April 2013

Saturday, 13 April 2013

[EXO FF] Hidden Feelings - OneShot







Title : Hidden Feelings

 Author : kaiwifey

Cast : Kim Jong In, Kim Taeyeon, Xi Luhan

Genre : Romance, Brothership, Sad

Rating : PG

Length : Oneshot

Disclaimers : Cast belongs to God, their parents, and SM! But, this story and plot pure belong to me!

Don’t Copy-Paste this FF!
Don’t be a Plagiator!

Happy reading^^

###

Tap

Tap

Tap

Derap langkah kaki menggema di sepanjang lorong yang terlewati. Hari mulai senja, tak membuat sosok namja ini mempercepat langkah kakinya. Sekolahnya sudah sepi. Hanya ada beberapa siswa yang masih sibuk dengan tugas mereka.

Kim Jong In.

Namja yang masih berjalan di sepanjang lorong sekolah menuju gerbang. Matanya sesekali melirik pergelangan tangannya.

Pukul 6 sore.

“sepertinya masih ada waktu” jongin atau sering dipanggil Kai itu bergumam pelan. Ia mempercepat langkah kakinya. Nyaris berlari sesaat sebelum akhirnya tubuh berkulit tan itu memasuki sebuah mobil. Melajukannya dengan kecepatan sedang, tak lama menghilang setelah melewati belokan.

Mobil berwarna hitam itu berhenti di depan sebuah toko Florist. Sosok Kai keluar dengan wajah datar.

Langkahnya menyusuri tiap inci trotoar sampai akhirnya tubuh itu berada di dalam toko bunga. Matanya tertuju pada sebuket bunga tulip putih. Bibirnya tersenyum tipis.

‘masih ada’

“eoseo oseyo tuan. Ada yang bisa saya bantu?”

Mata Kai beralih menatap seorang pelayan, badannya sedikit membungkuk membalas sapaan sang pelayan toko.

“ah, aku ingin mengambil sebuket bunga tulip yang tertinggal. aku membelinya tadi pagi”

“ne, tunggu sebentar tuan. Akan saya ambilkan”

Kai mengangguk samar. Dirinya kembali sibuk dengan bunga-bunga dihadapannya. Ia tersenyum mengingat seseorang yang begitu menyukai bunga.

“ini bunganya tuan”

“ne, Gamsahamnida.”

Setelah membungkukan badannya, Kai kembali melangkah menuju mobilnya dengan sebuket bunga tulip ditangannya.

Hari sudah gelap. Bulan dan bintang juga sepertinya enggan menampakan diri. Menyisakan awan gelap pekat yang siap menurunkan hujan.

Mobil yang Kai kendarai melesat dengan kecepatan cukup tinggi –mengingat malam semakin larut- membelah jalan kota yang sepi. Jarum jam dipergelangan tangannya menunjukan pukul 7 lewat 55 menit. 5 menit lagi pukul 8 tepat. Dan dalam waktu yang sama pula dirinya akan sampai di tempat tujuannya.

5 menit berlalu.

Mobil hitam itu berhenti di depan gerbang. Di dalam sana terdapat sebuah rumah yang cukup besar. Singgasana sang putri-nya.

Kai beberapa kali menghela nafas dengan cepat. Jantungnya berdetak di ambang batas kenormalan. Kegugupan mulai merajai hatinya.

Setelah menghela nafas cukup panjang, kaki panjangnya melangkah memasuki gerbang berwarna putih itu. sebuah pekarangan bunga di dapati manik matanya sesaat. Tangannya memegang sebuket bunga tulip –yang dibelinya- dengan sedikit gemetar, berkeringat.

Tap

Langkahnya berhenti tepat di depan sebuah pintu berwarna putih. Badannya sedikit membungkuk agar bisa menaruh bunga tulip itu di atas lantai. Seulas senyum tersungging manis di bibirnya.

“selamat malam, noona”

...
Dengan senyuman yang masih terpasang di bibirnya, Kai berbalik. Menata kembali langkahnya menuju mobil hitamnya dan bersiap pulang.

###

Cinta dalam diam

Kadang melukai sebongkah hati ini

Tetapi masih lebih baik, ketika senyum manis masih tercipta di bibirmu

Hanya seulas senyum kala kita bertemu

Tanpa kau mengenalku

Tetapi masih lebih baik, karena senyum itu masih untukku

###

Kriet

Sebuah pintu terbuka di susul dengan sesosok gadis bertubuh mungil yang di balut seragam sekolah musim dingin, keluar dari rumah bernuansa serba putih itu. keningnya berkerut bingung. Kini di hadapannya –tepat diujung kakiknya- tergeletak sebuket bunga tulip putih. Tangannya bergerak mengambil bunga itu. warnanya sedikit pucat. Mungkin ditaruh terlalu lama, apalagi dilantai dan dengan suhu yang dingin. Tapi masih cukup segar.

Garis tipis di wajahnya tertarik membentuk sebuah senyum. Senyuman manis. Dihirupnya aroma bunga tulip di tangannya.

Aromanya selalu nyaman. Karena itu ia menyukai bunga.

Walaupun tidak tau siapa yang menaruh bunga itu di depan pintu rumahnya, gadis mungil itu kembali masuk ke dalam rumahnya. Menaruh bunga tulip itu di kamar.

Setelah itu ia bergegas menuju sekolahnya..

...

Di tengah lorong menuju kelasnya, taeyeon berhenti. Matanya menatap seorang namja yang sedang berjalan dengan wajah kusut ke arah kantin.

Ia tersenyum kecil melihat wajah namja itu yang sepertinya tak bersemangat. Sedetik senyumnya memudar. Akankah harapan di hatinya menjadi kenyataan?

“taeyeon-ah”

“ne, soojung-ah?”

“sudahlah taeyeon-ah, jangan terlalu berharap pada namja itu. Dia itu adik kelas kita. Lagipula, kau 
kan sedang dekat dengan luhan”

Soojung tertawa jahil. Jarinya menjawil dagu taeyeon –bermaksud menggoda-. Sedangkan gadis itu hanya mendengus pelan. Ditatapnya namja berkulit tan yang kini sudah memasuki kantin itu dengan pandangan sayu.

Tak mungkin menaruh harapan lebih.

...

Kantin sekolah cukup ramai. Dengan malas Kai masuk lebih dalam ke kantin sekolahnya. Kalau saja perutnya masih bisa berkompromi, mungkin ia akan dengan senang hati meninggalkan kantin sekolahnya yang ramai nyaris seperti pasar itu dan menuju atap gedung sekolahnya –tempat biasa ia menghabiskan waktu istirahat-

Tubuhnya kini ikut berjajar di antrian. Menunggu giliran mengambil makanan dengan wajahnya yang tadi kusut kini semakin.

“hei Kai, tumben kau disini?”

Wajahnya menoleh ke asal suara. Di dapatinya Luhan dan beberapa teman bermain basketnya di belakang luhan. Ia merenggut sebal. Mengundang kekehan dari teman-temannya itu.

“aku sedang lapar. Hei lu! Jangan menahan tawa seperti itu”

“hei, bukan aku saja! Tao, Chanyeol, dan Baekhyun juga ikut menahan tawa. Dan hei! panggil aku hyung”

Kai tersenyum kecut. Oh, ia melupakan satu hal. Sekarang luhan bukan hanya sekedar temannya lagi, tapi juga hyungnya. Yah, luhan adalah kakaknya Kai. Kakak tiri tepatnya.

Kai memakan makanannya dalam diam. Begitupun luhan. Mereka duduk di di meja yang sama. Tao, Chanyeol, dan Baekhyun tidak ikut makan karena ada sedikit urusan.

Hening.

Kai masih berkutat dengan pikirannya. Sama halnya dengan luhan. Entahlah, semenjak mereka menjadi saudara tiri, mereka lebih sering diam jika berdua.

###

Bel istirahat kedua berbunyi. Sebagian siswa memilih menyibukan diri di luar ruangan kelas. Begitupun dengan Kai. Ia memilih pergi ke atap gedung sekolah. Setidaknya disana bisa sedikit membuat pikirannya kembali tenang.

Seperempat tangga lagi menuju tangga teratas. Langkah kakinya terhenti sesaat mendengar sayup-sayup suara dari atap gedung.

“Aku mencintaimu”

Kai menajamkan pendengarannya. Kakinya kembali melangkah menapaki satu persatu anak tangga.

“Aku mau kau menjadi kekasihku”

Tidak ada jawaban.

“Kau bisa percaya aku, aku tidak akan menyakitimu”

Tap

Anak tangga terakhir. Hanya tinggal membuka pintunya maka ia akan melihat siapa orang yang kini 
ada di atap gedung sekolah.

“ne, aku mau”

DEG

Ia hafal suara merdu ini.

Dibukanya perlahan pintu usang itu, menampakkan dua siluet manusia.

Matanya terbelalak. Luhan dan.. taeyeon?

Jadi, mereka sudah resmi berpacaran?

Malangnya nasib Kai.

Ia berjalan gontai menuruni tangga. Hatinya tertohok ribuan jarum yang dengan keji tertancap disana, mengoyaknya sampai dasar. Tatapannya sayu dengan mata memerah. Nyaris menangis.

###

KAI POV

Hari ini benar-benar hari terburuk. Tentu setelah hari kematian ibuku, dan juga hari dimana ayahku menikah lagi. Dan sepertinya ini lebih buruk.

Luhan dan taeyeon berpacaran.

Andai saja gadis yang menjadi pacar luhan bukanlah taeyeon noona. Aku pasti akan turut senang.

Tapi kenyataan memang selalu berbeda.

Dan itu selalu membuatku sakit.

Taeyeon. Dia adalah gadis yang aku kagumi. Bukan sekedar mengagumi, lebih tepatnya aku mencintai gadis itu.

Sekarang semuanya hanya tinggal harapan kosong belaka. Tanpa adanya titik terang. Dan aku benci saat-saat seperti ini. saat dimana aku terlihat lemah dan menyedihkan.

...

Jalanan kota seoul yang aku lewati kali ini cukup ramai. Dengan kecepatan cukup tinggi mobil yang ku kendarai melaju di tengah-tengah hiruk pikuk keramaian.

Jam ditanganku menunjukan pukul 1 siang.

Membolos.

Salah satu kegiatan rutin yang dulu sering aku lakukan. Tapi tidak setelah aku melihatnya di sekolah. Love at the first sight. Hal yang tadinya aku anggap banyolan. Sialnya aku terperangkap dalam kata-kata itu.

Hingga detik ini pun.

###

Normal POV

Hari menjelang petang. Kai masih mengunci diri dikamarnya. Emosinya meletup-letup menguasai 
hatinya. Tubuhnya terduduk di sudut kamar setelah beberapa jam lamanya kepalan tangannya terus menerus meninju samsak tinju di kamar itu.

“arggghhhh!!”

Nafasnya terengah. Dia kembali berdiri dan meninju benda tak bersalah itu.

BUG

“kau menghancurkan semuanya!”

BUG

“tidak cukup kau merebut perhatian ayah, hah?”

BUG

BUG

“dan sekarang kau juga merebut taeyeon!!!”

BUG

“SIAL!”

BUG

...

Air matanya meluruh. Ini lebih menyakitkan dari semua hal yang pernah menyakitinya.
Kai terduduk lemas. Keringat mengucur deras di pelipis dan sekujur tubuhnya. Tubuhnya meringkuk sambil terus menangis.

TOK TOK TOK

“Kai, apa kau didalam?”

“...”

“kumohon jawab aku kai, aku tau kau disana”

“...”

“kai, kumohon buka pintunya. Ini sudah waktunya makan malam”

“...”

“kai!”

“aku tidak lapar”

“kai, tap–”

“AKU TIDAK LAPAR”

Luhan menghela nafas.

“baiklah. Kalau sudah lapar, segera turun kebawah”

Tak ada jawaban lagi dari Kai. Dengan gontai luhan menuruni tangga menuju ruang makan. Matanya menerawang kosong. Pikirannya kini dipenuhi dengan nama Kai –adiknya.

‘keadaan anak itu semakin hari semakin tak ku mengerti’

Namja berdarah china itu menghela nafas pasrah. Dan dengan terpaksa malam ini ia harus makan sendirian.

###

Hari minggu. Hari yang selalu Kai manfaatkan untuk tidur. Tapi tidak kali ini. Kai sudah rapih dibalut dengan T-shirt blue sky, celana jeans, sepatu kets warna putih dan jaket abu-abunya. Ia berjalan dengan langkah terburu menuju mobilnya. Padahal ini masih jam 9 pagi.

“Kai”

Langkahnya terhenti. Ia menyentak kasar tangan luhan yang menyentuh bahunya. Perbuatan yang membuat luhan tersentak.

“kau mau kemana pagi-pagi begini?”

“bukan urusanmu”

Namja berkulit tan itu kembali berjalan cepat tanpa menghiraukan teriakan luhan.

“KAI”

...

Disini ia sekarang. Di depan rumah yang sempat beberapa hari lalu ia kunjungi secara diam-diam.
Tubuhnya ia senderkan di kap mobil. Tangannya memegang sebuah ponsel. Setelah menimang-nimang. Akhirnya ia memutuskan untuk menekan tombol hijau. Menghubungi seseorang.

“yeoboseo?”

Kai tak menjawab. Ia hanya memejamkan matanya. Baginya mendengar suara merdu gadis itu bagai obat penenang hatinya.

“nuguseo?”

“kau bisa temui aku di depan gerbang rumahmu?”

“tunggu, kau siapa? Apa aku mengenalmu?”

“jebal”

Klik.

Kai mematikan sambungannya. Ia menghela nafas. Bibirnya tersenyum seiring air matanya yang jatuh perlahan.

Oh, sejak kapan seorang Kim Jong In menjadi cengeng seperti ini?

...

Dengan raut muka agak kesal, taeyeon melangkahkan kakinya ke depan gerbang. Sesuai dengan 
permintaan sang penelpon tadi.

Tanpa disadari, sebagian hatinya merasa nyaman dengan suara orang itu.

Tap

Tap

Kai menoleh ke asal suara langkah kaki dari arah gerbang. Ia tersenyum kearah seorang gadis yang kini menatapnya dengan pandangan terjekut.

“hai, noona”

Kini jantung keduanya berdetak tidak normal.

Taeyeon sendiri kelabakan. Ia tak mengerti. Mengapa bibirnya tersenyum ketika namja di hadapannya itu tersenyum?

Mengapa ia harus merona saat mata onyx itu menatapnya dalam.

Dan mengapa, setelah ia memutuskan untuk menyerah semua rasanya kembali membuncah kala menatap wajah tampan itu.

...

“kai”

Ucapan lirih itu terdengar jelas di telinga kai. Gadis itu mengetahui namanya! Ada rasa senang 
dihatinya. Sedetik semua angannya runtuh mengingat gadis itu sudah menjadi milik orang lain.

Terlebih orang itu adalah luhan. Benar-benar kenyataan yang menyakitkan.

Kai tersenyum miris. Kakinya melangkah mendekati taeyeon. Ujung sepatu kai dan ujung sandal milik gadis itu bahkan bersentuhan.

Tangannya membelai pipi taeyeon. Gadis itu masih bergeming. Ada sebagian hatinya yang menyuruhnya melepaskan tangan itu. tapi sebagian hatinya lagi merasa nyaman dengan sentuhan tangan Kai yang kini mengelus pipinya.

“aku mencintaimu”

Air mata yang sempat dibendungnya meluruh bersamaan dengan kecupan singkat di bibirnya.

Kai mencium bibirnya.

Harusnya ia senang. Tapi mengapa hatinya sakit seperti tertohok benda tajam?

Kai menatap matanya lama. Sesekali mengelus lembut pipi gadis itu.

“bahagialah bersama luhan”

setelah itu ia berbalik menuju mobilnya dengan langkah terseok. Meninggalkan keperihan di hati keduanya.

###

Cinta dalam diam

Ketika hati keduanya merasakan cinta

Mengapa justru kesakitan yang di terima?

Andai separuh hati yang lainnya tak pernah ada

Mungkin ego akan membentuk  kedua paruh hati menjadi utuh

Bahkan ketika senyum tercipta diatas tangis hati

###

Seorang namja berkulit putih pucat tak jauh dari tempat Kai dan Taeyeon berdiri tadi masih mematung. Mencerna berbagai asumsi yang berseliweran di otaknya. Matanya menatap sayu kearah mereka.

Kembali rasa sakit itu menjalar menciptakan jejak perih di hatinya saat bibir kedua orang di depan sana bersentuhan.

Rasa cemburu sudah pasti menguasai hatinya. namun akal pikirannya masih berfikir dengan jernih.

Kepalan tangannya mengepal kuat. Menimbulkan urat tegang di setiap jengkal lengannya.

Ternyata, apa yang selama ini ia asumsikan tentang perasaan gadis itu terbukti. Taeyeon bukan mencintai dirinya, melainkan mencintai adiknya sendiri.

...

Luhan menghela nafas panjang. Lelah. Sedari kemarin hatinya terus berdebat dengan pikirannya.

Mengapa keadaannya menjadi rumit seperti ini?

###

Keduanya masih diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.

“aku mengerti, taeyeon-ah”

Taeyeon menatap luhan. Sedangkan namja beriris coklat itu masih sibuk menengadah ke langit. 

Luhan menghela nafas sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya.

“mulai saat ini, kau bebas memilih hati lain”

Gadis itu menahan nafas. Tak menduga apa yang luhan baru saja katakan.

“apa yang kau katakan, huh?”

“kau tidak usah memaksa hatimu”

Pandangan luhan beralih menatap taeyeon. Gadis itu menggeleng. Air matanya menggenang.

“kau salah!”

“tidak, taeyeon. Kau hanya mencintai Kai”

Air matanya kembali jatuh seiring dengan ucapan lirih dari mulut namja yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya itu.

Digigitnya bibir bawahnya menahan isakan.

“uljima taeyeon-ah”

“jangan berkata seperti itu lagi”

Tangan luhan terulur menyentuh pipi gadis itu. menghapus air matanya dengan lembut. Ia kembali mengelus pipi gadisnya.

Isakan lolos dari bibir taeyeon. Tubuh mungil itu bergetar. Dengan perasaan bersalah, luhan menarik gadis itu kepelukannya. Memeluknya dengan erat.

“Kai sudah menyerah. Dan aku tidak mau kau juga menyerah”

Luhan tersenyum. Meski hatinya tak benar-benar lega sepenuhnya.

Kai.

Bagaimana dengan Kai?

###

“Luhan hyung”

Luhan berbalik kearah pintu kamarnya. Disana Kai berdiri dengan bersandar pada pintu. Ia maju beberapa langkah sampai akhirnya tepat berada di depan luhan.

“ada apa, kai?”

Bohong jika hubungan keduanya baik-baik saja. Meskipun dengan susah payah tidak membuat suasana menjadi canggung. Namun sangat terasa atmosfer dingin kini menyelimuti mereka.

“aku.. aku minta maaf”

Bibir luhan membentuk sebuah garis. Ia tersenyum. Kakinya melangkah kearah Kai. Dirangkulnya pundak adiknya itu. Kai terkekeh pelan.

Bruk

Keduanya berbaring di tempat tidur luhan. Mereka tersenyum

“haaahh, semuanya membuatku lelah hyung”

“ne, aku tak menyangka kita terlibat perang dingin beberapa hari ini”

Kai menoleh menatap luhan. Perasaan sakit kembali menyeruak di dalam hatinya. namun susah payah ia sembunyikan. Matanya kembali menatap langit kamar luhan. Ia menerawang membayangkan wajah taeyeon dengan pandangan sulit diartikan.

“aku serahkan taeyeon padamu hyung”

###

...

...

...

END

Note : gimana? Gimana? Jelek kah? Atau gimana FF nya? Cast nya EXOTAENG lagi XD mianhae buat yang gak suka. Habisnya lagi-lagi otak saya memilih taeyeon buat cast ceweknya U,U mian juga kalo ini FF gajelas banget. Biasa ya, inspirasi dadakan! Huahaha. Ada saran? Silahkan tulis di kotak komentar! Makasih buat yang udah baca^^ #bow

Monday, 8 April 2013

1st Anniversary. One Years EXO. WE ARE ONE!



HAPPY 1st ANNIVERSARY EXO!! 

 



April 8th 2012 (First Debut) 

April 8th 2013 (Now)

Satu tahun berlalu dari awal mereka debut. Tepat hari ini! satu tahun mereka menjadi idola K-POP.
EXO. Boyband yang masih terbilang baru, tapi pesona mereka sudah seperti idol-idol lain yang sudah bertahun-tahun menjadi idola.

 


Satu tahun, bukan waktu yang singkat tentunya. Apalagi untuk beberapa member EXO yang sudah menjalani trainee bertahun-tahun lamanya hanya untuk menggapai mimpi mereka untuk DEBUT dan ya seperti sekarang, menjadi idol baru yang bisa dibilang sudah sangat terkenal di dunia.

Dan itu gak mudah! Banyak waktu-waktu sulit yang mereka lalui. Mungkin akan terasa sulit jika dilakukan sendiri, tapi terlihat sangat mudah karena mereka melakukannya bersama.

Susah, Senang BERSAMA.


Ber – 12.

Walaupun harus terbagi menjadi 2 subgrup, dan mereka mempunyai kesibukan masing-masing. Yang satu berjuang di Korea, dan yang satunya berjuang di China. Walau pada akhirnya mereka pasti akan menjadi saingan dalam hal pemasaran. Tapi tetap, yang namanya EXO hanya 1. 

EXO-K dan EXO-M. Member yang berbeda. Leader yang berbeda. Lirik lagunya pun berbeda bahasa. Tapi EXO akan tetap ber – 12.


Mereka sempurna saat tampil di masing-masing subgrup. Tapi akan sangat terlihat sempurna disaat mereka tampil sebagai EXO. OT12.





Satu tahun. Memang bukan waktu yang singkat. Iya, bukan waktu yang singkat untuk sebuah akhir. Justru satu tahun adalah awal. 


Awal untuk mereka menjadi semakin bersinar. Dan tetap menjadi satu walaupun nantinya waktu mereka berkumpul ber – 12 akan semakin berkurang.

 


Masih ada tahun-tahun berikutnya. Dan saya harap mereka akan terus menjadi bintang. Bintang yang bersinar. Semakin bersinr. Tetap menjadi alien dengan tujuan untuk menguasai bumi. Menjadi sebuah boy grup yang akan menguasai pasar musik dunia. Yang akan menjadi sejarah baru. 

WE ARE ONE! WE ARE EXO!