October 2013

Monday, 28 October 2013

[EXO FF] The Time - Oneshot











Title : The Time

Author : kaiwifey

Cast :     Kim Taeyeon (SNSD)
            Oh Sehun (EXO)

Rating : PG 15

Length : Oneshot

Genre : Romance

Disclaimer : Cast belong to God, their parents and SM! But this story and plot is mine! Don’t copy paste this story! Don’t be a Plagiarism!

Hope you enjoy, and Happy reading~


–The Time–

 Takdir dan waktu akan kembali untuk mereka yang belum memiliki kisah akhir–


***

Tentang bagaimana bumi ini berputar pada porosnya, bergerak mengelilingi matahari hingga masanya habis. Hanya bersisa karatnya yang termakan jaman. Manusia tidak banyak tau tentang kisah bumi, jika diibaratkan manusia –dia- yang rela menghabiskan waktunya hanya untuk sebuah masa lalu. 

Lelah, terus menerus meminta waktu berputar kembali atau sekedar meminta waktu terhenti agar bisa tidur lebih lama. Konyol.

Karena pada nyatanya waktu terus berlalu tanpa bisa diputar ulang.

----

----

-----

Taeyeon menutup buku sastranya, ia menghela nafas kecil sembari melepas kacamata 2 minus-nya dan meletakkannya di meja. Tangan halus itu kemudian terangkat, mengucek pelan kedua matanya yang sedikit buram oleh embun keringat.

Bau apek –khas dari buku-buku tebal di ruang perpustakaan kampusnya itu menguar memenuhi indra penciumannya, serta merta membuatnya meringis. Cahaya yang semula tertangkap samar oleh pupil matanya kini terlihat lebih jelas. Ia mengalihkan tatapannya pada setumpuk buku tebal bertemakan sastra klasik di atas meja, lalu mendesah kecil. Kemudian sepasang matanya berakhir menatap notebooknya –yang menampilkan jendela microsoft word-, jelas tertera sebanyak duapuluh lima halaman yang sudah terisi. Masih tersisa lima halaman lagi untuk menyelesaikan tugas papernya. 
Taeyeon melirik sekilas arloji di pergelangan tangan, pukul tujuh tiga puluh malam. Dia menghembuskan nafas berat. Tubuh mungilnya berdiri dan segera merapikan buku-buku tebal itu di sisi kiri meja, lalu memasukan notebook putihnya kedalam tas. Sementara waktu terus mengintipnya di balik jarum jam yang berhimpit.

Sadar akan waktu yang terus beranjak, dia lekas meninggalkan ruang perpustakaan itu.

Senyap ..

Hanya derap langkah kaki dirinya yang menggema di sepanjang koridor. Gerutuan kecilnya sesekali terdengar di keheningan malam. Ruang perpustakaannya memang terletak di pojok sebelah utara kampus –tepatnya di dekat gedung vakultas seni-, sangat jauh dari gerbang kampus juga gedung vakultasnya. Menyebalkan.

Di tengah pikirannya yang melayang tadi, langkahnya terhenti –tepat di dekat ruang musik-. Dahinya sontak mengernyit heran saat gendang telinganya mendengar suara alat musik yang berdenting, seketika membuatnya merinding.

Taeyeon menengok kearah kiri, iris madunya mendapati pintu ruang musik yang sedikit terbuka. Didorong rasa penasaran, Taeyeon mendekat dan membuka pintunya pelan. Suara derit engsel pintu yang terbuka terdengar cukup memekakan telinga. Lewat celah yang lebih lebar itu ia bisa melihat isi ruangan secara keseluruhan.

Alunan musiknya kian melambat, namun terdengar semakin dalam. Taeyeon bergeming, kedua bola matanya menatap takjub atas apa yang di lihatnya saat ini. Sosok pria itu membelakanginya, terus-menerus menekan tuts piano di depannya dengan lihai.

Nada-nada berikutnya semakin tinggi, menggetarkan jiwa. Taeyeon menatap kosong punggung tegap itu, seluruh isi otaknya tengah memproses setiap nada yang terdengar memilukan, namun otaknya seakan lumpuh. Selaput liquid merembes keluar tatkala kedua kelopak matanya berkedip.

Dia tak mengerti mengapa hatinya seakan merasakan kehancuran dari perasaan si pemain piano itu. Taeyeon sama sekali tak bergerak, ia merasa seolah-olah nada yang didengarnya dengan perlahan memutuskan seluruh urat sarafnya hingga tak bisa merasakan apapun lagi selain rasa sakit itu sendiri.

Sentuhan di tuts terakhir, nada berat dan penuh penekanan itu mengakhiri permainan si pria. Sementara Taeyeon, gadis itu masih terdiam dengan satu tangannya yang mencengkram erat hendel pintu. Si pria membalikan badan, kedua iris hitamnya menatap Taeyeon terkejut. Secepat mungkin dia merubah kembali  raut wajahnya, penuh ketenangan. Meskipun kentara sekali dari sorot matanya jika pria itu tengah meredam perasaan rindu yang saat ini membuncah.

Derap langkah si pria menginterupsi keheningan yang sempat tercipta. Terus melangkah hingga sosoknya tepat berdiri didepan Taeyeon.

“Apa yang kau lakukan disini?”
 Taeyeon menarik nafas, tersadar sepenuhnya dan menatap si pria. Gugup.

“Tadi, ak- aku hanya kebetulan lewat” terangnya. Sebelah tangannya menggaruk pipi meronanya pelan. Salah tingkah. Si pria hanya terkekeh.

“Maksudku, ini sudah malam dan kau masih disini?” sebelah alis pria itu terangkat. Sementara kedua bola matanya menatap Taeyeon dalam. Membuat gadis itu semakin menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah merah padam.

“Aku baru saja mengerjakan tugas” jawab Taeyeon pelan, namun masih terdengar si pria.

“Maaf jika aku mengganggumu, aku permisi” lanjutnya. Setelah membungkuk sembilan puluh derajat, gadis itu langsung berbalik dan berlari meninggalkan si pria yang kini menatapnya sendu.

...

Saat kami kembali dipertemukan, mengapa hanya aku yang ditakdirkan mengenalnya?

***

Hari ini matahari bersinar cukup terik. Taeyeon, dengan langkah malasnya berjalan ke ruang kelas. Dia baru saja keluar dari ruangan Prof. Shin, menyerahkan tugas papernya. Bukannya mendapat pujian karena sudah berhasil mengumpulkan tugas paper sebanyak 30 halaman –sesuai yang diperintahkannya- alih-alih malah mendapat kritikan pedas, hanya karena beberapa kalimat rancu yang diletakannya di awal paragraf.

Kyungsoo –temannya- memandang Taeyeon bingung, ketika gadis itu menghempaskn tubuhnya dengan lemas di samping kursinya.

“Apa yang terjadi padamu?”

Kesal karena pertanyaannya tak juga mendapat respon dari Taeyeon. Dia mencubit pipi gadis itu hingga si empunya meringis sakit. Tapi tak ada niat sedikitpun untuk memjawab pertanyaan Kyungsoo atau sekedar membalas mencubit pipi pria bermata bulat itu seperti yang sering dilakukannya.

“Taeyeon-ah”

 

“Yak! Kim Taeyeon!”

Masih tak ada sahutan dari di pemilik nama.

“Kau itu kenapa, sih?” Kyungsoo mengerang frustasi. Dia paling tidak suka diabaikan. Taeyeon menatap Kyungsoo malas.

“Aku baik-baik saja, Kyungsoo”

“Aku tak percaya, pasti ada sesuatu yang terjadi kan?”

Taeyeon menghela nafas. Dia baru ingat jika temannya yang satu ini memiliki tingkat penasaran yang sangat tinggi.

“Aku baru saja ke ruangan Prof. Shin, mengumpulkan tugas paper”

“Lalu?, apa yang terjadi?”

“Kau pasti tau bagaimana prof. Shin itu kyungsoo, dia sangat menyebalkan. aku sudah mengerjakan paper itu susah payah, ku kira hasilnya akan bagus. Tapi dia bilang aku melakukan kesalahan dengan meletakkan kalimat-kalimat tidak penting di dalamnya. Aku tau itu kesalahanku, tapi setidaknya dia tidak harus marah-marah seperti itu” taeyeon mengakhiri ceritanya dengan menghela nafas. Sementara Kyungsoo hanya diam, menatap Taeyeon iba.

“Sudahlah, aku kesal jika harus membahasnya.”

“Aku rasa ini sebuah pelajaran untukmu, agar tidak ceroboh lagi dalam mengerjakan tugas. Kau harus semangat!”

“Ya, aku mengerti. Terimakasih Do Kyungsoo, aku sedikit lega sudah menceritakannya padamu”
Semburat merah tampak menyeruak di permukaan pipi Kyungsoo. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya Taeyeon memeluknya.

***

Taeyeon membaringkan tubuhnya diranjang. Lelah karena tugas kuliah yang akhir-akhir ini bertambah banyak, dan lagi beberapa minggu ke depan akan ada pre-test tengah semester. Waktu terus bergulir hingga rasa kantuk mulai menggelayuti kelopak matanya. Gadis itu tertidur pulas setelah menarik selimut tebalnya sampai menutupi kepala.

...

.......

.......

“Kita akan bertemu lagi”


“Kau bercanda? Kumohon jangan pergi, Sehun”


“Hei, dengarkan aku. Aku mencintaimu dan aku yakin kita akan ditakdirkan bertemu lagi”


“Dan ketika waktu itu tiba, benang takdir akan kembali tersambung”

...

Taeyeon terbangun dengan nafas sedikit memburu. Jantungnya berdegup kencang, dan keringat mulai membasahi sekitar keningnya.

Mimpi yang sama dengan mimpi-mimpi yang dialaminya beberapa hari terakhir ini.

Mimpi aneh yang seakan-akan memanggil dirinya. Mimpi yang begitu terasa nyata, seperti halnya Dejavu?

Sehun.
Sehun?

Nama yang sama dalam mimpi yang sama. Mengapa dia merasa tak asing dengan nama itu?. Dia yakin sebelumnya tidak pernah mengenal pria bernama Sehun itu. Lantas, apa yang membuat dadanya bergemuruh setiap melafalkan nama itu?

Sehun, siapa kau sebenarnya?, apa kita pernah bertemu jauh sebelum ini?. Bisiknya pada keremangan cahaya. Tak ada sahutan, hanya senyap yang mengharuskannya berpikir keras tentang hal ini.

***

Tidak ada yang tau bagaimana waktu dan takdir saling terkait. Para manusia seringkali menyalahkan takdir atas kehidupan misterinya, dan mengabaikan waktu yang justru menertawakan kebodohannya.

Takdir seolah mati jika waktu terhenti, begitupula sebuah takdir akan terulang lagi jika waktu dengan baik hatinya berputar menjemput masa itu.

...

Pria berkulit putih bak porselen itu kini tengah berjalan di sepanjang koridor vakultas sastra. Dia sedikit kelimpungan karena tidak terlalu mengetahui sedikitpun seluk beluk gedung ini. Jelas, karena dia mengambil vakultas seni yang gedungnya berbeda dengan vakultas sastra.

Dia mendengus kecil. Kalau bukan karena seseorang yang sangat ingin ditemuinya itu, mana mau dia berkeliaran seperti orang linglung dan lagi beberapa pasang mata yang menatapnya membuatnya risih.

Tap

Langkahnya terhenti setelah iris hitamnya menangkap sosok yang dicarinya tengah berjalan menunduk.

Degupan jantungnya melebihi kapasitas normal, serta tubuhnya tiba-tiba kaku disaat sosok itu semakin dekat kearahnya. Taeyeon masih tak menyadari sosok pria di depannya, dia terus berjalan dengan kepala tertunduk. Sepertinya gadis itu terlalu larut dengan ponselnya.

“Kim Taeyeon?”

“Ne?”

Gadis itu mendongak, dan terbelalak mendapati wajah seorang pria –yang membuat jantungnya akhir-akhir ini berdetak abnormal- berada beberapa senti di depannya. Wajahnya bersemu. Dia teringat kejadian diruang musik beberapa hari yang lalu.

“Bisa bicara sebentar?”

Taeyeon tidak mengerti mengapa dirinya menyetujui permintaan pria yang belum dikenalnya ini. Jujur saja, dia baru bertemu dengan pria berkulit putih seputih susu ini di ruang musik kala itu.

Tanpa diduga pria itu langsung menyeretnya menuruni beberapa tangga sebelum akhirnya mencapai lantai dasar. Dia menatap lengannya yang di cengkram erat oleh si pria, membuat pipinya semakin terasa panas dan degupan jantungnya semakin menggila.

Mereka terus melangkah hingga akhirnya dirinya dan seorang pria –tak dikenalnya itu berada di taman belakang kampus. Taman yang cukup sepi mengingat letaknya yang memang berada cukup jauh dengan gedung vakultas. Si pria yang sadar masih mencengkram tangan Taeyeon lantas melepasnya meskipun rasa tak rela menghampirinya.

“Apa kau mengingatku?” Taeyeon menelan ludah dan mengangguk ragu.

“Kau orang yang waktu itu di ruang musik kan?” cicit Taeyeon seperti orang bodoh tanpa menatap wajah pria di depannya. Entahlah, ada perasaan asing yang masuk ke celah hatinya setiap melihat paras sempurna sosok pria ini.

Ada sebuah kerinduan tatkala iris hitam itu bersirobok dengan iris madu miliknya. Kesedihan tercetak jelas di balik matanya. Dirinya juga tak mengerti mengapa hatinya serasa diremas menyakitkan, seolah-olah mengerti apa yang tengah pria itu rasakan.

Pria meletakkan kedua tangannya di kedua pipi Taeyeon, mengelusnya lembut. Taeyeon tersentak, tapi tak ada pergerakkan sedikitpun dari tubuhnya, bahkan membiarkan ketika pria itu mengecup pipinya lama. Seolah menyalurkan perasaannya lewat kecupan singkat itu. Tatapan Taeyeon berubah kosong.

“Ya, aku Sehun. Oh Sehun. Kau mengingat nama itu, Taeyeon?”
Tiba-tiba tubuh ringkihnya menegang, dengan wajah pucat pasi. Jantungnya berdetak abnormal, sementara kepalanya terasa dihujani batu-batu besar menyakitkan.

...
 
“Tidak buruk kan menjadi sepasang kekasih?”


“Sehun hentikan, ini tidak lucu!”


“Kita akan bertemu lagi, Taeyeon”


“Kau bercanda?, Kumohon jangan pergi, Sehun”


“Hei, dengarkan aku. Aku mencintaimu dan aku yakin kita akan ditakdirkan bertemu lagi”


“Dan ketika waktu itu tiba, benang takdir akan kembali tersambung”

...

Potongan adegan mimpi itu kini terlihat sangat jelas bahkan nyata. Sosok pria bernama Sehun yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang, yang sebelumnya hanya menyerupai bayangan hitam kini terlihat jelas. Wajah itu sama persis dengan wajah seseorang bernama Sehun yang saat ini berada di depan matanya.

...

DEG

Gadis itu terbelalak lalu menatap Sehun yang kini menatapnya sendu.

“Apa maksudnya ini, Oh Sehun?” Dia berbisik  nyaris tak terdengar. Suaranya bergetar seperti menahan tangis.

“Kisah kita belum berakhir Taeyeon, dan waktu mengerti perasaan kita–”
.

“ –dia sudah mengatur semuanya”

...                                                                                    

Takdir dan waktu memang diciptakan untuk mereka yang belum memiliki kisah akhir. Dimana mereka yang hidup dengan penuh kesalah pahaman, perasaan yang tak tersampaikan, kisah cinta yang terpisah, hingga mereka yang memiliki dendam. Dia kembali berputar untuk mengakhiri itu semua, namun bukan sepenuhnya berputar ke masa lalu, hanya membuat takdir itu seolah kembali terulang.

Karena pada kenyataannya waktu yang sudah berlalu tidak akan pernah kembali.

***

 END


A/N: maaf banget baru post ff lagi setelah beberapa bulan sempet gak buka blog U.U banyak tugas soalnya, abis UTS juga. dan maaf lagi karena bikin ff yang ceritanya kurang memuaskan untuk readers. jangan bosen sama cast ceweknya yah ^^! makasih yang udah baca dan sampai jumpa di ff EXO yang lainnya *bow