Title : Hidden Feelings
Author : kaiwifey
Cast : Kim Jong In, Kim Taeyeon, Xi Luhan
Genre : Romance, Brothership, Sad
Rating : PG
Length : Oneshot
Disclaimers : Cast belongs to God, their parents, and SM! But,
this story and plot pure belong to me!
Don’t Copy-Paste this FF!
Don’t be a Plagiator!
Happy reading^^
###
Tap
Tap
Tap
Derap langkah kaki menggema di sepanjang lorong yang
terlewati. Hari mulai senja, tak membuat sosok namja ini mempercepat langkah
kakinya. Sekolahnya sudah sepi. Hanya ada beberapa siswa yang masih sibuk
dengan tugas mereka.
Kim Jong In.
Namja yang masih berjalan di sepanjang lorong sekolah menuju
gerbang. Matanya sesekali melirik pergelangan tangannya.
Pukul 6 sore.
“sepertinya masih ada waktu” jongin atau sering dipanggil
Kai itu bergumam pelan. Ia mempercepat langkah kakinya. Nyaris berlari sesaat
sebelum akhirnya tubuh berkulit tan itu memasuki sebuah mobil. Melajukannya
dengan kecepatan sedang, tak lama menghilang setelah melewati belokan.
Mobil berwarna hitam itu berhenti di depan sebuah toko
Florist. Sosok Kai keluar dengan wajah datar.
Langkahnya menyusuri tiap inci trotoar sampai akhirnya tubuh
itu berada di dalam toko bunga. Matanya tertuju pada sebuket bunga tulip putih.
Bibirnya tersenyum tipis.
‘masih ada’
“eoseo oseyo tuan. Ada yang bisa saya bantu?”
Mata Kai beralih menatap seorang pelayan, badannya sedikit
membungkuk membalas sapaan sang pelayan toko.
“ah, aku ingin mengambil sebuket bunga tulip yang
tertinggal. aku membelinya tadi pagi”
“ne, tunggu sebentar tuan. Akan saya ambilkan”
Kai mengangguk samar. Dirinya kembali sibuk dengan
bunga-bunga dihadapannya. Ia tersenyum mengingat seseorang yang begitu menyukai
bunga.
“ini bunganya tuan”
“ne, Gamsahamnida.”
Setelah membungkukan badannya, Kai kembali melangkah menuju
mobilnya dengan sebuket bunga tulip ditangannya.
Hari sudah gelap. Bulan dan bintang juga sepertinya enggan
menampakan diri. Menyisakan awan gelap pekat yang siap menurunkan hujan.
Mobil yang Kai kendarai melesat dengan kecepatan cukup
tinggi –mengingat malam semakin larut- membelah jalan kota yang sepi. Jarum jam
dipergelangan tangannya menunjukan pukul 7 lewat 55 menit. 5 menit lagi pukul 8
tepat. Dan dalam waktu yang sama pula dirinya akan sampai di tempat tujuannya.
5 menit berlalu.
Mobil hitam itu berhenti di depan gerbang. Di dalam sana
terdapat sebuah rumah yang cukup besar. Singgasana sang putri-nya.
Kai beberapa kali menghela nafas dengan cepat. Jantungnya
berdetak di ambang batas kenormalan. Kegugupan mulai merajai hatinya.
Setelah menghela nafas cukup panjang, kaki panjangnya
melangkah memasuki gerbang berwarna putih itu. sebuah pekarangan bunga di
dapati manik matanya sesaat. Tangannya memegang sebuket bunga tulip –yang
dibelinya- dengan sedikit gemetar, berkeringat.
Tap
Langkahnya berhenti tepat di depan sebuah pintu berwarna
putih. Badannya sedikit membungkuk agar bisa menaruh bunga tulip itu di atas
lantai. Seulas senyum tersungging manis di bibirnya.
“selamat malam, noona”
...
Dengan senyuman yang masih terpasang di bibirnya, Kai
berbalik. Menata kembali langkahnya menuju mobil hitamnya dan bersiap pulang.
###
Cinta dalam diam
Kadang melukai sebongkah hati ini
Tetapi masih lebih baik, ketika senyum manis masih tercipta
di bibirmu
Hanya seulas senyum kala kita bertemu
Tanpa kau mengenalku
Tetapi masih lebih baik, karena senyum itu masih untukku
###
Kriet
Sebuah pintu terbuka di susul dengan sesosok gadis bertubuh
mungil yang di balut seragam sekolah musim dingin, keluar dari rumah bernuansa
serba putih itu. keningnya berkerut bingung. Kini di hadapannya –tepat diujung
kakiknya- tergeletak sebuket bunga tulip putih. Tangannya bergerak mengambil
bunga itu. warnanya sedikit pucat. Mungkin ditaruh terlalu lama, apalagi
dilantai dan dengan suhu yang dingin. Tapi masih cukup segar.
Garis tipis di wajahnya tertarik membentuk sebuah senyum.
Senyuman manis. Dihirupnya aroma bunga tulip di tangannya.
Aromanya selalu nyaman. Karena itu ia menyukai bunga.
Walaupun tidak tau siapa yang menaruh bunga itu di depan
pintu rumahnya, gadis mungil itu kembali masuk ke dalam rumahnya. Menaruh bunga
tulip itu di kamar.
Setelah itu ia bergegas menuju sekolahnya..
...
Di tengah lorong menuju kelasnya, taeyeon berhenti. Matanya
menatap seorang namja yang sedang berjalan dengan wajah kusut ke arah kantin.
Ia tersenyum kecil melihat wajah namja itu yang sepertinya
tak bersemangat. Sedetik senyumnya memudar. Akankah harapan di hatinya menjadi
kenyataan?
“taeyeon-ah”
“ne, soojung-ah?”
“sudahlah taeyeon-ah, jangan terlalu berharap pada namja
itu. Dia itu adik kelas kita. Lagipula, kau
kan sedang dekat dengan luhan”
Soojung tertawa jahil. Jarinya menjawil dagu taeyeon
–bermaksud menggoda-. Sedangkan gadis itu hanya mendengus pelan. Ditatapnya
namja berkulit tan yang kini sudah memasuki kantin itu dengan pandangan sayu.
Tak mungkin menaruh harapan lebih.
...
Kantin sekolah cukup ramai. Dengan malas Kai masuk lebih
dalam ke kantin sekolahnya. Kalau saja perutnya masih bisa berkompromi, mungkin
ia akan dengan senang hati meninggalkan kantin sekolahnya yang ramai nyaris seperti
pasar itu dan menuju atap gedung sekolahnya –tempat biasa ia menghabiskan waktu
istirahat-
Tubuhnya kini ikut berjajar di antrian. Menunggu giliran
mengambil makanan dengan wajahnya yang tadi kusut kini semakin.
“hei Kai, tumben kau disini?”
Wajahnya menoleh ke asal suara. Di dapatinya Luhan dan
beberapa teman bermain basketnya di belakang luhan. Ia merenggut sebal.
Mengundang kekehan dari teman-temannya itu.
“aku sedang lapar. Hei lu! Jangan menahan tawa seperti itu”
“hei, bukan aku saja! Tao, Chanyeol, dan Baekhyun juga ikut
menahan tawa. Dan hei! panggil aku hyung”
Kai tersenyum kecut. Oh, ia melupakan satu hal. Sekarang
luhan bukan hanya sekedar temannya lagi, tapi juga hyungnya. Yah, luhan adalah
kakaknya Kai. Kakak tiri tepatnya.
Kai memakan makanannya dalam diam. Begitupun luhan. Mereka
duduk di di meja yang sama. Tao, Chanyeol, dan Baekhyun tidak ikut makan karena
ada sedikit urusan.
Hening.
Kai masih berkutat dengan pikirannya. Sama halnya dengan
luhan. Entahlah, semenjak mereka menjadi saudara tiri, mereka lebih sering diam
jika berdua.
###
Bel istirahat kedua berbunyi. Sebagian siswa memilih
menyibukan diri di luar ruangan kelas. Begitupun dengan Kai. Ia memilih pergi
ke atap gedung sekolah. Setidaknya disana bisa sedikit membuat pikirannya
kembali tenang.
Seperempat tangga lagi menuju tangga teratas. Langkah
kakinya terhenti sesaat mendengar sayup-sayup suara dari atap gedung.
“Aku mencintaimu”
Kai menajamkan pendengarannya. Kakinya kembali melangkah
menapaki satu persatu anak tangga.
“Aku mau kau menjadi kekasihku”
Tidak ada jawaban.
“Kau bisa percaya aku, aku tidak akan menyakitimu”
Tap
Anak tangga terakhir. Hanya tinggal membuka pintunya maka ia
akan melihat siapa orang yang kini
ada di atap gedung sekolah.
“ne, aku mau”
DEG
Ia hafal suara merdu ini.
Dibukanya perlahan pintu usang itu, menampakkan dua siluet
manusia.
Matanya terbelalak. Luhan dan.. taeyeon?
Jadi, mereka sudah resmi berpacaran?
Malangnya nasib Kai.
Ia berjalan gontai menuruni tangga. Hatinya tertohok ribuan
jarum yang dengan keji tertancap disana, mengoyaknya sampai dasar. Tatapannya
sayu dengan mata memerah. Nyaris menangis.
###
KAI POV
Hari ini benar-benar hari terburuk. Tentu setelah hari
kematian ibuku, dan juga hari dimana ayahku menikah lagi. Dan sepertinya ini
lebih buruk.
Luhan dan taeyeon berpacaran.
Andai saja gadis yang menjadi pacar luhan bukanlah taeyeon
noona. Aku pasti akan turut senang.
Tapi kenyataan memang selalu berbeda.
Dan itu selalu membuatku sakit.
Taeyeon. Dia adalah gadis yang aku kagumi. Bukan sekedar
mengagumi, lebih tepatnya aku mencintai gadis itu.
Sekarang semuanya hanya tinggal harapan kosong belaka. Tanpa
adanya titik terang. Dan aku benci saat-saat seperti ini. saat dimana aku terlihat
lemah dan menyedihkan.
...
Jalanan kota seoul yang aku lewati kali ini cukup ramai.
Dengan kecepatan cukup tinggi mobil yang ku kendarai melaju di tengah-tengah
hiruk pikuk keramaian.
Jam ditanganku menunjukan pukul 1 siang.
Membolos.
Salah satu kegiatan rutin yang dulu sering aku lakukan. Tapi
tidak setelah aku melihatnya di sekolah. Love at the first sight. Hal yang
tadinya aku anggap banyolan. Sialnya aku terperangkap dalam kata-kata itu.
Hingga detik ini pun.
###
Normal POV
Hari menjelang
petang. Kai masih mengunci diri dikamarnya. Emosinya meletup-letup menguasai
hatinya. Tubuhnya terduduk di sudut kamar setelah beberapa jam lamanya kepalan tangannya
terus menerus meninju samsak tinju di kamar itu.
“arggghhhh!!”
Nafasnya terengah. Dia kembali berdiri dan meninju benda tak
bersalah itu.
BUG
“kau menghancurkan semuanya!”
BUG
“tidak cukup kau merebut perhatian ayah, hah?”
BUG
BUG
“dan sekarang kau juga merebut taeyeon!!!”
BUG
“SIAL!”
BUG
...
Air matanya meluruh. Ini lebih menyakitkan dari semua hal
yang pernah menyakitinya.
Kai terduduk lemas. Keringat mengucur deras di pelipis dan
sekujur tubuhnya. Tubuhnya meringkuk sambil terus menangis.
TOK TOK TOK
“Kai, apa kau didalam?”
“...”
“kumohon jawab aku kai, aku tau kau disana”
“...”
“kai, kumohon buka pintunya. Ini sudah waktunya makan malam”
“...”
“kai!”
“aku tidak lapar”
“kai, tap–”
“AKU TIDAK LAPAR”
Luhan menghela nafas.
“baiklah. Kalau sudah lapar, segera turun kebawah”
Tak ada jawaban lagi
dari Kai. Dengan gontai luhan menuruni tangga menuju ruang makan. Matanya
menerawang kosong. Pikirannya kini dipenuhi dengan nama Kai –adiknya.
‘keadaan anak itu semakin hari semakin tak ku mengerti’
Namja berdarah china itu menghela nafas pasrah. Dan dengan
terpaksa malam ini ia harus makan sendirian.
###
Hari minggu. Hari yang selalu Kai manfaatkan untuk tidur.
Tapi tidak kali ini. Kai sudah rapih dibalut dengan T-shirt blue sky, celana
jeans, sepatu kets warna putih dan jaket abu-abunya. Ia berjalan dengan langkah
terburu menuju mobilnya. Padahal ini masih jam 9 pagi.
“Kai”
Langkahnya terhenti. Ia menyentak kasar tangan luhan yang
menyentuh bahunya. Perbuatan yang membuat luhan tersentak.
“kau mau kemana pagi-pagi begini?”
“bukan urusanmu”
Namja berkulit tan itu kembali berjalan cepat tanpa
menghiraukan teriakan luhan.
“KAI”
...
Disini ia sekarang. Di depan rumah yang sempat beberapa hari
lalu ia kunjungi secara diam-diam.
Tubuhnya ia senderkan di kap mobil. Tangannya memegang
sebuah ponsel. Setelah menimang-nimang. Akhirnya ia memutuskan untuk menekan
tombol hijau. Menghubungi seseorang.
“yeoboseo?”
Kai tak menjawab. Ia hanya memejamkan matanya. Baginya
mendengar suara merdu gadis itu bagai obat penenang hatinya.
“nuguseo?”
“kau bisa temui aku di depan gerbang rumahmu?”
“tunggu, kau siapa? Apa aku mengenalmu?”
“jebal”
Klik.
Kai mematikan sambungannya. Ia menghela nafas. Bibirnya
tersenyum seiring air matanya yang jatuh perlahan.
Oh, sejak kapan seorang Kim Jong In menjadi cengeng seperti
ini?
...
Dengan raut muka agak kesal, taeyeon melangkahkan kakinya ke
depan gerbang. Sesuai dengan
permintaan sang penelpon tadi.
Tanpa disadari, sebagian hatinya merasa nyaman dengan suara
orang itu.
Tap
Tap
Kai menoleh ke asal suara langkah kaki dari arah gerbang. Ia
tersenyum kearah seorang gadis yang kini menatapnya dengan pandangan terjekut.
“hai, noona”
Kini jantung keduanya berdetak tidak normal.
Taeyeon sendiri kelabakan. Ia tak mengerti. Mengapa bibirnya
tersenyum ketika namja di hadapannya itu tersenyum?
Mengapa ia harus merona saat mata onyx itu menatapnya dalam.
Dan mengapa, setelah ia memutuskan untuk menyerah semua
rasanya kembali membuncah kala menatap wajah tampan itu.
...
“kai”
Ucapan lirih itu terdengar jelas di telinga kai. Gadis itu
mengetahui namanya! Ada rasa senang
dihatinya. Sedetik semua angannya runtuh
mengingat gadis itu sudah menjadi milik orang lain.
Terlebih orang itu adalah luhan. Benar-benar kenyataan yang
menyakitkan.
Kai tersenyum miris. Kakinya melangkah mendekati taeyeon.
Ujung sepatu kai dan ujung sandal milik gadis itu bahkan bersentuhan.
Tangannya membelai pipi taeyeon. Gadis itu masih bergeming.
Ada sebagian hatinya yang menyuruhnya melepaskan tangan itu. tapi sebagian
hatinya lagi merasa nyaman dengan sentuhan tangan Kai yang kini mengelus
pipinya.
“aku mencintaimu”
Air mata yang sempat dibendungnya meluruh bersamaan dengan
kecupan singkat di bibirnya.
Kai mencium bibirnya.
Harusnya ia senang. Tapi mengapa hatinya sakit seperti
tertohok benda tajam?
Kai menatap matanya lama. Sesekali mengelus lembut pipi
gadis itu.
“bahagialah bersama luhan”
setelah itu ia berbalik menuju mobilnya dengan langkah
terseok. Meninggalkan keperihan di hati keduanya.
###
Cinta dalam diam
Ketika hati keduanya merasakan cinta
Mengapa justru kesakitan yang di terima?
Andai separuh hati yang lainnya tak pernah ada
Mungkin ego akan membentuk
kedua paruh hati menjadi utuh
Bahkan ketika senyum tercipta diatas tangis hati
###
Seorang namja berkulit putih pucat tak jauh dari tempat Kai
dan Taeyeon berdiri tadi masih mematung. Mencerna berbagai asumsi yang
berseliweran di otaknya. Matanya menatap sayu kearah mereka.
Kembali rasa sakit itu menjalar menciptakan jejak perih di
hatinya saat bibir kedua orang di depan sana bersentuhan.
Rasa cemburu sudah pasti menguasai hatinya. namun akal
pikirannya masih berfikir dengan jernih.
Kepalan tangannya mengepal kuat. Menimbulkan urat tegang di
setiap jengkal lengannya.
Ternyata, apa yang selama ini ia asumsikan tentang perasaan
gadis itu terbukti. Taeyeon bukan mencintai dirinya, melainkan mencintai
adiknya sendiri.
...
Luhan menghela nafas panjang. Lelah. Sedari kemarin hatinya
terus berdebat dengan pikirannya.
Mengapa keadaannya menjadi rumit seperti ini?
###
Keduanya masih diam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.
“aku mengerti, taeyeon-ah”
Taeyeon menatap luhan. Sedangkan namja beriris coklat itu
masih sibuk menengadah ke langit.
Luhan menghela nafas sebelum akhirnya
melanjutkan kalimatnya.
“mulai saat ini, kau bebas memilih hati lain”
Gadis itu menahan nafas. Tak menduga apa yang luhan baru
saja katakan.
“apa yang kau katakan, huh?”
“kau tidak usah memaksa hatimu”
Pandangan luhan beralih menatap taeyeon. Gadis itu
menggeleng. Air matanya menggenang.
“kau salah!”
“tidak, taeyeon. Kau hanya mencintai Kai”
Air matanya kembali jatuh seiring dengan ucapan lirih dari
mulut namja yang kini sudah resmi menjadi kekasihnya itu.
Digigitnya bibir bawahnya menahan isakan.
“uljima taeyeon-ah”
“jangan berkata seperti itu lagi”
Tangan luhan terulur menyentuh pipi gadis itu. menghapus air
matanya dengan lembut. Ia kembali mengelus pipi gadisnya.
Isakan lolos dari bibir taeyeon. Tubuh mungil itu bergetar. Dengan
perasaan bersalah, luhan menarik gadis itu kepelukannya. Memeluknya dengan
erat.
“Kai sudah menyerah. Dan aku tidak mau kau juga menyerah”
Luhan tersenyum. Meski hatinya tak benar-benar lega sepenuhnya.
Kai.
Bagaimana dengan Kai?
###
“Luhan hyung”
Luhan berbalik kearah pintu kamarnya. Disana Kai berdiri
dengan bersandar pada pintu. Ia maju beberapa langkah sampai akhirnya tepat
berada di depan luhan.
“ada apa, kai?”
Bohong jika hubungan keduanya baik-baik saja. Meskipun dengan
susah payah tidak membuat suasana menjadi canggung. Namun sangat terasa
atmosfer dingin kini menyelimuti mereka.
“aku.. aku minta maaf”
Bibir luhan membentuk sebuah garis. Ia tersenyum. Kakinya melangkah
kearah Kai. Dirangkulnya pundak adiknya itu. Kai terkekeh pelan.
Bruk
Keduanya berbaring di tempat tidur luhan. Mereka tersenyum
“haaahh, semuanya membuatku lelah hyung”
“ne, aku tak menyangka kita terlibat perang dingin beberapa
hari ini”
Kai menoleh menatap luhan. Perasaan sakit kembali menyeruak
di dalam hatinya. namun susah payah ia sembunyikan. Matanya kembali menatap
langit kamar luhan. Ia menerawang membayangkan wajah taeyeon dengan pandangan sulit
diartikan.
“aku serahkan taeyeon padamu hyung”
###
...
...
...
END
Note : gimana? Gimana? Jelek kah? Atau gimana FF nya? Cast
nya EXOTAENG lagi XD mianhae buat yang gak suka. Habisnya lagi-lagi otak saya
memilih taeyeon buat cast ceweknya U,U mian juga kalo ini FF gajelas banget. Biasa
ya, inspirasi dadakan! Huahaha. Ada saran? Silahkan tulis di kotak komentar! Makasih
buat yang udah baca^^ #bow