2013

Monday, 28 October 2013

[EXO FF] The Time - Oneshot











Title : The Time

Author : kaiwifey

Cast :     Kim Taeyeon (SNSD)
            Oh Sehun (EXO)

Rating : PG 15

Length : Oneshot

Genre : Romance

Disclaimer : Cast belong to God, their parents and SM! But this story and plot is mine! Don’t copy paste this story! Don’t be a Plagiarism!

Hope you enjoy, and Happy reading~


–The Time–

 Takdir dan waktu akan kembali untuk mereka yang belum memiliki kisah akhir–


***

Tentang bagaimana bumi ini berputar pada porosnya, bergerak mengelilingi matahari hingga masanya habis. Hanya bersisa karatnya yang termakan jaman. Manusia tidak banyak tau tentang kisah bumi, jika diibaratkan manusia –dia- yang rela menghabiskan waktunya hanya untuk sebuah masa lalu. 

Lelah, terus menerus meminta waktu berputar kembali atau sekedar meminta waktu terhenti agar bisa tidur lebih lama. Konyol.

Karena pada nyatanya waktu terus berlalu tanpa bisa diputar ulang.

----

----

-----

Taeyeon menutup buku sastranya, ia menghela nafas kecil sembari melepas kacamata 2 minus-nya dan meletakkannya di meja. Tangan halus itu kemudian terangkat, mengucek pelan kedua matanya yang sedikit buram oleh embun keringat.

Bau apek –khas dari buku-buku tebal di ruang perpustakaan kampusnya itu menguar memenuhi indra penciumannya, serta merta membuatnya meringis. Cahaya yang semula tertangkap samar oleh pupil matanya kini terlihat lebih jelas. Ia mengalihkan tatapannya pada setumpuk buku tebal bertemakan sastra klasik di atas meja, lalu mendesah kecil. Kemudian sepasang matanya berakhir menatap notebooknya –yang menampilkan jendela microsoft word-, jelas tertera sebanyak duapuluh lima halaman yang sudah terisi. Masih tersisa lima halaman lagi untuk menyelesaikan tugas papernya. 
Taeyeon melirik sekilas arloji di pergelangan tangan, pukul tujuh tiga puluh malam. Dia menghembuskan nafas berat. Tubuh mungilnya berdiri dan segera merapikan buku-buku tebal itu di sisi kiri meja, lalu memasukan notebook putihnya kedalam tas. Sementara waktu terus mengintipnya di balik jarum jam yang berhimpit.

Sadar akan waktu yang terus beranjak, dia lekas meninggalkan ruang perpustakaan itu.

Senyap ..

Hanya derap langkah kaki dirinya yang menggema di sepanjang koridor. Gerutuan kecilnya sesekali terdengar di keheningan malam. Ruang perpustakaannya memang terletak di pojok sebelah utara kampus –tepatnya di dekat gedung vakultas seni-, sangat jauh dari gerbang kampus juga gedung vakultasnya. Menyebalkan.

Di tengah pikirannya yang melayang tadi, langkahnya terhenti –tepat di dekat ruang musik-. Dahinya sontak mengernyit heran saat gendang telinganya mendengar suara alat musik yang berdenting, seketika membuatnya merinding.

Taeyeon menengok kearah kiri, iris madunya mendapati pintu ruang musik yang sedikit terbuka. Didorong rasa penasaran, Taeyeon mendekat dan membuka pintunya pelan. Suara derit engsel pintu yang terbuka terdengar cukup memekakan telinga. Lewat celah yang lebih lebar itu ia bisa melihat isi ruangan secara keseluruhan.

Alunan musiknya kian melambat, namun terdengar semakin dalam. Taeyeon bergeming, kedua bola matanya menatap takjub atas apa yang di lihatnya saat ini. Sosok pria itu membelakanginya, terus-menerus menekan tuts piano di depannya dengan lihai.

Nada-nada berikutnya semakin tinggi, menggetarkan jiwa. Taeyeon menatap kosong punggung tegap itu, seluruh isi otaknya tengah memproses setiap nada yang terdengar memilukan, namun otaknya seakan lumpuh. Selaput liquid merembes keluar tatkala kedua kelopak matanya berkedip.

Dia tak mengerti mengapa hatinya seakan merasakan kehancuran dari perasaan si pemain piano itu. Taeyeon sama sekali tak bergerak, ia merasa seolah-olah nada yang didengarnya dengan perlahan memutuskan seluruh urat sarafnya hingga tak bisa merasakan apapun lagi selain rasa sakit itu sendiri.

Sentuhan di tuts terakhir, nada berat dan penuh penekanan itu mengakhiri permainan si pria. Sementara Taeyeon, gadis itu masih terdiam dengan satu tangannya yang mencengkram erat hendel pintu. Si pria membalikan badan, kedua iris hitamnya menatap Taeyeon terkejut. Secepat mungkin dia merubah kembali  raut wajahnya, penuh ketenangan. Meskipun kentara sekali dari sorot matanya jika pria itu tengah meredam perasaan rindu yang saat ini membuncah.

Derap langkah si pria menginterupsi keheningan yang sempat tercipta. Terus melangkah hingga sosoknya tepat berdiri didepan Taeyeon.

“Apa yang kau lakukan disini?”
 Taeyeon menarik nafas, tersadar sepenuhnya dan menatap si pria. Gugup.

“Tadi, ak- aku hanya kebetulan lewat” terangnya. Sebelah tangannya menggaruk pipi meronanya pelan. Salah tingkah. Si pria hanya terkekeh.

“Maksudku, ini sudah malam dan kau masih disini?” sebelah alis pria itu terangkat. Sementara kedua bola matanya menatap Taeyeon dalam. Membuat gadis itu semakin menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah merah padam.

“Aku baru saja mengerjakan tugas” jawab Taeyeon pelan, namun masih terdengar si pria.

“Maaf jika aku mengganggumu, aku permisi” lanjutnya. Setelah membungkuk sembilan puluh derajat, gadis itu langsung berbalik dan berlari meninggalkan si pria yang kini menatapnya sendu.

...

Saat kami kembali dipertemukan, mengapa hanya aku yang ditakdirkan mengenalnya?

***

Hari ini matahari bersinar cukup terik. Taeyeon, dengan langkah malasnya berjalan ke ruang kelas. Dia baru saja keluar dari ruangan Prof. Shin, menyerahkan tugas papernya. Bukannya mendapat pujian karena sudah berhasil mengumpulkan tugas paper sebanyak 30 halaman –sesuai yang diperintahkannya- alih-alih malah mendapat kritikan pedas, hanya karena beberapa kalimat rancu yang diletakannya di awal paragraf.

Kyungsoo –temannya- memandang Taeyeon bingung, ketika gadis itu menghempaskn tubuhnya dengan lemas di samping kursinya.

“Apa yang terjadi padamu?”

Kesal karena pertanyaannya tak juga mendapat respon dari Taeyeon. Dia mencubit pipi gadis itu hingga si empunya meringis sakit. Tapi tak ada niat sedikitpun untuk memjawab pertanyaan Kyungsoo atau sekedar membalas mencubit pipi pria bermata bulat itu seperti yang sering dilakukannya.

“Taeyeon-ah”

 

“Yak! Kim Taeyeon!”

Masih tak ada sahutan dari di pemilik nama.

“Kau itu kenapa, sih?” Kyungsoo mengerang frustasi. Dia paling tidak suka diabaikan. Taeyeon menatap Kyungsoo malas.

“Aku baik-baik saja, Kyungsoo”

“Aku tak percaya, pasti ada sesuatu yang terjadi kan?”

Taeyeon menghela nafas. Dia baru ingat jika temannya yang satu ini memiliki tingkat penasaran yang sangat tinggi.

“Aku baru saja ke ruangan Prof. Shin, mengumpulkan tugas paper”

“Lalu?, apa yang terjadi?”

“Kau pasti tau bagaimana prof. Shin itu kyungsoo, dia sangat menyebalkan. aku sudah mengerjakan paper itu susah payah, ku kira hasilnya akan bagus. Tapi dia bilang aku melakukan kesalahan dengan meletakkan kalimat-kalimat tidak penting di dalamnya. Aku tau itu kesalahanku, tapi setidaknya dia tidak harus marah-marah seperti itu” taeyeon mengakhiri ceritanya dengan menghela nafas. Sementara Kyungsoo hanya diam, menatap Taeyeon iba.

“Sudahlah, aku kesal jika harus membahasnya.”

“Aku rasa ini sebuah pelajaran untukmu, agar tidak ceroboh lagi dalam mengerjakan tugas. Kau harus semangat!”

“Ya, aku mengerti. Terimakasih Do Kyungsoo, aku sedikit lega sudah menceritakannya padamu”
Semburat merah tampak menyeruak di permukaan pipi Kyungsoo. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya Taeyeon memeluknya.

***

Taeyeon membaringkan tubuhnya diranjang. Lelah karena tugas kuliah yang akhir-akhir ini bertambah banyak, dan lagi beberapa minggu ke depan akan ada pre-test tengah semester. Waktu terus bergulir hingga rasa kantuk mulai menggelayuti kelopak matanya. Gadis itu tertidur pulas setelah menarik selimut tebalnya sampai menutupi kepala.

...

.......

.......

“Kita akan bertemu lagi”


“Kau bercanda? Kumohon jangan pergi, Sehun”


“Hei, dengarkan aku. Aku mencintaimu dan aku yakin kita akan ditakdirkan bertemu lagi”


“Dan ketika waktu itu tiba, benang takdir akan kembali tersambung”

...

Taeyeon terbangun dengan nafas sedikit memburu. Jantungnya berdegup kencang, dan keringat mulai membasahi sekitar keningnya.

Mimpi yang sama dengan mimpi-mimpi yang dialaminya beberapa hari terakhir ini.

Mimpi aneh yang seakan-akan memanggil dirinya. Mimpi yang begitu terasa nyata, seperti halnya Dejavu?

Sehun.
Sehun?

Nama yang sama dalam mimpi yang sama. Mengapa dia merasa tak asing dengan nama itu?. Dia yakin sebelumnya tidak pernah mengenal pria bernama Sehun itu. Lantas, apa yang membuat dadanya bergemuruh setiap melafalkan nama itu?

Sehun, siapa kau sebenarnya?, apa kita pernah bertemu jauh sebelum ini?. Bisiknya pada keremangan cahaya. Tak ada sahutan, hanya senyap yang mengharuskannya berpikir keras tentang hal ini.

***

Tidak ada yang tau bagaimana waktu dan takdir saling terkait. Para manusia seringkali menyalahkan takdir atas kehidupan misterinya, dan mengabaikan waktu yang justru menertawakan kebodohannya.

Takdir seolah mati jika waktu terhenti, begitupula sebuah takdir akan terulang lagi jika waktu dengan baik hatinya berputar menjemput masa itu.

...

Pria berkulit putih bak porselen itu kini tengah berjalan di sepanjang koridor vakultas sastra. Dia sedikit kelimpungan karena tidak terlalu mengetahui sedikitpun seluk beluk gedung ini. Jelas, karena dia mengambil vakultas seni yang gedungnya berbeda dengan vakultas sastra.

Dia mendengus kecil. Kalau bukan karena seseorang yang sangat ingin ditemuinya itu, mana mau dia berkeliaran seperti orang linglung dan lagi beberapa pasang mata yang menatapnya membuatnya risih.

Tap

Langkahnya terhenti setelah iris hitamnya menangkap sosok yang dicarinya tengah berjalan menunduk.

Degupan jantungnya melebihi kapasitas normal, serta tubuhnya tiba-tiba kaku disaat sosok itu semakin dekat kearahnya. Taeyeon masih tak menyadari sosok pria di depannya, dia terus berjalan dengan kepala tertunduk. Sepertinya gadis itu terlalu larut dengan ponselnya.

“Kim Taeyeon?”

“Ne?”

Gadis itu mendongak, dan terbelalak mendapati wajah seorang pria –yang membuat jantungnya akhir-akhir ini berdetak abnormal- berada beberapa senti di depannya. Wajahnya bersemu. Dia teringat kejadian diruang musik beberapa hari yang lalu.

“Bisa bicara sebentar?”

Taeyeon tidak mengerti mengapa dirinya menyetujui permintaan pria yang belum dikenalnya ini. Jujur saja, dia baru bertemu dengan pria berkulit putih seputih susu ini di ruang musik kala itu.

Tanpa diduga pria itu langsung menyeretnya menuruni beberapa tangga sebelum akhirnya mencapai lantai dasar. Dia menatap lengannya yang di cengkram erat oleh si pria, membuat pipinya semakin terasa panas dan degupan jantungnya semakin menggila.

Mereka terus melangkah hingga akhirnya dirinya dan seorang pria –tak dikenalnya itu berada di taman belakang kampus. Taman yang cukup sepi mengingat letaknya yang memang berada cukup jauh dengan gedung vakultas. Si pria yang sadar masih mencengkram tangan Taeyeon lantas melepasnya meskipun rasa tak rela menghampirinya.

“Apa kau mengingatku?” Taeyeon menelan ludah dan mengangguk ragu.

“Kau orang yang waktu itu di ruang musik kan?” cicit Taeyeon seperti orang bodoh tanpa menatap wajah pria di depannya. Entahlah, ada perasaan asing yang masuk ke celah hatinya setiap melihat paras sempurna sosok pria ini.

Ada sebuah kerinduan tatkala iris hitam itu bersirobok dengan iris madu miliknya. Kesedihan tercetak jelas di balik matanya. Dirinya juga tak mengerti mengapa hatinya serasa diremas menyakitkan, seolah-olah mengerti apa yang tengah pria itu rasakan.

Pria meletakkan kedua tangannya di kedua pipi Taeyeon, mengelusnya lembut. Taeyeon tersentak, tapi tak ada pergerakkan sedikitpun dari tubuhnya, bahkan membiarkan ketika pria itu mengecup pipinya lama. Seolah menyalurkan perasaannya lewat kecupan singkat itu. Tatapan Taeyeon berubah kosong.

“Ya, aku Sehun. Oh Sehun. Kau mengingat nama itu, Taeyeon?”
Tiba-tiba tubuh ringkihnya menegang, dengan wajah pucat pasi. Jantungnya berdetak abnormal, sementara kepalanya terasa dihujani batu-batu besar menyakitkan.

...
 
“Tidak buruk kan menjadi sepasang kekasih?”


“Sehun hentikan, ini tidak lucu!”


“Kita akan bertemu lagi, Taeyeon”


“Kau bercanda?, Kumohon jangan pergi, Sehun”


“Hei, dengarkan aku. Aku mencintaimu dan aku yakin kita akan ditakdirkan bertemu lagi”


“Dan ketika waktu itu tiba, benang takdir akan kembali tersambung”

...

Potongan adegan mimpi itu kini terlihat sangat jelas bahkan nyata. Sosok pria bernama Sehun yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang, yang sebelumnya hanya menyerupai bayangan hitam kini terlihat jelas. Wajah itu sama persis dengan wajah seseorang bernama Sehun yang saat ini berada di depan matanya.

...

DEG

Gadis itu terbelalak lalu menatap Sehun yang kini menatapnya sendu.

“Apa maksudnya ini, Oh Sehun?” Dia berbisik  nyaris tak terdengar. Suaranya bergetar seperti menahan tangis.

“Kisah kita belum berakhir Taeyeon, dan waktu mengerti perasaan kita–”
.

“ –dia sudah mengatur semuanya”

...                                                                                    

Takdir dan waktu memang diciptakan untuk mereka yang belum memiliki kisah akhir. Dimana mereka yang hidup dengan penuh kesalah pahaman, perasaan yang tak tersampaikan, kisah cinta yang terpisah, hingga mereka yang memiliki dendam. Dia kembali berputar untuk mengakhiri itu semua, namun bukan sepenuhnya berputar ke masa lalu, hanya membuat takdir itu seolah kembali terulang.

Karena pada kenyataannya waktu yang sudah berlalu tidak akan pernah kembali.

***

 END


A/N: maaf banget baru post ff lagi setelah beberapa bulan sempet gak buka blog U.U banyak tugas soalnya, abis UTS juga. dan maaf lagi karena bikin ff yang ceritanya kurang memuaskan untuk readers. jangan bosen sama cast ceweknya yah ^^! makasih yang udah baca dan sampai jumpa di ff EXO yang lainnya *bow

Thursday, 15 August 2013

[EXO FF] Complicated – Oneshot






Title: Complicated

Author : kaiwifey

Cast :     Byun Baekhyun (EXO)

Kim Taeyeon (SNSD)

            Xi Luhan (EXO)

Rating : PG 17

Length : Oneshot

Genre : Angst, Sad, Romance

Note : assalamualaikum, hehe ketemu lagi sama oneshot gajelas punya saya :D jangan bosen-bosen ya! Tadinya gamau post soalnya ga beda jauh lah sama ff saya yang lainnya. Di genre mungkin ya, saya pake angst, sad, romance mulu. Hehe maklum saya lebih sreknya sama genre itu kalo bikin ff. tapi, yaudahlah yah yang mau baca silahkan dn yg gasuka mending ga usah baca! Pairing tetep Exotaeng!

Disclaimer : Cast belong to God, their parents and SM! But this story and plot is mine! Don’t copy paste this story! Don’t be a Plagiarism!

Happy Reading ^^
***

“aku tak tau mengapa kami memilih menjalani hubungan ini. Jangan salahkan kami, karena perasaan ini murni adanya. Kami menginginkan satu sama lain dan membuat ini menjadi sangat rumit. Dan bodohnya aku tidak bisa melepasnya begitu saja”

–Kim Taeyeon


–Complicated–


“yoboseyo?”

“…”

“ne, aku mengerti. Aku akan kesana sebentar lagi”

“…”

“ne, annyeong Baekhyun-ah”

Wanita itu menutup telponnya. Diam-diam dia menghela nafas, menetralkan debaran jantungnya yang berdetak kencang. Pelan, dia menggelengkan kepala.

‘tidak’

Langkkahnya terayun menuju pelataran parkir, memasuki mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang. Di dalam mobil tak ada hentinya dia menghela nafas, menggelengkan kepala atau sekedar memukul kepalanya pelan.

‘bodoh’

Lima belas menit dalam perjalanan dengan berbagai pikiran berseliweran diotaknya, cukup menguras energinya. Peluhpun terlihat membasahi dahinya. Setelah beberapa saat hanya terdiam di dalam mobil, akhirnya dia memutuskan untuk keluar dan menemui seseorang di seberang telpon tadi.

Taeyeon –nama wanita itu- sedikit merapikan pakaiannya sebelum memasuki sebuah restoran bernuansa eropa di hadapannya. Bola mata coklat miliknya terus menelusuri setiap sudut ruangan, mencari seseorang yang mengajaknya bertemu, seseorang bernama lengkap Byun Baekhyun.

Postur tegap dihadapannya terlihat familiar, dengan rambut yang berwarna coklat mudanya dan gesture tubuhnya, tentu saja dia Byun Baekhyun. Taeyeon menyunggingkan senyum tipis.

‘masih sama’

“Baekhyun?”

“Taeyeon-ah?, annyeong”

Pelukan tiba-tiba itu cukup membuat jantung Taeyeon berdebar tak karuan. Dia tak membalas, hanya mampu menatap kosong dinding didepannya. Laki-laki yang kini memeluknya, sepertinya telah membuka sedikitnya lembaran masa lalunya.

“Aku sangat merindukanmu”

Deg

‘nado, Baekhyun-ah’

Wanita itu tak mampu lagi menahan selaput bening yang sedari tadi menggelayut manja di pelupuk matanya, kini mengalir dengan bebas di kedua belah pipinya. Pelukan itu berakhir, menyadarkannya dari dunia kosong, mengembalikan kesadarannya ke dunia nyata. Semua sudah berlalu. Tangannya bergerak menghapus air matanya.

“kau baik-baik saja?” Sebelah tangan laki-laki itu menyentuh pipinya, bahkan mengusapnya lembut. Tubuhnya tak mampu merespon apapun, hanya terdiam menikmati sensasi yang terasa menggelitik perutnya.

“hey, sebaiknya kau jangan memaksakan diri jika kau sedang tidak baik-baik saja. Kita bisa bertemu lain kali”

“ne?” Taeyeon tersentak, dia balas menatap Baekhyun yang tengah menatapnya khawatir dengan pandangan bingung.

“kau sedang sakit?”

“aniyo, aku baik-baik saja. Kau tak usah khawatir” Wanita didepannya membalasnya dengan berbisik. Tetapi masih cukup terdengar, Baekhyun hanya menganggukan kepalanya.

Hening kini mendominasi, keduanya tengah berkutat dengan kesibukannya masing-masing. Taeyeon dengan makanannya, dan Baekhyun dengan mug coklat panasnya. Bola matanya sekali-kali melirik wanita di depannya. Ia tak beusaha memecah keheningan, lebih tepatnya Baekhyun menikmatinya. Menikmati pemandangan indah didepannya, wanita cantik yang begitu memesona. Wanita anggun yang mampu menyeret setiap laki-laki untuk lebih mengenalnya, menyayanginya, melindunginya, dan pada akhirnya jatuh kedalam pesonanya. Seperti dirinya.

Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyum tipis. Ingatannya tanpa ia perintahkan terus menyelami masa lalu. Membuka lembaran demi lembaran kertas usang di memorinya. Dimana tertera jelas disetiap lembarannya penuh dengan nama wanita dihadapannya.

Suara dehem pelan menariknya kembali ke masa kini. Baekhyun menatap Taeyeon. Kali ini wanita bertubuh mungil itu tengah menyibukkan diri dengan meniup-niup mug berisi coklat panasnya.

“Jadi, apa yang ingin kau katakan?”

“sebenarnya –” Baekhyun mengusap tengkuknya, sebenarnya tidak ada hal penting seperti yang dia katakan sebelumnya di telpon. Dia hanya ingin bertemu dengan Taeyeon saja, dan juga..

“ –ah ini, aku hanya ingin mengundangmu datang ke acara pernikahanku bulan depan”
Wanita itu tertegun. Pernikahan? Bulan depan?, Baekhyun akan menikah? Tapi dengan siapa?. 

Banyak pertanyaan yang kini memenuhi otaknya. Dengan tak sadar pula Taeyeon mengerutkan kening, berpikir keras. Dadanya terasa sesak. Tapi perlahan dia tersenyum –miris-, lalu mengulurkan tangannya, Baekhyun membalasnya dengan raut wajah datar.

“chukkae, akhirnya kau akan menikah juga. Siapa wanita beruntung itu?” Suaranya terdengar bergetar. Sekuat tenaga ia menahan cairan bening itu agar tak meluruh.

Baekhyun menatapnya, tatapan yang ia sendiri tak tau apa artinya. Yang tertangkap pupilnya hanyalah sorotan mata tajam, terkesan dingin. Tapi, kenapa?

“Aku harus pergi, maaf mengganggu waktumu. Dan, sampaikan salamku pada Luhan”
Baekhyun pergi tanpa menunggu Taeyeon membalas ucapannya. Wanita itu menatap nanar punggung tegap yang semakin mengecil di pupil matanya. Dia menghela nafas, dan setelah itu perasaan sesak seolah menghimpit dadanya tanpa ampun. Kedua pipinya basah dengan air mata. Hatinya kalut dan untuk yang kedua kalinya ia merasa sangat hancur.
 
***

Sosok laki-laki berambut coklat muda itu lagi-lagi menghisap dalam sebatang rokoknya, meniupkan asapnya dengan kasar ke udara. Kaleng bekas minuman berkadar alkohol rendah berserakan dilantai. 

Mata sayunya menatap figura berukuran sedang yang tergolek di atas meja, disana terdapat sebuah potret seorang wanita yang tengah tersenyum lembut. Dia balas tersenyum, seakan-akan wanita di potret itu tersenyum nyata padanya.

Srek

Mata berwarna coklat milknya menyipit ketika seberkas cahaya matahari menerobos masuk setelah seseorang menyibakkan kain gordeng yang sedari tadi tertutup, padahal waktu sudah menunjukan pukul sepuluh pagi. Dia menatap malas seseorang yang kini tengah menatapnya tajam.

“sejak kapan kau mulai merokok lagi, Baekhyun?”

“ck, kau melupakan fakta bahwa aku perokok berat dari dulu?”

“tapi tidak dengan dua tahun terakhir ini”

Laki-laki itu tak mengindahkan  perkataan seseorang yang kini duduk dan mulai menggerutu kesal  disampingnya. Dia malah semakin dalam menghisap rokoknya yang kini sudah setengahnya habis.

“Kyungsoo-ya?”

“heum?”

“aku, ingin menghentikan semuanya. Aku lelah menjadi orang lain”

“maksudmu?” Kyungsoo –sahabatnya- menatapnya bingung.

“kau tau, ini bukan kemauanku. Aku akan membatalkan pernikahannya” Dia membuang puntung rokoknya kedalam asbak. Kemudian menghela nafas lelah. Kyungsoo hanya diam, memperhatikan raut wajah lelah sahabatnya. Dia mengerti bagaimana perasaan Baekhyun saat ini. Dan bodohnya dia tidak bisa berbuat apa-apa selain manepuk pelan punggung sahabatnya. Setidaknya, sebagai seorang sahabat dia merasa memiliki kewajiban untuk selalu ada disamping Baekhyun apapun yang terjadi.

 “tapi, bagaimana dengan ayah mu?”

Baekhyun mendengus kasar. Bodoh. Untuk apa dia memikirkan orang yang ingin membuatnya hancur –dalam pandangannya-.

“aku tak peduli, bahkan jika dia mengancam akan mencoret namaku dari keluarga Byun. Aku sudah tidak peduli lagi”

“ck, jangan bodoh, Baekhyun! Bagaimana dengan perasaan ibumu? Apa kau tak memikirkannya?”

Laki-laki itu terdiam. Dia menghentikan kegiatan memakai kemejanya. Matanya beralih keluar kaca apartemen, menatap birunya langit. Tiba –pikirannya kosong, hanya terlintas bayangan ibunya yang tengah menangis. Dan ia membenci itu.

“aku pergi dulu. Terimakasih untuk semuanya, Kyungsoo”

***

Waktu sudah menunjukan pukul Sembilan malam, tapi Taeyeon masih berada dikantornya, menyibukkan diri dengan banyaknya dokumen yang harus ia periksa. Layar komputer didepannya memperlihatkan deretan huruf dan matanya terlihat tidak fokus pada apa yang sedang dikerjakannya. Pikirannya seperti melayang entah kemana, karena sedari tadi wanita berumur 24 tahun itu hanya menatap kosong.

Tubuhnya tersentak ketika sebuah kecupan singkat mendarat di pipinya. Taeyeon menatap si pelaku dengan kesal, laki-laki itu hanya terkekeh. Tangannya menepuk kepala Taeyeon, lalu dengan seenaknya mendudukan tubuhnya di atas meja kerja Taeyeon, sekalipun tak menghiraukan wanita itu yang saat ini tengah berdecak kesal.

“bisakah kau tak mengganggu pekerjaanku?” ujar Taeyeon datar. Sama sekali tak melihat raut wajah laki-laki yang sampai detik ini masih menatapnya.

“ini sudah larut malam Taeyeon-ah, sebaiknya kita pulang” balasnya lembut. Dia kembali mendaratkan bibirnya diatas bibir Taeyeon, mengecupnya singkat.

“aku masih sibuk, Luhan. Masih banyak dokumen-dokumen yang belum aku baca, sebaiknya kau pulang duluan saja”

“Kau yakin?” Tanya Luhan ragu.

“ne, kau tak usah khawatir”

“Baiklah, aku pulang dulu. Jangan pulang terlalu larut”

Luhan beranjak dari duduknya. Memberi kecupan singkat di bibir wanita itu lagi sebelum akhirnya melangkahkan kakinya keluar ruangan.

“Luhan!”

Laki-laki bersurai pirang itu bebalik menatap Taeyeon.

“selamat malam” ucap Taeyeon sembari tersenyum tipis. Luhan membalasnya dengan melambaikan tangan kecil. Kemudian sosok itu berjalan kembali hingga bayangannya pun lenyap dibalik pintu.

Keheningan mulai menyelimuti ruangan kerja Taeyeon. Dia tak begitu naif dengan berpura-pura tidak tau bagaimana perasaan Luhan, hanya saja dia terlalu sangsi untuk mengerti perasaan laki-laki itu. Bukannya dia tidak memiliki perasaan, justru ini mungkin yang terbaik. Karena jauh daripada perasaan Luhan, dialah yang paling tersakiti dalam perihal ini.

Taeyeon menarik nafas dalam, kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Berharap sesak yang menghimpit dadanya menghilang perlahan seiring hembusan nafasnya. Namun nyatanya tidak, karena dia merasa dadanya malah semakin sesak.

Wanita bernama lengkap Kim Taeyeon itu pun menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan yang menumpu pada meja. Bahu kecilnya berguncang seiring dengan suara isak tangisnya yang tertahan. Dia menangis. Sosok yang selama ini kuat namun terlihat rapuh disaat yang bersamaan. Taeyeon menyerah. Batinnya terus menjerit untuk segera mengakhiri semuanya. Xi Luhan, hatinya masih belum bisa menerima sepenuhnya nama itu. Karena jauh di dalam lubuk hatinya, hanya ada satu nama yang hingga detik ini masih belum bisa terhapus sepenuhnya. Meskipun dirinya sudah menjadi milik orang lain, istri dari seorang Xi Luhan, dia tidak peduli. Karena hati dan pikirannya hanya tertuju pada satu nama, Byun Baekhyun.


Beep beep beep

Ponsel milik Taeyeon berbunyi, dia mengangkat wajahnya. Mata sembabnya melihat nama si penelpon.

‘Baekhyun calling’

Dahinya mengernyit heran, dia melirik arloji dipergelangannya. Pukul sepuluh lebih empat puluh lima malam. Dan laki-laki itu menelponnya?

“ne, yoboseyo?”

“…”

“aku masih di kantor. Wae?”

“…”

“kau cari mati huh?, kau lupa Luhan juga tinggal disana?” Dia mendengus. Bagaimana bisa laki-laki itu memiliki pemikiran bodoh untuk datang kerumahnya malam-malam seperti ini? Dan bagaimana bisa Baekhyun melupakan fakta bahwa Taeyeon sudah memiliki suami?

Bodoh.

“…”

“ke apartemenku saja”

“…”

“ne, annyeong” Wanita itu tersenyum kecil.

Setelah membereskan semua dokumen-dokumen yang berserakan di meja, dia segera menyambar tas dan ponselnya juga kunci mobilnya dan segera keluar ruangan.

Entah bagamana awalnya, mereka tak memutuskan untuk kembali karena nyatanya Taeyeon masih berstatus istri Luhan. Semenjak pertemuannya dengan Baekhyun minggu lalu, dia tidak tau persisnya seperti apa. Tapi, mereka tiba-tiba terlibat dalam sebuah ciuman panas ketika lusa malamnya mereka bertemu di sebuah bar. Dia juga tidak tau kala itu dia sedang mabuk ataukah sadar sepenuhnya, yang jelas mereka melakukannya semalaman. Penyatuan yang seharusnya tak pernah terjadi. Dan pada akhirnya candu itu seperti menyeret Taeyeon kembali ingin menikmatinya bersama Baekhyun. Cintanya, hidupnya..

***

Taeyeon melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup pelan. Jarak kantor dengan apartemennya  tidak terlalu jauh. Dia merogoh ponsel dari dalam tas dan segera menekan speed-dial setelah menemukan nomor yang ingin dia hubungi.

“…”

“yoboseyo, Luhan?”

“…”

“aku tidak akan pulang kerumah malam ini, pekerjaanku masih banyak dan sepertinya aku akan menginap diapartemenku saja, jaraknya cukup dekat dari kantor. Kau tak apa-apa kan?”

“…”

“ne, jaljayo Luhan-ah” Lagi-lagi dadanya terasa sesak.

‘mianhae’

***

Setelah memarkirkan mobilnya di basement, Taeyeon pun keluar dari mobil dan menguncinya. Kemudian berjalan dengan sedikit menunduk karena terlalu lelah. Pikirannya kembali pada masa empat tahun silam. Dimana hubungannya  dengan laki-laki bernama Baekhyun itu masih sangat dekat. Sangat sulit dipisahkan. Pasangan yang benar-benar serasi menurut teman satu kampus mereka.

Dia juga mengingat bagaimana Luhan –dulu adalah sahabatnya- dengan santainya mengatakan pada ayahnya jika dirinya sudah memiliki kekasih. Pada awalnya dia menyangkal dengan pipi yang bersemu merah, dan Luhan yang menahan tawa.

Tanpa tau apa alasannya, dua minggu setelah itu Tuan Kim –ayahnya- menyuruhnya untuk segera memutuskan hubungannya dengan Baekhyun. Membuatnya tersentak, begitupun dengan Luhan.
Dia pun melakukannya, karena dia menghargai ayahnya. Meskipun akibatnya menyakiti dirinya sendiri, dan dia tidak mempedulikan itu. Karena dia sangat menyayangi ayahnya. Hingga akhirnya Tuan Kim mengatakan alasan mengapa Taeyeon harus memutuskan Baekhyun, karena dirinya sudah terikat dengan Luhan. Terikat dengan sahabatnya.

‘Hidup yang menyedihkan, benarkan?’

Terikat seperti apa maksudnya dia sendiri tidak tau. Tapi yang jelas dia mengasumsikan semua hanya karena bisnis. Tidak mungkin jauh dari itu.

“chagiya.. wae, heum?”

Taeyeon tersadar. Dia mendongak menatap pemilik tangan yang kini tengah memeluk pinggangnya erat. Baekhyun.

Laki-laki itu mendekatkan wajahnya, menghapus jarak diantara mereka. Menyatukan kedua belah bibir mereka dalam sebuah ciuman, bahkan lumatan-lumatan kecil.

“Baekhyun, hentikan” ucap Taeyeon. Dia menghindar disaat Baekhyun lagi-lagi akan menciumnya. Laki-laki berumur 25 tahun itu memandang Taeyeon dengan sebelah alis terangkat.

“wae?” tanyanya.

“aku lelah Baekhyun-ah, aku ingin tidur” Taeyeon menjawabnya malas. Perlahan kedua tangannya melepas lengan Baekhyun di pinggangnya. Kemudian beranjak memasuki apartemennya setelah memasukan beberapa digit angka sebagai passwordnya. Baekhyun mengikutinya di belakang, dia dengan acuhnya menyalakan sebatang rokok dan mulai menghisapnya, lalu meniupkan asapnya memenuhi udara kosong.

Taeyeon berbalik dan menatapnya tajam. Sorot mata tajam dan dingin seolah menembus pupil mata Baekhyun. Bola mata itu balas menatapnya malas.

“jangan merokok di apartemenku. Kau tau aku tidak suka asap rokok” ujar Taeyeon dingin

“oh ayolah Taeyeon-ah, hanya satu saja. Setelah ini, aku tidak akan merokok disini lagi”
Taeyeon menghela nafas dan kembali berjalan kearah kamarnya, meninggalkan Baekhyun di ruang tamu. Lebih baik mengalah, Baekhyun akhirnya membuang rokok yang tak habis seperempat itu ke dalam asbak. Kemudian langkahnya terayun menuju kamar Taeyeon. Dia menyeringai tipis menatap punggung wanita itu.

“Baekhyun lepaskan, tidak untuk kali ini. Aku lelah”

Baekhyun memeluknya dari belakang. Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher wanita itu. Dia menuruti apa yang Taeyeon minta, walau sebenarnya dia juga tidak berniat melakukan apapun malam ini. Hanya mencium aroma tubuh wanita itu, bau khas rambutnya begitu menenangkan. Tanpa terasa dia tersenyum –miris-.

“kau masih tidak mau kembali padaku?” Baekhyun berbisik tepat di samping telinganya. Sementara Taeyeon susah payah menahan tangisnya dengan menggigit bibir bawahnya.

“ti-tidak bisa Baekhyun. Aku sudah memiliki Luhan, dan kau juga sebentar lagi akan menikah. Kita tidak bisa terus seperti ini” taeyeon menjawabnya dengan lirih. Air mata yang sempat dibendungnya tak dapat ia tahan lagi, meluruh hingga membasahi pipinya.

Tersentak, Baekhyun membalikan tubuh Taeyeon. telunjuknya mengangkat dagu wanita itu hingga akhirnya dia bisa menatap bola matanya dengan jelas. Dia baru menyadari jika mata Taeyeon sembab, bukan karena menangis saat ini. Melainkan sebelum bertemu dengannya.

Dia menangis sebelumnya? Kenapa?

“kenapa tidak bisa, heum? aku bisa saja membatalkan pernikahan itu” balas Baekhyun lembut. Jemarinya terus menyusuri setiap lekuk wajah Taeyeon. Mata, pipi, rahang wani itu, dan telunjuknya berhenti saat menyentuh bibir Taeyeon sebelum akhirnya menggenggam kedua tangan mungil itu.

“tidak, aku –kita seharusnya tidak seperti ini Baekhyun”

Baekhyun memejamkan matanya kuat. Setitik air mata juga meluruh dari kelopak matanya. Beberapa detik hanya seperti itu, sebelum akhirnya Baekhyun membuka mata dan mengecup lembut bibir Taeyeon. hanya mengecupnya, kemudian dia membawa wanita yang amat dicintainya itu kedalam pelukan.

Pelukan ini yang begitu Taeyeon rindukan. Penuh kelembutan dan kehati-hatian, seolah dirinya adalah seonggok kaca rapuh yang akan pecah jika tersentuh.

***

Sinar matahari menerobos masuk melalui celah kain gordeng yang sedikit terbuka, sedikitnya menerangi ruangan redup yang kurang pencahayaan itu. Pemilik kamar nampaknya masih asik bergelung dengan selimut tebal. Satu tangan terlihat menyingkap selimut dari dalam, menyembulkan kepala seseorang dengan rambut coklat kayu sebahunya. Dia mengecek jam weker di meja nakas tepat disampingnya.

Pukul sembilan pagi.

Wanita itu menyibak selimutnya dan berjalan membuka kain gordeng yang berwarna peach itu. Memperlihatkan warna langit yang biru terang, terasa begitu nyata di depan matanya.

“chagi?”

Dan jangan lupakan, laki-laki itu masih ada di sini.

“heum?” Wanita itu membalas dengan gumaman. Matanya masih tak lepas menatap kendaraan yang berlalu lalang dibawah.

Laki-laki itu memeluknya dari belakang, kali ini Taeyeon –wanita itu- membiarkannya. Dia mencium aroma tubuh wanita itu dalam-dalam. Jujur dia masih merindukannya, meskipun semalam penuh mereka tertidur dengan posisi dirinya memeluk Taeyeon dari belakang. Ugh, mengapa aroma tubuhnya begitu memabukkan?

“Baekhyun hentikan.”

Taeyeon berbalik dan menghindar dari serangan Baekhyun di tengkuknya. Menatap bola mata coklat di hadapannya dengan tajam.

“kita sudah membicarakan ini semalam. Aku ingin kita hentikan semuanya. Ini salah, Baekhyun” ucap Taeyeon terus terang. Tatapannya melembut. Di sisi lain, Baekhyun sedang berusaha mencerna ucapan Taeyeon. Dia menatap datar wanita itu.

“jadi, sampai disini?”

Baekhyun mendekat, menangkup kedua pipi wanita itu. membuat Taeyeon mau tak mau harus membalas tatapan Baekhyun. Jantungnya seketika berdebar kencang.

“Pikirkan dulu baik-baik, aku akan menunggumu. Baiklah, aku pergi dulu”

Satu kecupan singkat di bibirnya, sebelum Baekhyun pergi. Meninggalkan Taeyeon dengan pikirannya sendiri. Baekhyun membuatnya semakin rumit.


Cklek

“Taeyeon?”

Wanita itu mengalihkan pandangannya kearah sumber suara. Xi Luhan, dia sudah berada di ambang pintu kamarnya lengkap dengan pakaian kerja ditubuhnya. Wanita itu tersenyum lantas berjalan mendekat kearah Luhan, mengecup kedua pipi suaminya.

“selamat pagi Tuan Lu”

“ne, selamat pagi” Luhan tersenyum geli setelah memberikan kecupan ringan di dahi sang istri.

“bagaimana kabarmu?, kau tau aku sangat merindukanmu” Taeyeon segera memeluk Luhan. Membenamkan wajahnya di dada bidang laki-laki itu. Bau mint memenuhi rongga hidung hingga paru-parunya. Sedikit menghilangkan rasa sesaknya. Taeyeon memejamkan mata, mencium aroma mint itu dalam-dalam.

“aku juga merindukanmu. Maaf semalam aku tidak sempat pulang”

“Tidak apa-apa”

Mereka terdiam dengan posisi yang sama. Dimana Luhan masih setia memeluk istrinya. Dia tersenyum miris. Bodoh.

Sebenarnya Luhan tau, wanita itu sudah membohonginya. Karena dari semalam laki-laki itu sama sekali tak pulang, melainkan menunggu Taeyeon di café depan kantor. Dia juga tau jika semalam istrinya tidak bekerja lembur melainkan menemui seseorang dan dia juga tau semalam istrinya itu tidur berdua dengan laki-laki itu. Dan itu untuk kesekian kalinya.

Bohong jika dia bilang dia tidak cemburu, apalagi tidak marah. Dia marah, sangat marah. Namun apa yang bisa dia perbuat?, laki-laki akan sangat sensitif dan lemah disaat yang bersamaan jika sudah berurusan dengan hati, pun dengan dirinya. Ingin marah, tapi pada siapa? Tak mungkin jika dia harus menyakiti Taeyeon. wanita yang benar-benar dia cintai. Saat ini yang bisa dia lakukan hanya menelan rasa cemburu itu, mengubur dalam-dalam perasaan marah itu, dan membiarkan hatinya semakin tersayat menerima kenyataan jika istrinya itu tak pernah sedikitpun membuka hati untuknya.

“Luhan-ah”

“ne. wae, heum?”

“aku minta maaf”

Luhan tersenyum getir. Hatinya menangis. Dan itu sangat memilukan, menyedihkan.

***

Hari ini Taeyeon memutuskan untuk bertemu Baekhyun. Dia yang menentukan tempat kali ini, disebuah kedai kopi. Taeyeon beberapa kali melirik arlojinya. Sudah lima belas menit dia menunggu, namun laki-laki itu sama sekali belum menunjukan batang hidungnya. Dia mendengus kasar. Dan satu hal lagi, dia tidak suka menunggu.

Kecupan singkat di pipinya membuatnya mengalihkan tatapannya. Dia memutar bola matanya kesal, lalu menatap si pelaku –yang ternyata orng sedang ditunggunya-

“ck, lamban” desisnya pelan, Baekhyun hanya tekekeh. Laki-laki itu segera duduk di depannya, menatapnya sembari tersenyum –senyum yang menurutnya sangat tolol-

“wae?” Taeyeon menyentak, mengundang tawa renyah Baekhyun.  Dia berdecak kesal. ‘Apa kepalanya  terbentur sesuatu?’ batinnya bertanya.

“aigoo, sudah lama aku tidak melihat wajah kesalmu. Menggemaskan sekali”

Taeyeon meringis saat kedua pipinya tertarik akibat cubitan Baekhyun. Entah apa yang membuat lak-laki itu menjadi gila –menurutnya- seperti ini.

“berhentilah berbuat konyol, dan seriuslah sedikit!” Baekhyun menghentikan tawanya. Dia menatap lurus Taeyeon. membuat wanita itu gugup dengan jantung berdebar kencang.

“ne, ne, aku serius. Apa yang ingin kau bicarakan?, heum?” Baekhyun menatapnya lembut. Kedua tangannya menggenggam erat tangan Taeyeon. Jantungnya semakin berdebar tak terkendali. Dia berusaha melepas genggaman tangan mereka, namun Baekhyun malah mengeratkan genggaman tangannya. Mungkin menegaskan secara samar jika wanita itu selamanya akan menjadi miliknya.

”ak-aku..”

Mendadak semua kenangan dirinya dengan Baekhyun dahulu satu per satu melintas di benaknya. Bagaimana mereka bersama, ketika mereka harus terpaksa berpisah, disaat mereka bertemu kembali, ketika kehangatan tubuh Baekhyun menyelimutinya malam itu, bayangan Baekhyun saat menciumnya, senyumnya, tawanya, semuanya.

Apakah dia sanggup kehilangan semua itu untuk yang kedua kalinya?, melepas Baekhyun?  
Tidak bisa.

Perasaan ini, apa tidak bisa hilang?. Taeyeon menutup matanya mencari nama seseorang yang tak ingin disakitinya lebih dari ini. Luhan, dimana nama itu? disebelah mana sosok Luhan dihatinya?. Mengapa semua bayangan yang terlhat hanyalah wajah Baekhyun?

“dari awal seharusnya memang seperti ini. Kau milikku, kau membutuhkanku. Kau tak akan pernah bisa lepas dariku” Baekhyun berbisik halus. Taeyeon membenarkan kalimat Baekhyun dalam hati. Wanita itu menangis saat menyadari jika sedalam apapun mencari, dia tidak akan pernah menemukan nama Luhan di ruang hatinya. Karena semua ruangan disana telah terpenuhi oleh nama Baekhyun. Cintanya, hidupnya.

***