June 2013

Friday, 21 June 2013

Thursday, 20 June 2013

[EXO FF] Heartache – Oneshot







Title: Heartache

Author : kaiwifey

Cast :   Byun Baekhyun (EXO-K)

Kim Taeyeon (SNSD)

            Park Chanyeol (EXO-K)

Length : Oneshot

Genre : Angst, Sad, Romance

Rating : PG 15

Note : Maaf sebelumnya baru bikin FF lagi. Belakangan ini lagi sibuk-sibuknya UKK, jadi gak sempet mikir buat bikin FF. Agak susah juga sih dapet feelnya lagi, soalnya udah lama gak nulis FF. Tapi, aku udah coba lagi buat dan jadilah FF ini kkk~ maaf buat typo dan semacamnya. Hope you like it ^^

Disclaimer : Cast belong to God, their parents and SM! But, this story and plot pure belong to me! Don’t copy paste this story! Don’t be a Plagiarism!


HEARTACHE


Gemuruh angin menemani daun menari di atas udara bebas. Seorang laki-laki berwajah seperti anak berusia 15 tahun itu terlihat tengah berdiri di dekat sebuah rumah. Iris coklat gelapnya tak lepas memandang kosong rumah tersebut, tak ada kata yang terucap sejak dua jam lalu. Lelah, ia menundukan kepala menatap jalanan aspal dengan sayu.

Tidak akan pernah berubah. Sejauh apapun ia mengharapkannya.

Hasilnya akan tetaplah sama.

“bodoh sekali kau baekhyun” ia bergumam sangat pelan, mungkin hanya angin yang dapat mendengar suaranya. Kemudian tersenyum miris, merutuki kebodohan dirinya sendiri.

“mana mungkin dia akan menemuimu dan kembali padamu, setelah kau melepasnya begitu saja? Pabo” Baekhyun melanjutkan kalimatnya dengan cukup keras. Kali ini ia mendongakan kepalanya, menatap kembali rumah di depannya. Berharap, berharap sosok yang ia harapkan segera muncul dari balik pintu berwarna putih rumah itu, dengan senyumnya, kemudian berlari memeluknya.
Bodoh.

Sekali lagi, ia benar-benar bodoh. Mengharapkan sesuatu yang mustahil. Bukankah kau sendiri yang membuat keadaan seperti ini Baekhyun? lantas apa yang kau harapkan darinya sekarang?.

Laki-laki berambut coklat itu menghela nafas berat, tubuhnya bergerak memutar arah. Kakinya melangkah dengan kedua tangan yang dimasukan di kedua saku celana. Berjalan kembali dengan langkah berat, dengan dada yang terus menyesak.

“jeongmal mianhaeyo” ia berbisik. Seolah meminta angin menyampaikan kedua kata tersebut pada seseorang disana.


♡♡♡


Bukan, bukan ia yang menginginkan ini. bukan pula keinginan laki-laki itu. ini hanya sebuah takdir bodoh yang mengharuskan mereka berpisah.

“baekhyun-ah mianhaeyo”

Gadis itu menggumam lirih. Air mata sudah menggenang di pelupuk mata, jujur, semua ini membuatnya sakit. Ia menggigit bibir bawahnya kuat, menahan isakan yang bisa saja lolos dari mulutnya.

“Kumohon jangan menangis” bisikan halus terdengar seiring dengan kedua lengan yang memeluk hangat perutnya. Seseorang itu menyandarkan dagunya di bahu sang gadis –yang kini menangis, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher gadis itu, kemudian mengecupnya lembut.

“Chanyeol-ah, apa sesakit ini?” gadis itu meletakan sebelah tangannya di dada. Meresapi detakan jantugnya yang berdenyut nyeri. Merasakan sesak yang seperti menggerogoti tiap inci rongga dadanya.

“ini tidak seberapa, chagiya. Aku, jauh lebih tersakiti dibandingkan ini”
Suara Chanyeol terdengar sangat tajam di telinga gadis itu. tak berapa lama, laki-laki jangkung yang memeluknya dari belakang itu pun menangis. Menumpahkan semua emosinya di pundak sang gadis.

“seharusnya memang seperti ini Taeyeon-ah, kau memang seharusnya milikku” ucap Chanyeol dengan tegas. Kembali, Taeyeon hanya bisa menangis. Mengucapkan beribu kata maaf untuk baekhyun.

Mianhae Baekhyun, jeongmal mianhae, batinnya menjerit.


♡♡♡


Baekhyun mengacak asal rambutnya. Frustasi, laki-laki itu terlihat kacau. Semuanya sudah berakhir. Tidak ada lagi sepasang kekasih yang selalu bersikap manis saat mereka bersama. Tidak akan ada lagi gelar ‘best couple’ yang semua siswa elukan disetiap harinya.

Lebih menyedihkan lagi, tidak akan ada Taeyeon yang menjadi kekasihnya. Tidak akan ada gadis itu lagi yang menemani harinya, menyemangatinya. Berakhir, semuanya sudah berakhir.

“berhenti memikirkan itu baekhyun!” ia mengerang, menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan. Bahunya terguncang perlahan, ia menangis. Dalam hal seperti ini, ia akan terlihat sangat lemah.

Tanpa Taeyeon, tidak akan ada lagi Baekhyun yang kuat.

Kai dan Sehun –sahabatnya- hanya bisa menatap iba keadaan Baekhyun. mereka tau, ini pastilah sangat sulit untuk sahabatnya itu. Bayangkan, tiga tahun menjalin hubungan dan harus kandas di tengah jalan seperti ini?, hanya karena sebuah perjodohan bodoh.

Keduanya saling menatap, kemudian menggelengkan kepala lemas. Melihat keadaan Baekhyun yang sangat kacau membuat hati mereka mecelos. Sebelumnya, tak pernah mereka melihat keadaan Baekhyun yang sekacau ini.

“Baekhyun-ah?”

“heum?”

“sebaiknya kau keruang kesehatan, kami lihat keadaanmu sedang tidak baik-baik saja” saran Sehun, ia terlihat begitu khawatir.

“gomawo–” Baekhyun berdiri dengan mata sedikit sembab. Sungguh pemandangan yang tidak bagus.

“–aku akan kembali di jam pelajaran terakhir” Ia tersenyum tipis, setidaknya membuat perasaan kedua sahabatnya lega.

...

Di sisi lain, Taeyeon tengah berjalan bersama Chanyeol di sekitar taman sekolah. Sesekali tawa mereka terdengar, mengundang banyak pasang mata yang kini menatap mereka. Pemandangan yang cukup asing, sebenarnya sama sekali tak terlalu asing melihat mereka berdua berjalan bersama, mengingat sebelumnya mereka adalah teman baik. Hanya saja, hubungan mereka saat ini yang menjadi titik asingnya. 

Tentu, seluruh siswa disekolah mereka hanya tau kekasih Taeyeon itu Baekhyun, pasangan yang benar-benar serasi dan tentu saja sempurna. Berbeda dengan saat ini, Taeyeon saat ini adalah kekasih Park Chanyeol, tentu mereka juga terlihat sangat serasi. Namun, dimata mereka tetaplah sama. Mereka hanya terbiasa melihat pemandangan manis antara Taeyeon dengan Baekhyun, bukan Taeyeon dengan Chanyeol.

“Chanyeol-ah, lepaskan tanganmu. Kau tak lihat, semua orang melihat kearah sini?” Gadis beriris madu itu berbisik, merasa risih Taeyeon pun berusaha melepas tangan Chanyeol yang merangkul pundaknya erat, walau sama sekali tak berhasil.

“shireo”

Chanyeol malah mengeratkan rangkulannya pada Taeyeon. Melirik gadis itu dengan jahil, ia terkekeh kecil melihat wajah Taeyeon yang tengah cemberut.

“aigoo, uri chagiya, kau memintaku menciummu, eoh?”

“yak!”

Laki-laki berambut hitam itu tertawa, tak menyadari jika saat ini gadis yang tengah ia rangkul tersenyum masam. Mencoba untuk tak menangis. Mencoba menahan sesak yang sedari tadi menghimpit dadanya. Sungguh, ia ingin berlari saja dan memeluk Baekhyun.

Untuk saat ini, hanya pelukan laki-laki itu yang ia butuhkan. Hanya tawa Baekhyun-nya yang ingin ia lihat saat ini. Taeyeon, merindukan Baekhyun.

“Chanyeol-ah!” Chanyeol melihat seseorang yang tadi menyerukan namanya tengah berlari dari dalam gedung. Orang itu membungkuk mengatur nafas.

“ne, waeyo Jongdae-ah?”

“Mr. Han memanggilmu, beliau bilang ada urusan penting. Kurasa menyangkut basket, kau kan kapten”

“baiklah, gomawo Jongdae” Jongdae hanya mengangguk, setelah itu kembali berlari. Chanyeol mengalihkan pandangannya menatap Taeyeon, gadis itu hanya menangguk mengerti.

“pergilah, aku juga ada urusan setelah ini”

“Ne. Nanti kau kuantar pulang”

Tubuh Taeyeon hanya menatap kosong punggung Chanyeol. Tangannya mengelus pipi kanannya yang tadi dicium Chanyeol sebelum laki-laki itu berlari dengan pipi bersemu.

Sama sekali tak ada kehangatan yang kini dirasakannya. Berbeda jika Baekhyun yang menciumnya, wajahnya akan merasa terbakar.

Memang seharusnya berbeda kan? Hanya pilihan ini yang harus dijalaninya. 


♡♡♡


Baekhyun tidak sepenuhnya menuruti saran kedua sahabatnya, langkahnya tiba-tiba bergerak menuju arah yang berlawanan dengan ruang kesehatan. Atap sekolah. Tubuhnya berjalan dengan pandangan tak fokus, seluruh pikirannya hanya tertuju pada satu orang. Taeyeon. Gadis itu yang sudah berhasil mengacaukan pikiran Baekhyun.

Disepanjang lorong kelas banyak siswa yang menyapa Baekhyun dengan ramah ada pula yang hanya menatapnya dengan iba, namun tak ada reaksi apapun dari laki-laki beriris coklat itu. tubuhnya memang berjalan, tapi jiwanya seperti menghilang. Tak ada tatapan hangatnya lagi, saat ini, yang ada hanya tatapan dingin seorang Byun Baekhyun.

Semilir angin musim dingin menerpa tubuh laki-laki itu dengan keji, ia menggigit bibir bawahnya menahan dingin yang seolah menusuk nusuk tubuhnya hingga ke tulang. Sebenarnya, Baekhyun sangat tidak menyukai suhu dingin. Tetapi, untuk saat ini tak ia hiraukan semua itu.

Langkah kakinya menapaki beberapa undakan anak tangga lagi sebelum mencapai atap sekolah. Benar saja, angin musim dingin yang cukup kencang seolah menghantam tubuhnya tanpa ampun. Sekali lagi, tak ia hiraukan hal itu. ia terus melangkah hingga akhirnya tangan pucatnya mencengkram erat pagar pembatas. Ditariknya nafas dalam-dalam, namun tak membantu sedikitpun. Yang ada hanya menambah sesak dengan denyut jantung yang semakin menggila.

“wae?–”

“–mengapa hidupku begitu sial?” Baekhyun mengerang, ia memejamkan mata, kembali menangis.

 ...

Taeyeon memutuskan pergi kesuatu tempat. Tempat yang sepi, mungkin dengan begitu ia bisa menangis sepuasnya disana.

Tap

Tap

Langkah demi langkah menapak dengan berat, undakan anak tangga yang ia pijak serasa begitu banyak.

Ia menghela nafas. “apa pihak sekolah menambah anak tangganya?” gadis itu tak berhenti menggerutu.

Kakinya terhenti di undakan anak tangga terakhir. Ia melihat siluet seseorang tengah menunduk di dekat pagar pembatas. Tak perlu melihat wajahnya pun ia sudah tau siapa pemilik punggung tegap itu. Punggung tegap yang selama beberapa tahun ini menjadi sandarannya ketika ia memeluk orang itu dari belakang. Punggung yang selama ini melindunginya. Punggung seseorang yang saat ini begitu ia rindukan. Pungung tegap yang saat ini entah mengapa terlihat merapuh, menyusut hingga ukuran terkecil, menjauh dari kegagahannya selama ini.

Mengapa?

Air mata sudah membendung di pelupuk mata, sepasang kakinya bergerak merajut langkah. Satu, dua langkah hingga akhirnya jarak diantara mereka hanya tinggal satu meter.

Taeyeon menangis, ia menggigit bibir bawahnya menahan isakan. Kembali, langkahnya terayun lebih dekat, hingga tubuh itu tepat berada satu langkah di depannya. Baekhyun masih tak menyadarinya, bahu laki-laki itu masih berguncang kecil. Isakan memilukan darinya terdengar jelas di telinga Taeyeon, mengiris perlahan kepingan hati gadis itu.

Dengan ragu, gadis itu bergerak lagi menghilangkan jarak diantara mereka. Memeluk erat laki-laki itu dari belakang, menyandarkan kepalanya di punggung rapuh Baekhyun. meloloskan isakan, dan tangisannya pecah begitu saja.

 “Maaf, kumohon maafkan aku, Baekkie”

Baekhyun dengan cepat berbalik, mendekap tubuh gadis itu dengan hangat. Sungguh, ia begitu merindukan mantan kekasihnya itu.

“Uljima, Taeyeon-ah” ia berbisik lirih. Gadis itu tersenyum miris, ia melepaskan pelukan mereka. Menatap Baekhyun dengan sayu, laki-laki itu dengan lembut menghapus jejak air mata Taeyeon.

“mianhaeyo” iris madunya menatap iris coklat Baekhyun, bergerak mengikuti kemata bola mata laki-laki itu bergerak.

“kenapa, kenapa kau baru mengatakannya setelah kita menjalin hubungan begitu lama, heum?– ”

“aku– ” Baekhyun meletakan jari telunjuknya tepat diatas bibir Taeyeon, menghentikan kalimat gadis itu.

“ –padahal aku sudah merencanakan hidup kita di masa kelak. Tapi kau menghancurkannya –” laki-laki itu tertawa miris, seraya menarik jari telunjuknya dari bibir Taeyeon. Ia bergerak, menghadap ke depan, menatap langit cerah namun tak secerah suasana hatinya.

“ –ani, lebih tepatnya aku yang menghancurkannya sendiri. Aku tak bisa mempertahankanmu –”
Gadis itu tak dapat membendung air matanya kembali. Tak ada pergerakan apapun, seakan semua indranya melumpuh mendengar kalimat Baekhyun. Secara tak sadar gadis itu sudah menghancurkan Baekhyun sejauh ini.

“ –aku pecundang. Maafkan aku, Taeyeon-ah”
Ia hanya bisa menatap Baekhyun dari samping. Jangan tanyakan keadaan hatinya yang kini sudah pasti tak berbetuk lagi.

“Aniyo, seharusnya aku yang meminta maaf. Aku sudah menghancurkan semuanya, Baekkie” Taeyeon berbisik, namun tak membuat laki-laki itu bergerak. Saat ini Baekhyun tengah memandang kosong awan yang bergerak.

Mianhae, jeongmal mianhaeyo. Ia terus saja mengucapkan kata itu dalam hati. Tubuhnya berbalik, kemudian berjalan ke dalam gedung sekolah dengan air mata yang masih saja mengalir deras dikedua pipinya.

Di sisi lain, Baekhyun masih bergeming. Kini hatinya sudah tak bisa merasakan apapun lagi selain rasa sakit. Air mata gadis itu seperti rajam yang menohok hatinya dengan kejam. Membuat lukanya yang menganga kini semakin dalam sampai kedasar.


♡♡♡


Dua bulan berlalu. Selama itu pula semua warga sekolah seakan kehilangan dua sosok manusia. Baekhyun,  sekarang ia terkenal dengan pribadi dingin, kasar dan juga pendiam. Tak berbeda jauh dengan Taeyeon, gadis itu menjadi jauh lebih pendiam, dan dingin. Yah, semua warga sekolah seakan tak mengenal mereka. Mereka kehilangan dua sosok hangat, dan dua sosok hangat itu sudah lama kehilangan hati mereka.

Dan tepat hari ini, beberapa jam yang lalu, Park Chanyeol dan Kim Taeyeon sudah resmi bertunangan. Acara perjodohan yang orang tua mereka rencanakan sejak kedua manusia itu masih bayi, sudah terlaksana.

Acara dilangsungkan di rumah Taeyeon, banyak tamu undangan yang hadir. Semua didominasi oleh semua kolega bisnis dari orang tua keduanya dan beberapa dari mereka adalah orang tua teman Taeyeon dan Chanyeol di sekolah, tak terkecuali Byun Baekhyun.

Laki-laki itu terlihat sangat tampan memakai celana jeans, kemeja berwarna merah marun di padu dengan jas berwarna putih. Sayang sekali, wajah dinginnya sama sekali tak mendukung penampilan. Dirinya masih berada di alam mimpi. Bermimpi jika Taeyeon masih menjadi miliknya.
Memang, terkadang sebuah mimpi juga sangat kejam, menahan jiwa mereka untuk terus menyesap mimpi. Melupakan kenyataan, menggoda agar jiwa manusia tak juga bangun hingga akhirnya terseret jauh di dunia mimpinya.

...

Semua tampak bahagia dengan adanya pertunangan antara kedua anak keluarga pemilik perusahaan terbesar di korea itu. terkecuali ketiga sosok manusia yang menjadi tokoh utama disini.

Baekhyun, untuk saat ini tak melayangkan pandangan dingin seperti biasa, hanya tatapan sayu yang penuh dengan kekecewaan, penyesalan. Semuanya terasa berkecamuk dihatinya.

Lalu Taeyeon, gadis itu hanya memandang kosong. Tak ada senyuman, sangat kentara jika gadis itu sama sekali tak menyukai semua ini. tapi siapa yang peduli?, semua orang disini sama saja, baekhyun-ah. Batinnya menggumam lirih.

Satu sosok lagi, Park Chanyeol. Laki-laki itu sedari tadi terus mengumbar senyum, berbeda dengan hatinya yang kembali dihantui rasa bersalah dan penyesalan. Iris hitamnya sesekali melirik Taeyeon cemas, sedari tadi gadis itu sama sekali tak bicara. Sama sekali tak tersenyum. Dan semua itu membuat dadanya kembali sesak seperti di jejali pasokan udara yang ia hirup sendiri.

Malam semakin larut, namun sepertinya para tamu undangan tak ada satupun yang berniat meninggalkan kediaman keluarga Kim tersebut. Tampak beberapa dari mereka yang tengah berbincang dengan keluarga Kim maupun dengan keluarga Park.

Sementara, Chanyeol dan Taeyeon memilih berjalan di sekitar taman belakang kediaman keluarga Kim yang cukup luas. Tak ada yang berniat membuka suara, mereka berdua larut dalam keheningan. Laki-laki tampan yang sudah resmi menjadi tunangan Taeyeon itu berhenti melangkah, seketika membuat gadis itu pun berhenti, pandangan Taeyeon beralih padanya.

“ada apa, Chanyeol-ah?”

“mianhae– ” lirihan suaran Chanyeol membuat tubuh Taeyeon membeku. Kini tubuh jangkung itu memeluknya erat. Bahunya berguncang, laki-laki itu menangis. Taeyeon melepas pelukan itu perlahan, menatap iris hitam yang kini menatapnya sendu penuh air mata.

“ –aku terlalu egois. Tidak seharusnya – ”
Ucapan Chanyeol terhenti, gadis itu membungkam bibir Chanyeol dengan bibirnya. Taeyeon mengecupnya singkat.

Ia tersenyum lirih, “gwenchana, kumohon bantu aku untuk mencintaimu, Chanyeol-ah”
Chanyeol tersenyum, ia kembali mendekap tubuh mungil itu kedalam pelukanya. Mungkin sudah saatnya mereka memulai semuanya. Memulai semuanya dari awal, mencoba memahami lebih dalam diri mereka mulai dari detik ini.

Memulai dari awal.

...

Dari sisi lain, sosok Baekhyun melihat mereka. Ia tersenyum miris, dirinya sudah kalah telak. Gadis itu tak bisa lagi ia gapai. Ia sudah terlalu jauh terbang disaat dirinya terjatuh.

“chukkae, semoga kau bahagia” Baekhyun berbisik pada angin malam. Ia berharap ucapannya barusan akan disampaikan angin pada gadis itu.


♡♡♡


Hubungan mereka berjalan dengan baik. Kini Taeyeon sudah bisa menerima kenyataan, sudah bisa menerima kehadiran Chanyeol sebagai satu-satunya lelaki spesial di hatinya. Meskipun mustahil menggeser nama Baekhyun dari hatinya, tapi ia masih memiliki ruang lain untuk perlahan menyimpan nama Chanyeol disana.

Awan cukup berkabut, suhu di Seoul semakin dingin. Ini adalah bulan kedua di musim dingin tahun ini. Sekolah Taeyeon belum juga diliburkan, maka dari itu saat ini ia tengah berada di atap sekolah. Tempat yang selalu menjadi favoritenya.

Chanyeol tidak sekolah, laki-laki itu mengatakan ada sedikit urusan di kantor ayahnya. Sudah dipastikan tunangannya itu akan menjadi calon penerus perusahaan, mengingat hanya Park Chanyeol lah satu-satunya anak laki-laki di keluarga Park.

Taeyeon memejamkan mata sejenak, menghirup udara sebanyak-banyaknya guna menghilangkan sedikit rasa sesak yang masih menghimpit dadanya. Tubuhnya kini bersandar pada salah satu tembok disana.

Sedikit tersentak, ia membuka mata dan dengan spontan tangan gadis itu mencoba memberontak, namun sepertinya sia-sia saja karena pelukan orang itu begitu erat.

“aku merindukanmu” bisikan lirih seseorang itu kini menggema di kedua gendang telinganya. Suara parau yang ia kenal betul siapa pemiliknya. Aroma tubuhnya yang sudah ia hapal. Byun Baekhyun.

Deg

Deg

Laki-laki bersurai coklat gelap itu kini tengah memeluknya erat. Menumpahkan tangisnya dipundak sempit milik Taeyeon.

“aku, aku sangat merindukanmu, Taeyeon-ah”

Taeyeon tersenyum miris. Perlahan kedua lengannya terangkat membalas pelukan Baekhyun. mengusap punggung laki-laki itu dengan lembut.

“kumohon tetap seperti ini, sekali saja. Untuk terakhir kalinya”

Kalimat yang Baekhyun lontarkan barusan seperti sebuah hantaman keras bagi Taeyeon.  Gadis itu sadar, ini bukanlah pelukan yang ia inginkan. Bukan lagi sebuah pelukan yang akan melindunginya di masa depan. Bukan lagi pelukan miliknya.

“aku, akan mencoba melupakan semuanya. Dan kau– ”

Baekhyun melepas pelukan mereka, menatap iris madu Taeyeon yang kini sudah penuh oleh air mata dengan lekat. Mengusap jejak air mata itu dengan ibu jarinya. Taeyeon bergeming disaat Baekhyun menyatukan bibir mereka. Perlahan gadis itu menutup mata, menikmati setiap gerakan dari bibir laki-laki yang sampai saat ini masih menempati ruang dihatinya. Sentuhan lembut dari mantan kekasihnya, Baekhyun. Ciuman terakhir mereka.

“ –berjanjilah akan hidup bahagia bersama Chanyeol. Dengan begitu, aku juga akan bahagia”

END

∞∞∞