghargainya.
Tapi, kumohon biarkan aku tetap seperti ini. Mencintaimu, walaupun aku tidak bisa menggapaimu dan memilikimu. Cukup, cukup aku melihat senyummu untukku, hatiku sudah sangat bahagia.
---

Aku mendengus mengingat tugas yang menumpuk untuk minggu depan. Dasar, shin seonsaengnim! Kapan ia akan sedikit saja membiarkanku beristirahat dari tugas menumpuk seperti ini?
Lihat berapa banyak buku yang sedang ku pegang ini? Aku harus membacanya diperpustakaan sebelum pulang sore nanti? Oh ayolah! Shin seonsaengnim menyebalkan.
'bruk'
---

(author pov)

'bruk'

bunyi indah itu membuat baekhyun terjatuh dengan buku-bukunya yang berserakan. Lalu mendengus kesal. Bagaimana bisa ia menabrak orang seperti ini?
"mianhae"
Yeoja itu dengan gesit membereskan buku-buku baekhyun yang berserakan dengan raut wajah panik. Setelah di bereskan, ia menatap baekhyun penuh sesal.
"baekhyun-ssi? Kau tidak apa-apa? Apa ada yang sakit?"
Baekhyun menatap yeoja yang kini tengah membantunya berdiri itu datar.
"gwenchana"
baekhyun menjawab pelan, matanya masih menatap yeoja itu dengan pandangan yang sulit diartikan.
"kau mau kemana? Biar aku yang membawa buku ini"
Yeoja itu menatap baekhyun dalam. Memohon. 'hanya sebagai permintaan maaf, tidak lebih. Kumohon' hatinya berharap..
"aku mau keperpustakaan. Baiklah"
Baekhyun berjalan santai meninggalkan yeoja itu. Yeoja itu hanya mendesah, menyeret kakinya mengikuti baekhyun.
Jujur, ia lelah diperlakukan seperti itu oleh baekhyun. Ia ingin menangis saat itu juga. Ia memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya seraya tersenyum mengikuti langkah baekhyun. Meskipun hatinya sangat sakit.
Tak sadarkah yeoja itu? Ada seorang namja yang masih meringis -setelah bertabrakan dengan baekhyuun- disana. Ia menatap kosong punggung nari. Ya, yeoja itu nari. Cho nari, yeojachingunya.
"chukkae chanyeol. Dia bahkan melupakanmu disini"
Chanyeol hanya memejamkan mata. Menahan rasa sakitnya. Bukan, bukan sakit akibat insiden tadi. Hanya saja hatinya yang sedang sakit sekarang.
Ia meninggalkan tempat itu dengan kaki terseok.
---

Perpustakaan begitu sepi. Tidak akan ada yang sudi datang kesini menjelang sore. Dan baekhyun harus tertiban sial dua kali. Pertama, ia akan menghabiskan waktu sorenya disini, diperpustakaan. Mencari referensi untuk bahan tugasnya minggu depan. Kedua, ia harus bersama yeoja yang tidak ia kenal sepanjang sore ini. Mungkin jika ia mau, sudah dari tadi ia mengusir yeoja itu, tapi yeoja itu terus berkata 'tidak. Aku akan menemanimu disini'.
Mencari referensi memang sedikit susah. Apalagi dengan buku-buku tebal seperti ini. Baekhyun mendesah. Ia sedikit melirik yeoja itu. Ia sedikit tidak suka diperhatikan seperti itu.
Ia teringat perdebatannya dengan chanyeol tempo lalu. Saat ia dipukul tepat dirahangnya yang masih perih hingga sekarang.
'Apa dia yang bernama cho nari?' pikirnya
'mana ku peduli' lanjutnya
"baekhyun-ssi"
Nari -yeoja tadi- memegang pipi baekhyun. Mengusap ujung bibir baekhyun yang sedikit membiru. Bekhyun hanya meringis. Raut wajah nari seketika berubah gelisah.
"bibirmu kenapa huh? Kau habis berkelahi? Siapa yang melakukan ini baekhyun-ssi?"
Baekhyun menyentak kasar tangan nari. Berjalan meninggalkan nari sendiri -tanpa sepatah katapun-.
Nari menatap nanar punggung baekhyun yang menghilang di depan pintu perpustakaan.
Ia terisak pelan. Menangis. Ia meremas tepat dijantungnya. Sakit. Sama seperti hatinya. Baru saja ia merasakan sensasi luar biasa dijantungnya yang berdegup kencang, seketika berhenti berdetak.. Terhempas, jatuh.
Chanyeol. Seketika ia mengingat namja itu. Bodoh! bagaimana bisa ia melupakan chanyeol, sudah pasti sekarang chanyeol sudah pulang -mungkin- setelah insiden tabrakannya -chanyeol- dengan baekhun dilorong tadi. Ia kembali menangis. Ia benar-benar sendiri sekarang. Sendiri.
---

(chanyeol pov)

Aku masih menunggunya diparkiran kampus. Walaupun nari melupakanku. mencampakanku sekalipun. Aku tetap menyayanginya. Mencintainya.
Aku melihat baekhyun keluar dari gedung perpustakaan, menuju mobilnya. Aku rasa ia akan pulang. Tapi, dimana nari? Apa yang terjadi?
Aku mengambil langkah cepat kearah baekhyun.
"baekhyun-ah!"
Ia menatapku malas. Sepertinya ada yang tidak beres
"waeyo?" tanyanya sinis. haaah, aku tak menjamin hubunganku dengannya akan kembali membaik seperti dulu
"dimana nari?"
Ia membuang napas kasar
"dia masih disana. Dia sangat mengganggu!" baekhyun kembali berjalan menuju mobilnya.
Tanganku mengepal kuat.
"akan ku hajar kau nanti, baekhyun" aku berdecak geram. Dengan cepat aku berlari meninggalkan parkiran menuju perpustakaan. Tunggu aku, nari.
---

'brak'

"haah.. Haaah, na-h-ri? Kau tidak apa-apa?"
Ia berlari, memelukku erat. Aku membalas pelukannya. Bajuku basah. Aku tau ia menangis. Yang bisa kulakukan hanyalah mengelus lembut rambutnya.
"oppa, mianhae. Mianhae. Jeongmal mianhae"
Tangisnya semakin kencang. Ku eratkan lagi pelukanku. Kumohon, jangan menangis nari. Itu membuatku sakit
"kau tidak punya salah apapun padaku. Jadi, tidak usah meminta maaf seperti itu. Ara?"
Ia terisak pelan, dan memelukku semakin erat.
"aku.. Aku banyak berbuat salah padamu oppa. Kumohon maafkan aku"
"aku sudah memaafkanmu nari-ya. Aku bahkan tidak bisa membencimu, tidak akan"
Aku memejamkan mataku. Kumohon tuhan, izinkan yaoja ini menjadi milikku seutuhnya. Kumohon, bukalah hatinya untukku. Kumohon
---

(baekhyun pov)

Aku memegang jantungku yang berdegup cepat. Entah kenapa seperti ini.
Aku tidak tau perasaan apa ini.. Tapi, aku merasakan sakit saat melihat yeoja itu menangis.
Apa aku begitu kasar? Entahlah. Tapi, yang kurasa sekarang, hatiku berdenyut nyeri. Lebih sakit, dibandingkan saat aku ditolak oleh taeyeon noona. Bahkan lebih menyakitkan, dibandingkan saat aku mengetahui taeyeon noona akan segera bertunangan.
Air mata itu. Aku tidak mau melihatnya lagi.. Lebih baik seperti ini. Tetap tidak mengenalnya. Hatiku sangat menginginkan nari bahagia -setelah apa yang aku perbuat?-. oh ayolah baekhyun! kau ingin membuatnya bahagia? Bodoh!, bahkan selama ini aku selalu membuatnya sedih. Aku begitu jahat padanya. Aku tidak pantas untuknya. Kurasa aku akan menangis semalaman ini. Aish..
---

Aku melihat mereka. Chanyeol dan nari. Apa benar karma itu ada? Mengapa sakitnya sampai seperti ini?
"chen-ah"
"ne, waeyo?"
Aku menghela napas pelan. Aku masih melihat mereka yang sedang tertawa bersama di dekat danau itu.
"apa kau tau, ada hubungan apa chanyeol dengan yeoja itu?" Tanyaku tanpa menoleh sedikitpun pada chen. Chen masih bergeming, Mungkin masih sibuk dengan makanannya.
"kau benar-benar tidak tau?"
Keningku mengerut menatapnya heran.
"Tidak tau? Tentang apa?"
"ah, kau benar-benar payah baekhyun-ah. Kau harusnya lebih banyak bersosialisasi daripada harus memandangi taeyeon noona. Atau, kau masih sakit hati?"
Chen terkekeh pelan. Aku tak ambil pusing pertanyaannya itu. Tidak aku jawab pun, ia sudah pasti tau.. Ditolak, dan menerima kenyataan orang yang kita cintai akan segera bertunangan. Apa itu tidak menyakitkan?
Tapi aku sudah melupakan itu. Aku memang sedang patah hati -lagi. Nari.. Kau benar-benar membuatku tersiksa. Kau bahkan tega membiarkan aku merasakan karma, karena tidak pernah bisa membalas perasaanmu padaku.
"sudahlah chen, aku sedang malas berdebat. Kau cukup menjawab pertanyaan awalku"
"haaah, baiklah.. baiklah. Yang ku tau, Chanyeol dan nari sudah berpacaran sejak 4 bulan yang lalu. Tapi baru menunjukan kemesraan mereka seperti itu, beberapa waktu lalu"
Aku tak tau bagaimana perasaanku sekarang. Sedih, perih, benar-benar menyedihkan. Kantung mataku saja masih membengkak akibat menangis semalam. Cengeng? Apa peduliku?.

Mereka sudah berpacaran yah? Sejauh itu? Ah, pantas saja chanyeol memukulku waktu itu. Aku tidak melupakan apa yang ia katakan.. jika ingin memiliki seseorang, harus ada pengorbanan..
Kau beruntung chanyeol. Kulihat pengorbananmu tidak sia-sia
---

(nari pov)

Sudah kuputuskan. Aku akan belajar mencintai namja dihadapanku ini. Chanyeol oppa. Aku berjanji tidak akan menyakitimu lagi.
Baekhyun? Ah, aku baru saja akan menghapusnya dari hatiku. Tapi nampaknya belum bisa. Dan tidak akan bisa. Ia sudah menempati tempat khusus dihatiku. Aku akan tetap mencintainya.. Dan aku tidak akan mengecewakanmu, chanyeol oppa.
Aku tersenyum hangat memegang pipinya. Aku baru sadar, ia begitu tampan. Sangat tampan. Aku beruntung bisa memiliki namja sepertimu oppa. Namja yang tulus mencintaiku..
Aku memejamkan mataku perlahan. Mengecup bibirnya sekilas. Chanyeol oppa terlihat kaget atas perlakuanku. Tapi sejurus kemudian ia tersenyum sangat manis padaku. Matanya menatapku, bermaksud menggodaku. Aish
"nari-ya, sejak kapan kau menjadi agresif seperti itu huh?" tuhkan! Dia pasti menggodaku. Aku merenggut kesal. Tapi wajahku panas!! Pasti sudah merah sekali. Aigo~ aku maluu.
"oppa!! Berhentilah menggodaku seperti itu. Aku malu"
Aku hanya bisa menutup wajahku –dengan kedua tanganku- sekarang. Aku tau, ini mungkin sudah takdir tuhan.. Tidak mengizinkanku bersama baekhyun, tapi mengirimkan namja tampan ini untukku. Ya, Park Chanyeol lah takdirku. Bukan Byun Bekhyun.
"arraseo cho nari. Saranghae.."
ia menatapku lembut, aku bisa merasakan debaran jantungnya yang berdegup kencang. Aku juga merasakan jantungku berdegup kencang. Apakah ini artinya, tuhan sudah membuka celah lebih besar untuk chanyeol dihatiku?.
Aku tersenyum lembut dan mengecup pipinya singkat.
"nado saranghe.. Oppa^^"
Aku harap, aku bisa lebih mencintainya. Tuhan.
Aku tidak ingin melepaskannya. Aku tidak ingin ia meninggalkanku. Kumohon, tuhan..
---

END