Home » Archives for 2013
Wednesday, 4 December 2013
Monday, 28 October 2013
[EXO FF] The Time - Oneshot
5:18 pm me.
Title : The Time
Author : kaiwifey
Cast : Kim Taeyeon (SNSD)
Oh Sehun
(EXO)
Rating : PG 15
Length : Oneshot
Genre : Romance
Disclaimer : Cast belong to God, their parents and SM! But this
story and plot is mine! Don’t copy paste this story! Don’t be a Plagiarism!
Hope you enjoy, and Happy reading~
–The Time–
–Takdir dan waktu akan kembali untuk mereka
yang belum memiliki kisah akhir–
***
Tentang bagaimana bumi ini berputar pada porosnya, bergerak
mengelilingi matahari hingga masanya habis. Hanya bersisa karatnya yang
termakan jaman. Manusia tidak banyak tau tentang kisah bumi, jika diibaratkan
manusia –dia- yang rela menghabiskan waktunya hanya untuk sebuah masa lalu.
Lelah, terus menerus meminta waktu berputar kembali atau sekedar meminta waktu
terhenti agar bisa tidur lebih lama. Konyol.
Karena pada nyatanya waktu terus berlalu tanpa bisa diputar
ulang.
----
----
-----
Taeyeon menutup buku sastranya, ia menghela nafas kecil
sembari melepas kacamata 2 minus-nya dan meletakkannya di meja. Tangan halus
itu kemudian terangkat, mengucek pelan kedua matanya yang sedikit buram oleh
embun keringat.
Bau apek –khas dari buku-buku tebal di ruang perpustakaan
kampusnya itu menguar memenuhi indra penciumannya, serta merta membuatnya
meringis. Cahaya yang semula tertangkap samar oleh pupil matanya kini terlihat
lebih jelas. Ia mengalihkan tatapannya pada setumpuk buku tebal bertemakan
sastra klasik di atas meja, lalu mendesah kecil. Kemudian sepasang matanya
berakhir menatap notebooknya –yang menampilkan jendela microsoft word-, jelas
tertera sebanyak duapuluh lima halaman yang sudah terisi. Masih tersisa lima
halaman lagi untuk menyelesaikan tugas papernya.
Taeyeon melirik sekilas arloji
di pergelangan tangan, pukul tujuh tiga puluh malam. Dia menghembuskan nafas
berat. Tubuh mungilnya berdiri dan segera merapikan buku-buku tebal itu di sisi
kiri meja, lalu memasukan notebook putihnya kedalam tas. Sementara waktu terus
mengintipnya di balik jarum jam yang berhimpit.
Sadar akan waktu yang terus beranjak, dia lekas meninggalkan
ruang perpustakaan itu.
Senyap ..
Hanya derap langkah kaki dirinya yang menggema di sepanjang
koridor. Gerutuan kecilnya sesekali terdengar di keheningan malam. Ruang
perpustakaannya memang terletak di pojok sebelah utara kampus –tepatnya di
dekat gedung vakultas seni-, sangat jauh dari gerbang kampus juga gedung
vakultasnya. Menyebalkan.
Di tengah pikirannya yang melayang tadi, langkahnya terhenti
–tepat di dekat ruang musik-. Dahinya sontak mengernyit heran saat gendang
telinganya mendengar suara alat musik yang berdenting, seketika membuatnya
merinding.
Taeyeon menengok kearah kiri, iris madunya mendapati pintu
ruang musik yang sedikit terbuka. Didorong rasa penasaran, Taeyeon mendekat dan
membuka pintunya pelan. Suara derit engsel pintu yang terbuka terdengar cukup
memekakan telinga. Lewat celah yang lebih lebar itu ia bisa melihat isi ruangan
secara keseluruhan.
Alunan musiknya kian melambat, namun terdengar semakin
dalam. Taeyeon bergeming, kedua bola matanya menatap takjub atas apa yang di
lihatnya saat ini. Sosok pria itu membelakanginya, terus-menerus menekan tuts
piano di depannya dengan lihai.
Nada-nada berikutnya semakin tinggi, menggetarkan jiwa.
Taeyeon menatap kosong punggung tegap itu, seluruh isi otaknya tengah memproses
setiap nada yang terdengar memilukan, namun otaknya seakan lumpuh. Selaput
liquid merembes keluar tatkala kedua kelopak matanya berkedip.
Dia tak mengerti mengapa hatinya seakan merasakan kehancuran
dari perasaan si pemain piano itu. Taeyeon sama sekali tak bergerak, ia merasa
seolah-olah nada yang didengarnya dengan perlahan memutuskan seluruh urat
sarafnya hingga tak bisa merasakan apapun lagi selain rasa sakit itu sendiri.
Sentuhan di tuts terakhir, nada berat dan penuh penekanan
itu mengakhiri permainan si pria. Sementara Taeyeon, gadis itu masih terdiam
dengan satu tangannya yang mencengkram erat hendel pintu. Si pria membalikan
badan, kedua iris hitamnya menatap Taeyeon terkejut. Secepat mungkin dia
merubah kembali raut wajahnya, penuh
ketenangan. Meskipun kentara sekali dari sorot matanya jika pria itu tengah
meredam perasaan rindu yang saat ini membuncah.
Derap langkah si pria menginterupsi keheningan yang sempat
tercipta. Terus melangkah hingga sosoknya tepat berdiri didepan Taeyeon.
“Apa yang kau lakukan disini?”
Taeyeon menarik nafas, tersadar sepenuhnya dan menatap si
pria. Gugup.
“Tadi, ak- aku hanya kebetulan lewat” terangnya. Sebelah
tangannya menggaruk pipi meronanya pelan. Salah tingkah. Si pria hanya terkekeh.
“Maksudku, ini sudah malam dan kau masih disini?” sebelah
alis pria itu terangkat. Sementara kedua bola matanya menatap Taeyeon dalam.
Membuat gadis itu semakin menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah merah
padam.
“Aku baru saja mengerjakan tugas” jawab Taeyeon pelan, namun
masih terdengar si pria.
“Maaf jika aku mengganggumu, aku permisi” lanjutnya. Setelah
membungkuk sembilan puluh derajat, gadis itu langsung berbalik dan berlari
meninggalkan si pria yang kini menatapnya sendu.
...
Saat kami kembali dipertemukan, mengapa hanya aku yang
ditakdirkan mengenalnya?
***
Hari ini matahari bersinar cukup terik. Taeyeon, dengan
langkah malasnya berjalan ke ruang kelas. Dia baru saja keluar dari ruangan
Prof. Shin, menyerahkan tugas papernya. Bukannya mendapat pujian karena sudah
berhasil mengumpulkan tugas paper sebanyak 30 halaman –sesuai yang
diperintahkannya- alih-alih malah mendapat kritikan pedas, hanya karena
beberapa kalimat rancu yang diletakannya di awal paragraf.
Kyungsoo –temannya- memandang Taeyeon bingung, ketika gadis
itu menghempaskn tubuhnya dengan lemas di samping kursinya.
“Apa yang terjadi padamu?”
Kesal karena pertanyaannya tak juga mendapat respon dari
Taeyeon. Dia mencubit pipi gadis itu hingga si empunya meringis sakit. Tapi tak
ada niat sedikitpun untuk memjawab pertanyaan Kyungsoo atau sekedar membalas
mencubit pipi pria bermata bulat itu seperti yang sering dilakukannya.
“Taeyeon-ah”
–
“Yak! Kim Taeyeon!”
Masih tak ada sahutan dari di pemilik nama.
“Kau itu kenapa, sih?” Kyungsoo mengerang frustasi. Dia
paling tidak suka diabaikan. Taeyeon menatap Kyungsoo malas.
“Aku baik-baik saja, Kyungsoo”
“Aku tak percaya, pasti ada sesuatu yang terjadi kan?”
Taeyeon menghela nafas. Dia baru ingat jika temannya yang
satu ini memiliki tingkat penasaran yang sangat tinggi.
“Aku baru saja ke ruangan Prof. Shin, mengumpulkan tugas
paper”
“Lalu?, apa yang terjadi?”
“Kau pasti tau bagaimana prof. Shin itu kyungsoo, dia sangat
menyebalkan. aku sudah mengerjakan paper itu susah payah, ku kira hasilnya akan
bagus. Tapi dia bilang aku melakukan kesalahan dengan meletakkan
kalimat-kalimat tidak penting di dalamnya. Aku tau itu kesalahanku, tapi
setidaknya dia tidak harus marah-marah seperti itu” taeyeon mengakhiri
ceritanya dengan menghela nafas. Sementara Kyungsoo hanya diam, menatap Taeyeon
iba.
“Sudahlah, aku kesal jika harus membahasnya.”
“Aku rasa ini sebuah pelajaran untukmu, agar tidak ceroboh
lagi dalam mengerjakan tugas. Kau harus semangat!”
“Ya, aku mengerti. Terimakasih Do Kyungsoo, aku sedikit lega
sudah menceritakannya padamu”
Semburat merah tampak menyeruak di permukaan pipi Kyungsoo.
Bagaimana tidak, ini pertama kalinya Taeyeon memeluknya.
***
Taeyeon membaringkan tubuhnya diranjang. Lelah karena tugas
kuliah yang akhir-akhir ini bertambah banyak, dan lagi beberapa minggu ke depan
akan ada pre-test tengah semester. Waktu terus bergulir hingga rasa kantuk
mulai menggelayuti kelopak matanya. Gadis itu tertidur pulas setelah menarik
selimut tebalnya sampai menutupi kepala.
...
.......
.......
“Kita akan bertemu
lagi”
“Kau bercanda?
Kumohon jangan pergi, Sehun”
“Hei, dengarkan aku.
Aku mencintaimu dan aku yakin kita akan ditakdirkan bertemu lagi”
“Dan ketika waktu itu
tiba, benang takdir akan kembali tersambung”
...
Taeyeon terbangun dengan nafas sedikit memburu. Jantungnya
berdegup kencang, dan keringat mulai membasahi sekitar keningnya.
Mimpi yang sama dengan mimpi-mimpi yang dialaminya beberapa
hari terakhir ini.
Mimpi aneh yang seakan-akan memanggil dirinya. Mimpi yang
begitu terasa nyata, seperti halnya Dejavu?
Sehun.
Sehun?
Nama yang sama dalam mimpi yang sama. Mengapa dia merasa tak
asing dengan nama itu?. Dia yakin sebelumnya tidak pernah mengenal pria bernama
Sehun itu. Lantas, apa yang membuat dadanya bergemuruh setiap melafalkan nama
itu?
Sehun, siapa kau sebenarnya?, apa kita pernah bertemu jauh
sebelum ini?. Bisiknya pada keremangan cahaya. Tak ada sahutan, hanya senyap
yang mengharuskannya berpikir keras tentang hal ini.
***
Tidak ada yang tau bagaimana waktu dan takdir saling
terkait. Para manusia seringkali menyalahkan takdir atas kehidupan misterinya,
dan mengabaikan waktu yang justru menertawakan kebodohannya.
Takdir seolah mati jika waktu terhenti, begitupula sebuah
takdir akan terulang lagi jika waktu dengan baik hatinya berputar menjemput
masa itu.
...
Pria berkulit putih bak porselen itu kini tengah berjalan di
sepanjang koridor vakultas sastra. Dia sedikit kelimpungan karena tidak terlalu
mengetahui sedikitpun seluk beluk gedung ini. Jelas, karena dia mengambil
vakultas seni yang gedungnya berbeda dengan vakultas sastra.
Dia mendengus kecil. Kalau bukan karena seseorang yang
sangat ingin ditemuinya itu, mana mau dia berkeliaran seperti orang linglung
dan lagi beberapa pasang mata yang menatapnya membuatnya risih.
Tap
Langkahnya terhenti setelah iris hitamnya menangkap sosok
yang dicarinya tengah berjalan menunduk.
Degupan jantungnya melebihi kapasitas normal, serta tubuhnya
tiba-tiba kaku disaat sosok itu semakin dekat kearahnya. Taeyeon masih tak
menyadari sosok pria di depannya, dia terus berjalan dengan kepala tertunduk.
Sepertinya gadis itu terlalu larut dengan ponselnya.
“Kim Taeyeon?”
“Ne?”
Gadis itu mendongak, dan terbelalak mendapati wajah seorang
pria –yang membuat jantungnya akhir-akhir ini berdetak abnormal- berada
beberapa senti di depannya. Wajahnya bersemu. Dia teringat kejadian diruang
musik beberapa hari yang lalu.
“Bisa bicara sebentar?”
Taeyeon tidak mengerti mengapa dirinya menyetujui permintaan
pria yang belum dikenalnya ini. Jujur saja, dia baru bertemu dengan pria
berkulit putih seputih susu ini di ruang musik kala itu.
Tanpa diduga pria itu langsung menyeretnya menuruni beberapa
tangga sebelum akhirnya mencapai lantai dasar. Dia menatap lengannya yang di cengkram
erat oleh si pria, membuat pipinya semakin terasa panas dan degupan jantungnya
semakin menggila.
Mereka terus melangkah hingga akhirnya dirinya dan seorang
pria –tak dikenalnya itu berada di taman belakang kampus. Taman yang cukup sepi
mengingat letaknya yang memang berada cukup jauh dengan gedung vakultas. Si
pria yang sadar masih mencengkram tangan Taeyeon lantas melepasnya meskipun
rasa tak rela menghampirinya.
“Apa kau mengingatku?” Taeyeon menelan ludah dan mengangguk
ragu.
“Kau orang yang waktu itu di ruang musik kan?” cicit Taeyeon
seperti orang bodoh tanpa menatap wajah pria di depannya. Entahlah, ada
perasaan asing yang masuk ke celah hatinya setiap melihat paras sempurna sosok
pria ini.
Ada sebuah kerinduan tatkala iris hitam itu bersirobok
dengan iris madu miliknya. Kesedihan tercetak jelas di balik matanya. Dirinya
juga tak mengerti mengapa hatinya serasa diremas menyakitkan, seolah-olah mengerti
apa yang tengah pria itu rasakan.
Pria meletakkan kedua tangannya di kedua pipi Taeyeon,
mengelusnya lembut. Taeyeon tersentak, tapi tak ada pergerakkan sedikitpun dari
tubuhnya, bahkan membiarkan ketika pria itu mengecup pipinya lama. Seolah
menyalurkan perasaannya lewat kecupan singkat itu. Tatapan Taeyeon berubah
kosong.
“Ya, aku Sehun. Oh Sehun. Kau mengingat nama itu, Taeyeon?”
Tiba-tiba tubuh ringkihnya menegang, dengan wajah pucat
pasi. Jantungnya berdetak abnormal, sementara kepalanya terasa dihujani
batu-batu besar menyakitkan.
...
“Tidak buruk kan
menjadi sepasang kekasih?”
“Sehun hentikan, ini
tidak lucu!”
“Kita akan bertemu
lagi, Taeyeon”
“Kau bercanda?, Kumohon
jangan pergi, Sehun”
“Hei, dengarkan aku.
Aku mencintaimu dan aku yakin kita akan ditakdirkan bertemu lagi”
“Dan ketika waktu itu
tiba, benang takdir akan kembali tersambung”
...
Potongan adegan mimpi itu kini terlihat sangat jelas bahkan
nyata. Sosok pria bernama Sehun yang selalu membuat jantungnya berdegup
kencang, yang sebelumnya hanya menyerupai bayangan hitam kini terlihat jelas. Wajah
itu sama persis dengan wajah seseorang bernama Sehun yang saat ini berada di
depan matanya.
...
DEG
Gadis itu terbelalak lalu menatap Sehun yang kini menatapnya
sendu.
“Apa maksudnya ini, Oh Sehun?” Dia berbisik nyaris tak terdengar. Suaranya bergetar
seperti menahan tangis.
“Kisah kita belum berakhir Taeyeon, dan waktu mengerti
perasaan kita–”
.
“ –dia sudah mengatur semuanya”
...
Takdir dan waktu memang diciptakan untuk mereka yang belum
memiliki kisah akhir. Dimana mereka yang hidup dengan penuh kesalah pahaman,
perasaan yang tak tersampaikan, kisah cinta yang terpisah, hingga mereka yang memiliki
dendam. Dia kembali berputar untuk mengakhiri itu semua, namun bukan sepenuhnya
berputar ke masa lalu, hanya membuat takdir itu seolah kembali terulang.
Karena pada kenyataannya waktu yang sudah berlalu tidak akan
pernah kembali.
***
END
A/N: maaf banget baru post ff lagi setelah beberapa bulan sempet gak buka blog U.U banyak tugas soalnya, abis UTS juga. dan maaf lagi karena bikin ff yang ceritanya kurang memuaskan untuk readers. jangan bosen sama cast ceweknya yah ^^! makasih yang udah baca dan sampai jumpa di ff EXO yang lainnya *bow
Thursday, 15 August 2013
[EXO FF] Complicated – Oneshot
1:42 pm me.
Title: Complicated
Cast : Byun Baekhyun (EXO)
Kim Taeyeon (SNSD)
Xi Luhan
(EXO)
Rating : PG 17
Length : Oneshot
Genre : Angst, Sad, Romance
Note : assalamualaikum, hehe ketemu lagi sama oneshot gajelas punya saya :D jangan bosen-bosen ya! Tadinya gamau post soalnya ga beda jauh lah sama ff saya yang lainnya. Di genre mungkin ya, saya pake angst, sad, romance mulu. Hehe maklum saya lebih sreknya sama genre itu kalo bikin ff. tapi, yaudahlah yah yang mau baca silahkan dn yg gasuka mending ga usah baca! Pairing tetep Exotaeng!
Disclaimer : Cast belong to God, their parents and SM! But this
story and plot is mine! Don’t copy paste this story! Don’t be a Plagiarism!
Happy Reading ^^
***
“aku tak tau mengapa kami memilih menjalani hubungan ini. Jangan
salahkan kami, karena perasaan ini murni adanya. Kami menginginkan satu sama
lain dan membuat ini menjadi sangat rumit. Dan bodohnya aku tidak bisa
melepasnya begitu saja”
–Kim Taeyeon
–Complicated–
“yoboseyo?”
“…”
“ne, aku mengerti. Aku akan kesana sebentar lagi”
“…”
“ne, annyeong Baekhyun-ah”
Wanita itu menutup telponnya. Diam-diam dia menghela nafas,
menetralkan debaran jantungnya yang berdetak kencang. Pelan, dia menggelengkan
kepala.
‘tidak’
Langkkahnya terayun menuju pelataran parkir, memasuki
mobilnya dan melajukannya dengan kecepatan sedang. Di dalam mobil tak ada
hentinya dia menghela nafas, menggelengkan kepala atau sekedar memukul
kepalanya pelan.
‘bodoh’
Lima belas menit dalam perjalanan dengan berbagai pikiran
berseliweran diotaknya, cukup menguras energinya. Peluhpun terlihat membasahi
dahinya. Setelah beberapa saat hanya terdiam di dalam mobil, akhirnya dia
memutuskan untuk keluar dan menemui seseorang di seberang telpon tadi.
Taeyeon –nama wanita itu- sedikit merapikan pakaiannya
sebelum memasuki sebuah restoran bernuansa eropa di hadapannya. Bola mata
coklat miliknya terus menelusuri setiap sudut ruangan, mencari seseorang yang
mengajaknya bertemu, seseorang bernama lengkap Byun Baekhyun.
Postur tegap dihadapannya terlihat familiar, dengan rambut
yang berwarna coklat mudanya dan gesture tubuhnya, tentu saja dia Byun
Baekhyun. Taeyeon menyunggingkan senyum tipis.
‘masih sama’
“Baekhyun?”
“Taeyeon-ah?, annyeong”
Pelukan tiba-tiba itu cukup membuat jantung Taeyeon berdebar
tak karuan. Dia tak membalas, hanya mampu menatap kosong dinding didepannya. Laki-laki
yang kini memeluknya, sepertinya telah membuka sedikitnya lembaran masa
lalunya.
“Aku sangat merindukanmu”
Deg
‘nado, Baekhyun-ah’
Wanita itu tak mampu lagi menahan selaput bening yang sedari
tadi menggelayut manja di pelupuk matanya, kini mengalir dengan bebas di kedua
belah pipinya. Pelukan itu berakhir, menyadarkannya dari dunia kosong,
mengembalikan kesadarannya ke dunia nyata. Semua sudah berlalu. Tangannya
bergerak menghapus air matanya.
“kau baik-baik saja?” Sebelah tangan laki-laki itu menyentuh
pipinya, bahkan mengusapnya lembut. Tubuhnya tak mampu merespon apapun, hanya
terdiam menikmati sensasi yang terasa menggelitik perutnya.
“hey, sebaiknya kau jangan memaksakan diri jika kau sedang
tidak baik-baik saja. Kita bisa bertemu lain kali”
“ne?” Taeyeon tersentak, dia balas menatap Baekhyun yang
tengah menatapnya khawatir dengan pandangan bingung.
“kau sedang sakit?”
“aniyo, aku baik-baik saja. Kau tak usah khawatir” Wanita
didepannya membalasnya dengan berbisik. Tetapi masih cukup terdengar, Baekhyun
hanya menganggukan kepalanya.
Hening kini mendominasi, keduanya tengah berkutat dengan
kesibukannya masing-masing. Taeyeon dengan makanannya, dan Baekhyun dengan mug
coklat panasnya. Bola matanya sekali-kali melirik wanita di depannya. Ia tak
beusaha memecah keheningan, lebih tepatnya Baekhyun menikmatinya. Menikmati pemandangan
indah didepannya, wanita cantik yang begitu memesona. Wanita anggun yang mampu
menyeret setiap laki-laki untuk lebih mengenalnya, menyayanginya,
melindunginya, dan pada akhirnya jatuh kedalam pesonanya. Seperti dirinya.
Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyum tipis.
Ingatannya tanpa ia perintahkan terus menyelami masa lalu. Membuka lembaran
demi lembaran kertas usang di memorinya. Dimana tertera jelas disetiap lembarannya
penuh dengan nama wanita dihadapannya.
Suara dehem pelan menariknya kembali ke masa kini. Baekhyun
menatap Taeyeon. Kali ini wanita bertubuh mungil itu tengah menyibukkan diri
dengan meniup-niup mug berisi coklat panasnya.
“Jadi, apa yang ingin kau katakan?”
“sebenarnya –” Baekhyun mengusap tengkuknya, sebenarnya
tidak ada hal penting seperti yang dia katakan sebelumnya di telpon. Dia hanya
ingin bertemu dengan Taeyeon saja, dan juga..
“ –ah ini, aku hanya ingin mengundangmu datang ke acara
pernikahanku bulan depan”
Wanita itu tertegun. Pernikahan? Bulan depan?, Baekhyun akan
menikah? Tapi dengan siapa?.
Banyak pertanyaan yang kini memenuhi otaknya.
Dengan tak sadar pula Taeyeon mengerutkan kening, berpikir keras. Dadanya
terasa sesak. Tapi perlahan dia tersenyum –miris-, lalu mengulurkan tangannya,
Baekhyun membalasnya dengan raut wajah datar.
“chukkae, akhirnya kau akan menikah juga. Siapa wanita
beruntung itu?” Suaranya terdengar bergetar. Sekuat tenaga ia menahan cairan
bening itu agar tak meluruh.
Baekhyun menatapnya, tatapan yang ia sendiri tak tau apa
artinya. Yang tertangkap pupilnya hanyalah sorotan mata tajam, terkesan dingin.
Tapi, kenapa?
“Aku harus pergi, maaf mengganggu waktumu. Dan, sampaikan
salamku pada Luhan”
Baekhyun pergi tanpa menunggu Taeyeon membalas ucapannya.
Wanita itu menatap nanar punggung tegap yang semakin mengecil di pupil matanya.
Dia menghela nafas, dan setelah itu perasaan sesak seolah menghimpit dadanya
tanpa ampun. Kedua pipinya basah dengan air mata. Hatinya kalut dan untuk yang
kedua kalinya ia merasa sangat hancur.
***
Sosok laki-laki berambut coklat muda itu lagi-lagi menghisap
dalam sebatang rokoknya, meniupkan asapnya dengan kasar ke udara. Kaleng bekas
minuman berkadar alkohol rendah berserakan dilantai.
Mata sayunya menatap
figura berukuran sedang yang tergolek di atas meja, disana terdapat sebuah potret seorang wanita yang tengah tersenyum lembut.
Dia balas tersenyum, seakan-akan wanita di potret itu tersenyum nyata padanya.
Srek
Mata berwarna coklat milknya menyipit ketika seberkas cahaya
matahari menerobos masuk setelah seseorang menyibakkan kain gordeng yang sedari
tadi tertutup, padahal waktu sudah menunjukan pukul sepuluh pagi. Dia menatap
malas seseorang yang kini tengah menatapnya tajam.
“sejak kapan kau mulai merokok lagi, Baekhyun?”
“ck, kau melupakan fakta bahwa aku perokok berat dari dulu?”
“tapi tidak dengan dua tahun terakhir ini”
Laki-laki itu tak mengindahkan perkataan seseorang yang kini duduk dan mulai
menggerutu kesal disampingnya. Dia malah
semakin dalam menghisap rokoknya yang kini sudah setengahnya habis.
“Kyungsoo-ya?”
“heum?”
“aku, ingin menghentikan semuanya. Aku lelah menjadi orang
lain”
“maksudmu?” Kyungsoo –sahabatnya- menatapnya bingung.
“kau tau, ini bukan kemauanku. Aku akan membatalkan
pernikahannya” Dia membuang puntung rokoknya kedalam asbak. Kemudian menghela
nafas lelah. Kyungsoo hanya diam, memperhatikan raut wajah lelah sahabatnya.
Dia mengerti bagaimana perasaan Baekhyun saat ini. Dan bodohnya dia tidak bisa
berbuat apa-apa selain manepuk pelan punggung sahabatnya. Setidaknya, sebagai seorang sahabat dia merasa memiliki kewajiban untuk selalu ada disamping Baekhyun apapun yang terjadi.
“tapi, bagaimana
dengan ayah mu?”
Baekhyun mendengus kasar. Bodoh. Untuk apa dia memikirkan
orang yang ingin membuatnya hancur –dalam pandangannya-.
“aku tak peduli, bahkan jika dia mengancam akan mencoret
namaku dari keluarga Byun. Aku sudah tidak peduli lagi”
“ck, jangan bodoh, Baekhyun! Bagaimana dengan perasaan ibumu?
Apa kau tak memikirkannya?”
Laki-laki itu terdiam. Dia menghentikan kegiatan memakai
kemejanya. Matanya beralih keluar kaca apartemen, menatap birunya
langit. Tiba –pikirannya kosong, hanya terlintas bayangan ibunya yang tengah
menangis. Dan ia membenci itu.
“aku pergi dulu. Terimakasih untuk semuanya, Kyungsoo”
***
Waktu sudah menunjukan pukul Sembilan malam, tapi Taeyeon
masih berada dikantornya, menyibukkan diri dengan banyaknya dokumen yang harus ia
periksa. Layar komputer didepannya memperlihatkan deretan huruf dan matanya
terlihat tidak fokus pada apa yang sedang dikerjakannya. Pikirannya seperti
melayang entah kemana, karena sedari tadi wanita berumur 24 tahun itu hanya
menatap kosong.
Tubuhnya tersentak ketika sebuah kecupan singkat mendarat di
pipinya. Taeyeon menatap si pelaku dengan kesal, laki-laki itu hanya terkekeh.
Tangannya menepuk kepala Taeyeon, lalu dengan seenaknya mendudukan tubuhnya di
atas meja kerja Taeyeon, sekalipun tak menghiraukan wanita itu yang saat ini
tengah berdecak kesal.
“bisakah kau tak mengganggu pekerjaanku?” ujar Taeyeon
datar. Sama sekali tak melihat raut wajah laki-laki yang sampai detik ini masih
menatapnya.
“ini sudah larut malam Taeyeon-ah, sebaiknya kita pulang”
balasnya lembut. Dia kembali mendaratkan bibirnya diatas bibir Taeyeon,
mengecupnya singkat.
“aku masih sibuk, Luhan. Masih banyak dokumen-dokumen yang
belum aku baca, sebaiknya kau pulang duluan saja”
“Kau yakin?” Tanya
Luhan ragu.
“ne, kau tak usah khawatir”
“Baiklah, aku pulang dulu. Jangan pulang terlalu larut”
Luhan beranjak dari duduknya. Memberi kecupan singkat di
bibir wanita itu lagi sebelum akhirnya melangkahkan kakinya keluar ruangan.
“Luhan!”
Laki-laki bersurai pirang itu bebalik menatap Taeyeon.
“selamat malam” ucap Taeyeon sembari tersenyum tipis. Luhan
membalasnya dengan melambaikan tangan kecil. Kemudian sosok itu berjalan
kembali hingga bayangannya pun lenyap dibalik pintu.
Keheningan mulai menyelimuti ruangan kerja Taeyeon. Dia tak
begitu naif dengan berpura-pura tidak tau bagaimana perasaan Luhan, hanya saja
dia terlalu sangsi untuk mengerti perasaan laki-laki itu. Bukannya dia tidak
memiliki perasaan, justru ini mungkin yang terbaik. Karena jauh daripada
perasaan Luhan, dialah yang paling tersakiti dalam perihal ini.
Taeyeon menarik nafas dalam, kemudian menghembuskannya
dengan perlahan. Berharap sesak yang menghimpit dadanya menghilang perlahan
seiring hembusan nafasnya. Namun nyatanya tidak, karena dia merasa dadanya
malah semakin sesak.
Wanita bernama lengkap Kim Taeyeon itu pun menenggelamkan
wajahnya di lipatan tangan yang menumpu pada meja. Bahu kecilnya berguncang
seiring dengan suara isak tangisnya yang tertahan. Dia menangis. Sosok yang selama ini kuat namun terlihat rapuh disaat yang
bersamaan. Taeyeon menyerah. Batinnya terus menjerit untuk segera
mengakhiri semuanya. Xi Luhan, hatinya masih belum bisa menerima sepenuhnya
nama itu. Karena jauh di dalam lubuk hatinya, hanya ada satu nama yang hingga
detik ini masih belum bisa terhapus sepenuhnya. Meskipun dirinya sudah menjadi
milik orang lain, istri dari seorang
Xi Luhan, dia tidak peduli. Karena hati dan pikirannya hanya tertuju pada satu
nama, Byun Baekhyun.
…
Beep beep beep ♫
Ponsel milik Taeyeon berbunyi, dia mengangkat wajahnya. Mata
sembabnya melihat nama si penelpon.
‘Baekhyun calling’
Dahinya mengernyit heran, dia melirik arloji
dipergelangannya. Pukul sepuluh lebih empat puluh lima malam. Dan laki-laki itu
menelponnya?
“ne, yoboseyo?”
“…”
“aku masih di kantor. Wae?”
“…”
“kau cari mati huh?, kau lupa Luhan juga tinggal disana?”
Dia mendengus. Bagaimana bisa laki-laki itu memiliki pemikiran bodoh untuk
datang kerumahnya malam-malam seperti ini? Dan bagaimana bisa Baekhyun
melupakan fakta bahwa Taeyeon sudah memiliki suami?
Bodoh.
“…”
“ke apartemenku saja”
“…”
“ne, annyeong” Wanita itu tersenyum kecil.
Setelah membereskan semua dokumen-dokumen yang berserakan di
meja, dia segera menyambar tas dan ponselnya juga kunci mobilnya dan segera
keluar ruangan.
Entah bagamana awalnya, mereka tak memutuskan untuk kembali
karena nyatanya Taeyeon masih berstatus istri Luhan. Semenjak pertemuannya
dengan Baekhyun minggu lalu, dia tidak tau persisnya seperti apa. Tapi, mereka
tiba-tiba terlibat dalam sebuah ciuman panas ketika lusa malamnya mereka
bertemu di sebuah bar. Dia juga tidak tau kala itu dia sedang mabuk ataukah
sadar sepenuhnya, yang jelas mereka melakukannya semalaman. Penyatuan yang
seharusnya tak pernah terjadi. Dan pada akhirnya candu itu seperti menyeret
Taeyeon kembali ingin menikmatinya bersama Baekhyun. Cintanya, hidupnya..
***
Taeyeon melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup pelan. Jarak
kantor dengan apartemennya tidak terlalu
jauh. Dia merogoh ponsel dari dalam tas dan segera menekan speed-dial setelah
menemukan nomor yang ingin dia hubungi.
“…”
“yoboseyo, Luhan?”
“…”
“aku tidak akan pulang kerumah malam ini, pekerjaanku masih
banyak dan sepertinya aku akan menginap diapartemenku saja, jaraknya cukup
dekat dari kantor. Kau tak apa-apa kan?”
“…”
“ne, jaljayo Luhan-ah” Lagi-lagi dadanya terasa sesak.
‘mianhae’
***
Setelah memarkirkan mobilnya di basement, Taeyeon pun keluar
dari mobil dan menguncinya. Kemudian berjalan dengan sedikit menunduk karena
terlalu lelah. Pikirannya kembali pada masa empat tahun silam. Dimana
hubungannya dengan laki-laki bernama
Baekhyun itu masih sangat dekat. Sangat sulit dipisahkan. Pasangan yang
benar-benar serasi menurut teman satu kampus mereka.
Dia juga mengingat bagaimana Luhan –dulu adalah sahabatnya-
dengan santainya mengatakan pada ayahnya jika dirinya sudah memiliki kekasih.
Pada awalnya dia menyangkal dengan pipi yang bersemu merah, dan Luhan yang
menahan tawa.
Tanpa tau apa alasannya, dua minggu setelah itu Tuan Kim
–ayahnya- menyuruhnya untuk segera memutuskan hubungannya dengan Baekhyun.
Membuatnya tersentak, begitupun dengan Luhan.
Dia pun melakukannya, karena dia menghargai ayahnya.
Meskipun akibatnya menyakiti dirinya sendiri, dan dia tidak mempedulikan itu.
Karena dia sangat menyayangi ayahnya. Hingga akhirnya Tuan Kim mengatakan
alasan mengapa Taeyeon harus memutuskan Baekhyun, karena dirinya sudah terikat
dengan Luhan. Terikat dengan sahabatnya.
‘Hidup yang menyedihkan, benarkan?’
Terikat seperti apa maksudnya dia sendiri tidak tau. Tapi
yang jelas dia mengasumsikan semua hanya karena bisnis. Tidak mungkin jauh dari
itu.
“chagiya.. wae, heum?”
Taeyeon tersadar. Dia mendongak menatap pemilik tangan yang
kini tengah memeluk pinggangnya erat. Baekhyun.
Laki-laki itu mendekatkan wajahnya, menghapus jarak diantara
mereka. Menyatukan kedua belah bibir mereka dalam sebuah ciuman, bahkan
lumatan-lumatan kecil.
“Baekhyun, hentikan” ucap Taeyeon. Dia menghindar disaat
Baekhyun lagi-lagi akan menciumnya. Laki-laki berumur 25 tahun itu memandang
Taeyeon dengan sebelah alis terangkat.
“wae?” tanyanya.
“aku lelah Baekhyun-ah, aku ingin tidur” Taeyeon menjawabnya
malas. Perlahan kedua tangannya melepas lengan Baekhyun di pinggangnya.
Kemudian beranjak memasuki apartemennya setelah memasukan beberapa digit angka
sebagai passwordnya. Baekhyun mengikutinya di belakang, dia dengan acuhnya menyalakan
sebatang rokok dan mulai menghisapnya, lalu meniupkan asapnya memenuhi udara
kosong.
Taeyeon berbalik dan menatapnya tajam. Sorot mata tajam dan
dingin seolah menembus pupil mata Baekhyun. Bola mata itu balas menatapnya
malas.
“jangan merokok di apartemenku. Kau tau aku tidak suka asap
rokok” ujar Taeyeon dingin
“oh ayolah Taeyeon-ah, hanya satu saja. Setelah ini, aku
tidak akan merokok disini lagi”
Taeyeon menghela nafas dan kembali berjalan kearah kamarnya,
meninggalkan Baekhyun di ruang tamu. Lebih baik mengalah, Baekhyun akhirnya membuang
rokok yang tak habis seperempat itu ke dalam asbak. Kemudian langkahnya terayun
menuju kamar Taeyeon. Dia menyeringai tipis menatap punggung wanita itu.
“Baekhyun lepaskan, tidak untuk kali ini. Aku lelah”
Baekhyun memeluknya dari belakang. Menyembunyikan wajahnya
di ceruk leher wanita itu. Dia menuruti apa yang Taeyeon minta, walau sebenarnya
dia juga tidak berniat melakukan apapun malam ini. Hanya mencium aroma tubuh
wanita itu, bau khas rambutnya begitu menenangkan. Tanpa terasa dia tersenyum
–miris-.
“kau masih tidak mau kembali padaku?” Baekhyun berbisik
tepat di samping telinganya. Sementara Taeyeon susah payah menahan tangisnya
dengan menggigit bibir bawahnya.
“ti-tidak bisa Baekhyun. Aku sudah memiliki Luhan, dan kau
juga sebentar lagi akan menikah. Kita tidak bisa terus seperti ini” taeyeon
menjawabnya dengan lirih. Air mata yang sempat dibendungnya tak dapat ia tahan
lagi, meluruh hingga membasahi pipinya.
Tersentak, Baekhyun membalikan tubuh Taeyeon. telunjuknya
mengangkat dagu wanita itu hingga akhirnya dia bisa menatap bola matanya dengan
jelas. Dia baru menyadari jika mata Taeyeon sembab, bukan karena menangis saat
ini. Melainkan sebelum bertemu dengannya.
Dia menangis sebelumnya? Kenapa?
“kenapa tidak bisa, heum? aku bisa saja membatalkan
pernikahan itu” balas Baekhyun lembut. Jemarinya terus menyusuri setiap lekuk
wajah Taeyeon. Mata, pipi, rahang wani itu, dan telunjuknya berhenti saat
menyentuh bibir Taeyeon sebelum akhirnya menggenggam kedua tangan mungil itu.
“tidak, aku –kita seharusnya tidak seperti ini Baekhyun”
Baekhyun memejamkan matanya kuat. Setitik air mata juga
meluruh dari kelopak matanya. Beberapa detik hanya seperti itu, sebelum
akhirnya Baekhyun membuka mata dan mengecup lembut bibir Taeyeon. hanya
mengecupnya, kemudian dia membawa wanita yang amat dicintainya itu kedalam
pelukan.
Pelukan ini yang begitu Taeyeon rindukan. Penuh kelembutan dan kehati-hatian, seolah
dirinya adalah seonggok kaca rapuh yang akan pecah jika tersentuh.
***
Sinar matahari menerobos masuk melalui celah kain gordeng
yang sedikit terbuka, sedikitnya menerangi ruangan redup yang kurang
pencahayaan itu. Pemilik kamar nampaknya masih asik bergelung dengan selimut
tebal. Satu tangan terlihat menyingkap selimut dari dalam, menyembulkan kepala
seseorang dengan rambut coklat kayu sebahunya. Dia mengecek jam weker di meja
nakas tepat disampingnya.
Pukul sembilan pagi.
Wanita itu menyibak selimutnya dan berjalan membuka kain gordeng
yang berwarna peach itu. Memperlihatkan warna langit yang biru terang, terasa
begitu nyata di depan matanya.
“chagi?”
Dan jangan lupakan, laki-laki itu masih ada di sini.
“heum?” Wanita itu membalas dengan gumaman. Matanya masih
tak lepas menatap kendaraan yang berlalu lalang dibawah.
Laki-laki itu memeluknya dari belakang, kali ini Taeyeon
–wanita itu- membiarkannya. Dia mencium aroma tubuh wanita itu dalam-dalam.
Jujur dia masih merindukannya, meskipun semalam penuh mereka tertidur dengan posisi
dirinya memeluk Taeyeon dari belakang. Ugh, mengapa aroma tubuhnya begitu
memabukkan?
“Baekhyun hentikan.”
Taeyeon berbalik dan menghindar dari serangan Baekhyun di
tengkuknya. Menatap bola mata coklat di hadapannya dengan tajam.
“kita sudah membicarakan ini semalam. Aku ingin kita
hentikan semuanya. Ini salah, Baekhyun” ucap Taeyeon terus terang. Tatapannya
melembut. Di sisi lain, Baekhyun sedang berusaha mencerna ucapan Taeyeon. Dia
menatap datar wanita itu.
“jadi, sampai disini?”
Baekhyun mendekat, menangkup kedua pipi wanita itu. membuat
Taeyeon mau tak mau harus membalas tatapan Baekhyun. Jantungnya seketika
berdebar kencang.
“Pikirkan dulu baik-baik, aku akan menunggumu. Baiklah, aku
pergi dulu”
Satu kecupan singkat di bibirnya, sebelum Baekhyun pergi.
Meninggalkan Taeyeon dengan pikirannya sendiri. Baekhyun membuatnya semakin
rumit.
…
Cklek
“Taeyeon?”
Wanita itu mengalihkan pandangannya kearah sumber suara. Xi
Luhan, dia sudah berada di ambang pintu kamarnya lengkap dengan pakaian kerja
ditubuhnya. Wanita itu tersenyum lantas berjalan mendekat kearah Luhan,
mengecup kedua pipi suaminya.
“selamat pagi Tuan Lu”
“ne, selamat pagi” Luhan tersenyum geli setelah memberikan
kecupan ringan di dahi sang istri.
“bagaimana kabarmu?, kau tau aku sangat merindukanmu”
Taeyeon segera memeluk Luhan. Membenamkan wajahnya di dada bidang laki-laki
itu. Bau mint memenuhi rongga hidung hingga paru-parunya. Sedikit menghilangkan
rasa sesaknya. Taeyeon memejamkan mata, mencium aroma mint itu dalam-dalam.
“aku juga merindukanmu. Maaf semalam aku tidak sempat
pulang”
“Tidak apa-apa”
Mereka terdiam dengan posisi yang sama. Dimana Luhan masih
setia memeluk istrinya. Dia tersenyum miris. Bodoh.
Sebenarnya Luhan tau, wanita itu sudah membohonginya. Karena
dari semalam laki-laki itu sama sekali tak pulang, melainkan menunggu Taeyeon
di café depan kantor. Dia juga tau jika semalam istrinya tidak bekerja lembur
melainkan menemui seseorang dan dia juga tau semalam istrinya itu tidur berdua
dengan laki-laki itu. Dan itu untuk kesekian kalinya.
Bohong jika dia bilang dia tidak cemburu, apalagi tidak
marah. Dia marah, sangat marah. Namun apa yang bisa dia perbuat?, laki-laki
akan sangat sensitif dan lemah disaat yang bersamaan jika sudah berurusan
dengan hati, pun dengan dirinya. Ingin marah, tapi pada siapa? Tak mungkin jika
dia harus menyakiti Taeyeon. wanita yang benar-benar dia cintai. Saat ini yang
bisa dia lakukan hanya menelan rasa cemburu itu, mengubur dalam-dalam perasaan
marah itu, dan membiarkan hatinya semakin tersayat menerima kenyataan jika
istrinya itu tak pernah sedikitpun membuka hati untuknya.
“Luhan-ah”
“ne. wae, heum?”
“aku minta maaf”
Luhan tersenyum getir. Hatinya menangis. Dan itu sangat
memilukan, menyedihkan.
***
Hari ini Taeyeon memutuskan untuk bertemu Baekhyun. Dia yang
menentukan tempat kali ini, disebuah kedai kopi. Taeyeon beberapa kali melirik
arlojinya. Sudah lima belas menit dia menunggu, namun laki-laki itu sama sekali
belum menunjukan batang hidungnya. Dia mendengus kasar. Dan satu hal lagi, dia
tidak suka menunggu.
Kecupan singkat di pipinya membuatnya mengalihkan
tatapannya. Dia memutar bola matanya kesal, lalu menatap si pelaku –yang
ternyata orng sedang ditunggunya-
“ck, lamban” desisnya pelan, Baekhyun hanya tekekeh.
Laki-laki itu segera duduk di depannya, menatapnya sembari tersenyum –senyum
yang menurutnya sangat tolol-
“wae?” Taeyeon menyentak, mengundang tawa renyah
Baekhyun. Dia berdecak kesal. ‘Apa
kepalanya terbentur sesuatu?’ batinnya
bertanya.
“aigoo, sudah lama aku tidak melihat wajah kesalmu.
Menggemaskan sekali”
Taeyeon meringis saat kedua pipinya tertarik akibat cubitan
Baekhyun. Entah apa yang membuat lak-laki itu menjadi gila –menurutnya- seperti
ini.
“berhentilah berbuat konyol, dan seriuslah sedikit!”
Baekhyun menghentikan tawanya. Dia menatap lurus Taeyeon. membuat wanita itu
gugup dengan jantung berdebar kencang.
“ne, ne, aku serius. Apa yang ingin kau bicarakan?, heum?”
Baekhyun menatapnya lembut. Kedua tangannya menggenggam erat tangan Taeyeon. Jantungnya
semakin berdebar tak terkendali. Dia berusaha melepas genggaman tangan mereka,
namun Baekhyun malah mengeratkan genggaman tangannya. Mungkin menegaskan secara
samar jika wanita itu selamanya akan menjadi miliknya.
”ak-aku..”
Mendadak semua kenangan dirinya dengan Baekhyun dahulu satu
per satu melintas di benaknya. Bagaimana mereka bersama, ketika mereka harus
terpaksa berpisah, disaat mereka bertemu kembali, ketika kehangatan tubuh
Baekhyun menyelimutinya malam itu, bayangan Baekhyun saat menciumnya,
senyumnya, tawanya, semuanya.
Apakah dia sanggup kehilangan semua itu untuk yang kedua
kalinya?, melepas Baekhyun?
Tidak bisa.
Perasaan ini, apa tidak bisa hilang?. Taeyeon menutup
matanya mencari nama seseorang yang tak ingin disakitinya lebih dari ini.
Luhan, dimana nama itu? disebelah mana sosok Luhan dihatinya?. Mengapa semua
bayangan yang terlhat hanyalah wajah Baekhyun?
“dari awal seharusnya memang seperti ini. Kau milikku, kau
membutuhkanku. Kau tak akan pernah bisa lepas dariku” Baekhyun berbisik halus. Taeyeon
membenarkan kalimat Baekhyun dalam hati. Wanita itu menangis saat menyadari
jika sedalam apapun mencari, dia tidak akan pernah menemukan nama Luhan di
ruang hatinya. Karena semua ruangan disana telah terpenuhi oleh nama Baekhyun.
Cintanya, hidupnya.
***
Subscribe to:
Comments
(
Atom
)
































