Title : Love Hurt
Author : kaiwifey
Cast : Kim Taeyeon, Byun Baekhyun
Other cast : Oh Sehun, Park Chanyeol
Genre : Angst, Romance, Sad
Rating : PG
Length : Oneshot
Note : assalamualaikum!^^ saya hadir lagi membawa FF yang
lahir secara mendadak dari otak saya. Imajinasi emang kadang datangnya
tiba-tiba ya. Ini FF aku buat sekitar 5 jam. Udah aku baca beberapa kali kok. Maaf
kalo masih banyak typo dan bahasa yang gak di mengerti. Atau penataan bahasa
yang kurang tepat. FF ini terinspirasi dari lagu And One – Taeyeon.
Happy Read it! Don’t be a Plagiator!
Alurnya maju kok. Tapi baiknya perhatikan juga tempat, dan
waktunya.
Oo.LOVE HURT.oO
“This is not story
about a Prince and Cinderella with happy end, or story about Romeo and Juliet with sad end. This is just ordinary story whom
often experienced by teenager. Story about Love, Hurt, and about Happiness”
***
Perpisahan memang selalu menyakitkan
Meskipun begitu lepas, sebuah senyum terlukis
Tanpa tau jika hati tengah menangis menyesakkan
Akan terlahir dengan menyedihkan menyaksikan kerinduan
Dan tentu membuat hati itu remuk tergilas sang waktu
***
Cafe, Seoul –Korea Selatan
2.25 pm
Gadis berambut coklat kayu itu masih saja mengaduk secangkir
kopinya. Tanpa menghiraukan kepulan asap dari kopi itu sudah habis ditelan
dingin. Matanya jelas terlihat sedang menerawang ke depan dengan pandangan
kosong. Sebagian hatinya masih terasa Hampa. Tentu masih sangat menyakitkan
walaupun kejadian menyedihkan itu sudah 2 tahun tertinggal waktu.
Tak memungkiri jika sebagian hatinya masih terus berharap.
Sang waktu akan berbaik hati dan memberikan kesempatan padanya untuk mengulang
waktu. Andai saja. Tidak seperti itu pun, dalam hatinya selalu berharap jika
suatu saat nanti takdir akan mempertemukan mereka kembali. Dengan begitu rasa
rindu yang selama ini menyesakkan hatinya dapat menghilang.
Suatu saat nanti. Yah, entah kapan.
Tanpa disadari gadis itu, seorang namja berambut pirang
sudah mendudukkan tubuhnya di samping tempat duduk gadis itu. Tanpa bersuara
–juga dengan hati-hati menghela nafas- manik mata namja itu memandangi wajah
cantik gadis disampingnya kini. Dalam hati selalu mengucapkan satu permohonan.
Hanya gadis ini yang ingin aku cintai, dan ingin aku lindungi sepenuh hati,
Tuhan.
Gadis itu menoleh setelah sadar sedari tadi diamati
seseorang. Didapatinya seorang namja yang tentu ia kenal, kini masih menatapnya
dengan tatapan yang entah apa artinya.
Keningnya mengerenyit heran. Pasalnya, sosok itu sama sekali
tidak mengalihkan pandangan darinya. Gadis itu menghela nafas.
“Sehun?”
Tak ada sautan dari pemilik nama itu.
“sehun-ah?”
Raut wajahnya berubah khawatir.
“sehun-ah? Kau tidak apa-apa?”
“hah? Ne?”
–Lagi- ia menghela nafas. Satu kesimpulan yang memenuhi
otaknya. Jika namja yang lebih muda darinya itu tengah melamun.
“kau melamun?”
“a-aniyo taeyeon noona”
Sehun merutuk dalam hati. Ia berfikir betapa konyolnya wajah
cool-nya itu saat ia memandangi wajah gadis itu.
“sudah jelas kau melamun. Masih saja mengelak”
Gadis itu menggerutu kesal. Mempoutkan bibirnya lucu. Sehun
memandangi bibir itu tanpa berkedip. Oh ayolah sehun! Sejak kapan kau menjadi
namja yang berfikiran buruk seperti ini?. batinnya menjerit.
“kau melamun lagi!”
***
Still Place –Dua hari kemudian-
9.30 am
Sudah setengah jam dari waktu yang dijanjikan. Batang hidung
orang yang ditunggunya itu masih belum kelihatan. Serta merta batinnya mengutuk
sehun. Membuang-buang waktu.
“permisi”
“ne?”
Taeyeon mengalihkan pandangannya ke asal suara –familiar-.
DEG!
Aliran darahnya seketika membeku. Jantungnya berdegup diatas
normal. Masih diingatnya, rambut dark brown itu, mata yang sedikit sipit. Oh
dan tentu saja suara merdu yang dulu sering menemani hari-harinya. Hanya saja, kini
penampilannya sudah sedikit berubah. Postur tubuhnya lebih terbentuk. Dan juga,
aroma tubuhnya yang selalu membuatnya nyaman.
“permisi, apa kau duduk sendirian?”
Apa?
Apa namja ini tak mengenalnya?
Atau hanya pura-pura?
...
....
.....
Taeyeon mencoba membalas senyum namja dihadapannya kini.
Meskipun air matanya sudah tak mampu dibendung lagi. Sekuat tenaga ia menahan
sakit yang sepertinya menciptakan darah dihatinya.
Ia mencoba memalingkan wajahnya kesamping. Sedikit mengusap
matanya. Nyatanya sekuat apapun menahan air mata itu, toh pada akhirnya jatuh
juga.
Tanpa taeyeon ketahui. Namja yang kini duduk didepannya
tengah memandangnya sayu. Sorot mata yang menyiratkan penyesalan, juga kerinduan
yang mendalam.
Dengan berat hati ia menahan hasratnya yang sedari tadi
ingin merengkuh tubuh gadis itu. Melepaskan kerinduan yang selama ini
membelenggunya. Menekan hatinya untuk tidak menghapus air mata itu.
Terlalu takut, jika kenyatannya gadis itu membencinya.
Sepasang mata lainnya kini tengah menatap namja yang tengah
duduk didepan taeyeon marah. Ia mengepalkan tangan kuat seraya berjalan cepat
kearah taeyeon berada.
“apa yang kau lakukan disini?!!”
Namja itu terkaget melihat sehun. Sebisa mungkin memberikan
senyum termanisnya. Yang tentu membuat sehun muak!
Taeyeon juga mengalihkan pandangannya kearah sehun. Matanya
menatap sehun memohon. Agar sehun membawanya pergi secepat mungkin.
“aku hanya ingin minum kopi disini. Apa dia pacarmu?, ah
mianhamnida aku tidak tau. Kursi disini sudah penuh jad-“
“apa kau bilang?! Kau!”
Sehun menoleh kesamping. Taeyeon disana. Menahan tangannya
yang hampir saja melayangkan bogem mentah pada namja yang kini menatap mereka
polos –tentu pura-pura-. Karena jauh di lubuk hatinya ia merasa hawa panas
menjalari hatinya. Ia cemburu.
“shit! Kau!”
Sehun menggeram, telunjuknya menunjuk tepat di dahi
baekhyun.
“Jangan pernah menampakan wajahmu dihadapanku!
apalagi dihadapan taeyeon lagi! baekhyun”
Baekhyun hanya terkekeh pelan.
“ayo pergi saja, sehun”
Kini semuanya nyata di depan mata baekhyun. Gadis itu pergi
bersama orang lain, dan kenapa kenyataan ini begitu menyakitkan?. Ia merutuki
kebodohannya dulu.
***
Oh, beritahu aku jika sang waktu telah bergulir terlalu jauh
Sulit untuk ku kejar, meskipun hanya jejaknya
Jujur, aku tak bisa menebak lajunya sang waktu menjemput
takdir
Dan ini terlalu menyakitkan jika disebut sebagai takdir
Dimana takdir yang katanya selalu memberi kebahagiaan di akhirnya?
Jika kini hatiku serasa mati ditengah jalan
***
Apartemen, Seoul –Korea Selatan
7.45 pm
Namja bersurai hitam itu hanya mampu memandangi tubuh
sahabatnya yang kini meringkuk di sudut ruangan. Hati kecilnya merasa iba.
Namun apa boleh buat? Ia sama sekali tak bisa berbuat apa-apa. Ini masalah hati
sahabatnya. Dan hanya dirinya sendiri yang tau apa yang harus ia perbuat.
Namja itu mendesah. Cukup lelah dengan hanya memandangi
sosok ringkih sahabatnya yang sedari tadi masih meringkuk memeluk lututnya
serta menundukan kepalanya dalam-dalam.
“baekhyun-ah”
Hening.
Tak ada sautan.
“tak seharusnya kau seperti ini, baekki”
Tubuh jangkungnya melangkah berat ke sudut ruangan.
Berjongkok menyamai tubuh baekhyun.
“kau dengar aku?, itu semua bukan salahmu. Itu hanya sebuah
pilihan. Dan aku yakin pilihan yang dulu kau pilih sudah kau pikirkan
baik-baik. Tak ada yang perlu kau sesali”
“tidak sesederhana itu, chanyeol”
Suara serak baekhyun menggema dalam hening, membuat
laki-laki bernama Park Chanyeol itu menghela nafas.
“aku tau, maka dari itu ada yang perlu diluruskan disini”
Baekhyun mendongak, menatap manik mata milik sahabatnya.
Matanya sedikit memburam terhalangi air mata yang siap melebur dalam tangis.
“dia menderita! Dan itu karenaku. Dia mencintaiku, dan dia
tau aku juga mencintainya! Kita pernah berjanji akan hidup bersama sampai
akhir. Tapi, aku dengan sekejap menghancurkan semuanya!”
Chanyeol terpaku mendengar baekhyun berteriak dalam
tangisnya. Sebagian hatinya ikut menangis merasakan apa yang kini dirasakan
sahabatnya itu.
Dengan lembut ia menggenggam kedua tangan baekhyun. menatap
lembut laki-laki yang bertubuh lebih mungil darinya yang sekaligus orang yang selama
ini dianggapnya Hyung.
Nyaman. Baekhyun merasakan perasaannya sedikit lega. Setidaknya
masih ada sahabatnya yang akan selalu ada disampingnya.
“semuanya akan
baik-baik saja, baekki-ah”
***
Still Place –Esok harinya-
10.30 am
“jadi, kau akan menemuinya lagi?”
“he-em”
“masih akan berpura-pura tidak ingat?”
“sepertinya begitu”
“kenapa harus begitu! Bukankah kau ingin semuanya seperti
dulu?”
Baekhyun terdiam cukup lama. Chanyeol menghentikan
aktivitasnya menyantap sereal dimangkuknya. Ia menatap baekhyun.
“sepertinya aku harus mengulangnya dari awal, chanyeol”
Chanyeol meghela nafas panjang mendengar lirihan baekhyun.
ia menepuk-nepuk pelan pundak sahabatnya.
“tak seharusnya seperti itu”
“lalu? Apa aku harus meminta maaf padanya, memintanya
kembali padaku. Dan semuanya akan selesai?”
“tidak baegitu baekki! Aish kau ini!”
Laki-laki bersurai hitam itu mempoutkan bibirnya. Mengundang
gelak tawa dari baekhyun. bibirnya tersenyum tipis. Hatinya sedikit lega
melihat sahabatnya masih bisa tertawa.
Tak kurang dari satu menit. Baekhyun mengubah raut mukanya
kembali serius menatap chanyeol. Membuat sahabatnya mendesah.
“tapi, sepertinya aku akan menyerah di detik terakhir”
“waeyo?”
Baekhyun menunduk dalam. Mengingat kejadian kemarin pagi di
cafe saat bertemu dengan sehun. Sorot mata tajam yang ia tau apa artinya. Ia
tau, namja itu menaruh hati pada taeyeon.
“taeyeon sudah memiliki orang lain, yeollie”
Chanyeol menghela nafas. Matanya menerawang. Bagaimanapun,
ia pernah memiliki perasaan yang sama seperti baekhyun. mencintai seorang
gadis. Gadis yang sama dengan gadis yang juga dicintai sahabatnya. Hingga
kenyataan pahit itu menyayat hatinya, bahkan sampai saat ini. Jika gadis itu
resmi menjadi milik sahabatnya. Sampai detik ini pula baekhyun tak pernah tau
tentang perasaannya.
“chanyeol?”
“ne? Apa yang barusan kau katakan?”
“kau tak mendengarku?”
Sosok jangkung itu hanya meringis, meminta maaf pada
baekhyun.
“sudahlah”
“lalu apa rencanamu, baekki?”
“aku hanya akan menemuinya, menjelaskan semuanya. Setelah
itu, kita akan kembali ke jepang”
“apa, kau berniat untuk menyutujuinya?”
Baekhyun menghela nafas berat. Ia sudah memikirkannya dengan
matang.
“ne! Aku akan menyutujui perjodohan itu”
Chanyeol terbelalak. Ia menatap tajam kearah baekhyun.
“apa kau gila?, setelah kau menjelaskan semuanya, aku yakin
dia akan mengerti dan tentu akan kembali padamu! Bodoh. Kenapa kau berfikir
sedangkal itu, huh?”
“aku tau! Tapi, percaya padaku. Aku hanya ingin meminta maaf
padanya, dan menjelaskan semuanya. Aku tidak mau dia mengingatku selayaknya
namja kurang ajar yang tega meninggalkannya waktu itu. Dan aku tidak akan memintanya
kembali, yeollie”
***
Taman kota, Seoul –Korea Selatan
3.30 pm
Sehun tak hentinya mengusap rambut taeyeon. Gadis itu masih
memeluknya erat dengan tangis yang belum terhenti. Beberapa kali sehun menghela
nafas yang terasa sesak. Hatinya meronta, tak rela jika harus melihat gadis-nya
menangis tersedu seperti ini.
“sudahlah, noona. Tidak usah kau pikirkan namja itu.
Kejadiannya sudah dua hari yang lalu. Seharusnya kau melupakan kejadian itu”
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya kuat di dada bidang
sehun. Ia semakin terisak, menahan rasa sesak yang menjejal dihatinya.
“tapi, noona. Dia bahkan tak mengingatmu, kan?”
“aku tau! Dan itu hanya pura-pura! Dia jahat sekali!”
“mungkin saja dia kecelakaan. Dan mengalami amnesia. Kau tak
usah memikirkannya. Dia itu napeun namja! Dia sudah membuatmu menderita selama
ini”
Taeyeon terdiam. Entahlah, rasanya tidak sesesak dulu. Rasa
nyamanlah yang kini merayapi hatinya.
“sehun, ku rasa aku sudah sedikit bisa melupakannya”
Sehun melepas pelukannya. Memandang taeyeon dengan mata
berbinar.
“jeongmal?”
“ne, kurasa”
“syukurlah”
Senyum bahagia kini terlukis diwajah tampan sehun.
Setidaknya ada sedikit celah untuknya menghidupkan kembali hati gadis yang
selama ini ia tempatkan di tempat teristimewa dihatinya.
***
Sekarang aku mengerti satu hal
Hatiku tak sepenuhnya mati
Karena, hati selembut kain sutra kini menyelimutiku
Membantuku menemukan celah untuk hidup kembali
***
~Belum cukup sampai
disitu. Karena cerita mereka masih belum sepenuhnya usai~
***
Tak jauh dari bangku ditengah taman kota yang sedari tadi
dihuni oleh sepasang manusia yang tengah berpelukan. Sosok namja lain menatap
mereka tajam. Tangannya terkepal. Jujur saja, hatinya memanas melihat setiap
inci gerakan tangan sang namja yang dengan lembut membelai rambut sang gadis.
Matanya memanas. Ternyata apa yang sudah ia tekadkan sebelumnya
sangat sulit dilakukan. Karena, nyatanya ia memang sangat mencintai gadis itu.
Naas! Kenyataan memang selalu berbeda dengan harapan. Yah, harapan yang selama
ini membuatnya optimis jika gadis itu masih mencintainya.
Kenyataannya? Sangat mudah sepertinya melupakan sosok napeun
namja seperti dirinya.
“rasanya lebih menyakitkan dari waktu pertama aku memilih
untuk melepasmu, taeyeon”
Baekhyun bermonolog lirih. Air matanya kembali terjatuh.
Tubuhnya kaku. Tak ada harapan lagi. Tak ada kesempatan lagi.
***
Malam harinya. Baekhyun memilih
mendatangi rumah taeyeon. Berniat mengakhiri semuanya. Benar-benar berakhir. Dengan
begitu ia akan kembali ke jepang dengan cepat.
Rumah bernuansa putih susu itu
kini terpampang dihadapannya. Rumah yang cukup mewah. Elegant. Tentu dengan
berbagai kenangan manis bersama taeyeon yang dulu ia ukir di rumah ini.
Setelah beberapa kali menghela
nafas, akhirnya ia memilih mengetuk pintu berwarna putih itu.
TOK, TOK, TOK
Tiga kali ketukan. Pintu itu
terbuka perlahan. Seketika tubuhnya menengang. Gugup. Ia takut jika matanya
menatap gadis itu semuanya jadi kacau. Dan pada akhirnya ia ingin memiliki
gadis itu lagi.
Tidak boleh!
“nuguse-“
...
....
.....
Taeyeon menatap kosong baekhyun.
air matanya jatuh tanpa bisa ia cegah. Hatinya memberat. Benarkah, jika asumsi
otaknya tentang ia yang sudah melupakan baekhyun itu benar adanya? Jika iya,
mengapa semuanya terasa hambar. Pada nyatanya ia ingin kembali pada baekhyun.
ia ingin memeluknya.
Satu hal yang baru ia ingat. Mana
mungkin baekhyun mengingatnya?. Sama seperti waktu mereka dipertemukan kembali di
cafe saat itu.
“mau apa kau kemari?, bukankah kau
tak mengenalku?”
Gadis itu menghapus kasar air
matanya. Ia menatap sinis ke arah baekhyun. sementara baekhyun menghela nafas
berat.
“untuk yang waktu itu, aku minta
maaf taeyeon”
Baekhyun menatap taeyeon hangat.
Tatapan yang dulu sempat menjadi candunya. Tapi, entahlah. Untuk saat ini
tatapan itu justru membuatnya muak!
“oh, jadi benar. Kau hanya berpura-pura
tidak mengenalku waktu itu! Hah, aku terlalu bodoh sepertinya”
“terserah kau mau memaafkanku atau
tidak. Tapi, ada satu hal yang ingin aku bicarakan denganmu”
***
Malam dengan awan hitam pekat.
Tanpa bintang satupun. Tapi mata gadis itu masih tak lepas memandangi langit
kosong itu. Seakan Menerawang ke masa lalu.
Sementara baekhyun hanya
memandangi wajah gadis itu dari samping.
Cantik. Masih cantik dan sempurna
seperti saat dulu mereka bersama. Kenangan-kenangan diantara mereka masih jelas terekam di otaknya.
tak akan pernah hilang. Tak akan pernah terlupakan satupun.
Hening.
30 menit mereka lalui dalam diam.
Hanya gemerusuk daun dan semilir angin yang sesekali terdengar dan menerpa
tubuh mereka. Seolah menyadarkan mereka, jika malam sudah semakin larut. Dingin
yang mulai menusuk hingga tulang. Mungkin saja dapat membunuh mereka perlahan.
Tapi tak sedikitpun dari mereka yang menghiraukan bisikan angin. Angin tetaplah
angin. Yang hanya sekejap melewati mereka, tanpa arti dan terus berlalu.
Sama seperti masa lalu, bukan?
Tapi, kenapa sangat sulit
melupakan itu semua?
.....
“apa yang ingin kau bicarakan?”
Namja itu tersadar. Merubah posisi
duduknya. Mengalihkan pandangannya ke arah langit. Menerawang dengan pandangan
kosong.
“dulu, saat kita berpisah kau
menanyakan alasannya kan?”
Gadis itu menoleh ke arah
baekhyun. menatapnya dari samping.
Masih tampan. Seperti dulu.
“aku, dua hari sebelum hari itu
aku pergi ke jepang menemui keluargaku”
Baekhyun menghela nafas. Sesak.
“mereka menjodohkanku”
DEG!
‘Jadi karena itu?’
Taeyeon menangis. Isak tangisnya
mulai terdengar di telinga baekhyun. memilukan. Ia memeluk baekhyun erat.
Baekhyun bergeming. Tapi satu tangannya mengelus pelan rambut taeyeon.
“kau tak mengatakan itu! Kalau kau
mengatakan alasannya saat dulu, aku pasti tak akan membecimu! Baekhyun!”
Memejamkan mata. Hanya itu yang
bisa ia lakukan ketika gadis itu meracau. Menyalahkan diri. Ia bersumpah itu
lebih menyakitkan dari apapun yang pernah ia rasakan. Sekalipun ada benda dengan
berat berton-ton yang jatuh tepat di atas kepalanya.
“uljima”
“sekarang, aku harus bagaimana, Baekhyun?”
“kau punya sehun. Mianhae untuk
semuanya. Aku, akan kembali ke jepang. Setelah itu aku akan menikah dengan
gadis pilihan orang tuaku disana”
Taeyeon tak membalas. Ia hanya
menangis terisak dipelukan baekhyun.
Biarkan saja. Bukankah masa lalu
seperti angin? Hanya berlalu, tak berarti.
***
Dan seperti yang aku katakan di
awal
Takdir tak akan selamanya bahagia
di akhir
Tapi satu hal,
Ia memiliki sebuah rahasia
Jika bahagia, bukan akhir dari
segalanya