[EXO FF] The Time - Oneshot
Title : The Time
Author : kaiwifey
Cast : Kim Taeyeon (SNSD)
Oh Sehun
(EXO)
Rating : PG 15
Length : Oneshot
Genre : Romance
Disclaimer : Cast belong to God, their parents and SM! But this
story and plot is mine! Don’t copy paste this story! Don’t be a Plagiarism!
Hope you enjoy, and Happy reading~
–The Time–
–Takdir dan waktu akan kembali untuk mereka
yang belum memiliki kisah akhir–
***
Tentang bagaimana bumi ini berputar pada porosnya, bergerak
mengelilingi matahari hingga masanya habis. Hanya bersisa karatnya yang
termakan jaman. Manusia tidak banyak tau tentang kisah bumi, jika diibaratkan
manusia –dia- yang rela menghabiskan waktunya hanya untuk sebuah masa lalu.
Lelah, terus menerus meminta waktu berputar kembali atau sekedar meminta waktu
terhenti agar bisa tidur lebih lama. Konyol.
Karena pada nyatanya waktu terus berlalu tanpa bisa diputar
ulang.
----
----
-----
Taeyeon menutup buku sastranya, ia menghela nafas kecil
sembari melepas kacamata 2 minus-nya dan meletakkannya di meja. Tangan halus
itu kemudian terangkat, mengucek pelan kedua matanya yang sedikit buram oleh
embun keringat.
Bau apek –khas dari buku-buku tebal di ruang perpustakaan
kampusnya itu menguar memenuhi indra penciumannya, serta merta membuatnya
meringis. Cahaya yang semula tertangkap samar oleh pupil matanya kini terlihat
lebih jelas. Ia mengalihkan tatapannya pada setumpuk buku tebal bertemakan
sastra klasik di atas meja, lalu mendesah kecil. Kemudian sepasang matanya
berakhir menatap notebooknya –yang menampilkan jendela microsoft word-, jelas
tertera sebanyak duapuluh lima halaman yang sudah terisi. Masih tersisa lima
halaman lagi untuk menyelesaikan tugas papernya.
Taeyeon melirik sekilas arloji
di pergelangan tangan, pukul tujuh tiga puluh malam. Dia menghembuskan nafas
berat. Tubuh mungilnya berdiri dan segera merapikan buku-buku tebal itu di sisi
kiri meja, lalu memasukan notebook putihnya kedalam tas. Sementara waktu terus
mengintipnya di balik jarum jam yang berhimpit.
Sadar akan waktu yang terus beranjak, dia lekas meninggalkan
ruang perpustakaan itu.
Senyap ..
Hanya derap langkah kaki dirinya yang menggema di sepanjang
koridor. Gerutuan kecilnya sesekali terdengar di keheningan malam. Ruang
perpustakaannya memang terletak di pojok sebelah utara kampus –tepatnya di
dekat gedung vakultas seni-, sangat jauh dari gerbang kampus juga gedung
vakultasnya. Menyebalkan.
Di tengah pikirannya yang melayang tadi, langkahnya terhenti
–tepat di dekat ruang musik-. Dahinya sontak mengernyit heran saat gendang
telinganya mendengar suara alat musik yang berdenting, seketika membuatnya
merinding.
Taeyeon menengok kearah kiri, iris madunya mendapati pintu
ruang musik yang sedikit terbuka. Didorong rasa penasaran, Taeyeon mendekat dan
membuka pintunya pelan. Suara derit engsel pintu yang terbuka terdengar cukup
memekakan telinga. Lewat celah yang lebih lebar itu ia bisa melihat isi ruangan
secara keseluruhan.
Alunan musiknya kian melambat, namun terdengar semakin
dalam. Taeyeon bergeming, kedua bola matanya menatap takjub atas apa yang di
lihatnya saat ini. Sosok pria itu membelakanginya, terus-menerus menekan tuts
piano di depannya dengan lihai.
Nada-nada berikutnya semakin tinggi, menggetarkan jiwa.
Taeyeon menatap kosong punggung tegap itu, seluruh isi otaknya tengah memproses
setiap nada yang terdengar memilukan, namun otaknya seakan lumpuh. Selaput
liquid merembes keluar tatkala kedua kelopak matanya berkedip.
Dia tak mengerti mengapa hatinya seakan merasakan kehancuran
dari perasaan si pemain piano itu. Taeyeon sama sekali tak bergerak, ia merasa
seolah-olah nada yang didengarnya dengan perlahan memutuskan seluruh urat
sarafnya hingga tak bisa merasakan apapun lagi selain rasa sakit itu sendiri.
Sentuhan di tuts terakhir, nada berat dan penuh penekanan
itu mengakhiri permainan si pria. Sementara Taeyeon, gadis itu masih terdiam
dengan satu tangannya yang mencengkram erat hendel pintu. Si pria membalikan
badan, kedua iris hitamnya menatap Taeyeon terkejut. Secepat mungkin dia
merubah kembali raut wajahnya, penuh
ketenangan. Meskipun kentara sekali dari sorot matanya jika pria itu tengah
meredam perasaan rindu yang saat ini membuncah.
Derap langkah si pria menginterupsi keheningan yang sempat
tercipta. Terus melangkah hingga sosoknya tepat berdiri didepan Taeyeon.
“Apa yang kau lakukan disini?”
Taeyeon menarik nafas, tersadar sepenuhnya dan menatap si
pria. Gugup.
“Tadi, ak- aku hanya kebetulan lewat” terangnya. Sebelah
tangannya menggaruk pipi meronanya pelan. Salah tingkah. Si pria hanya terkekeh.
“Maksudku, ini sudah malam dan kau masih disini?” sebelah
alis pria itu terangkat. Sementara kedua bola matanya menatap Taeyeon dalam.
Membuat gadis itu semakin menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah merah
padam.
“Aku baru saja mengerjakan tugas” jawab Taeyeon pelan, namun
masih terdengar si pria.
“Maaf jika aku mengganggumu, aku permisi” lanjutnya. Setelah
membungkuk sembilan puluh derajat, gadis itu langsung berbalik dan berlari
meninggalkan si pria yang kini menatapnya sendu.
...
Saat kami kembali dipertemukan, mengapa hanya aku yang
ditakdirkan mengenalnya?
***
Hari ini matahari bersinar cukup terik. Taeyeon, dengan
langkah malasnya berjalan ke ruang kelas. Dia baru saja keluar dari ruangan
Prof. Shin, menyerahkan tugas papernya. Bukannya mendapat pujian karena sudah
berhasil mengumpulkan tugas paper sebanyak 30 halaman –sesuai yang
diperintahkannya- alih-alih malah mendapat kritikan pedas, hanya karena
beberapa kalimat rancu yang diletakannya di awal paragraf.
Kyungsoo –temannya- memandang Taeyeon bingung, ketika gadis
itu menghempaskn tubuhnya dengan lemas di samping kursinya.
“Apa yang terjadi padamu?”
Kesal karena pertanyaannya tak juga mendapat respon dari
Taeyeon. Dia mencubit pipi gadis itu hingga si empunya meringis sakit. Tapi tak
ada niat sedikitpun untuk memjawab pertanyaan Kyungsoo atau sekedar membalas
mencubit pipi pria bermata bulat itu seperti yang sering dilakukannya.
“Taeyeon-ah”
–
“Yak! Kim Taeyeon!”
Masih tak ada sahutan dari di pemilik nama.
“Kau itu kenapa, sih?” Kyungsoo mengerang frustasi. Dia
paling tidak suka diabaikan. Taeyeon menatap Kyungsoo malas.
“Aku baik-baik saja, Kyungsoo”
“Aku tak percaya, pasti ada sesuatu yang terjadi kan?”
Taeyeon menghela nafas. Dia baru ingat jika temannya yang
satu ini memiliki tingkat penasaran yang sangat tinggi.
“Aku baru saja ke ruangan Prof. Shin, mengumpulkan tugas
paper”
“Lalu?, apa yang terjadi?”
“Kau pasti tau bagaimana prof. Shin itu kyungsoo, dia sangat
menyebalkan. aku sudah mengerjakan paper itu susah payah, ku kira hasilnya akan
bagus. Tapi dia bilang aku melakukan kesalahan dengan meletakkan
kalimat-kalimat tidak penting di dalamnya. Aku tau itu kesalahanku, tapi
setidaknya dia tidak harus marah-marah seperti itu” taeyeon mengakhiri
ceritanya dengan menghela nafas. Sementara Kyungsoo hanya diam, menatap Taeyeon
iba.
“Sudahlah, aku kesal jika harus membahasnya.”
“Aku rasa ini sebuah pelajaran untukmu, agar tidak ceroboh
lagi dalam mengerjakan tugas. Kau harus semangat!”
“Ya, aku mengerti. Terimakasih Do Kyungsoo, aku sedikit lega
sudah menceritakannya padamu”
Semburat merah tampak menyeruak di permukaan pipi Kyungsoo.
Bagaimana tidak, ini pertama kalinya Taeyeon memeluknya.
***
Taeyeon membaringkan tubuhnya diranjang. Lelah karena tugas
kuliah yang akhir-akhir ini bertambah banyak, dan lagi beberapa minggu ke depan
akan ada pre-test tengah semester. Waktu terus bergulir hingga rasa kantuk
mulai menggelayuti kelopak matanya. Gadis itu tertidur pulas setelah menarik
selimut tebalnya sampai menutupi kepala.
...
.......
.......
“Kita akan bertemu
lagi”
“Kau bercanda?
Kumohon jangan pergi, Sehun”
“Hei, dengarkan aku.
Aku mencintaimu dan aku yakin kita akan ditakdirkan bertemu lagi”
“Dan ketika waktu itu
tiba, benang takdir akan kembali tersambung”
...
Taeyeon terbangun dengan nafas sedikit memburu. Jantungnya
berdegup kencang, dan keringat mulai membasahi sekitar keningnya.
Mimpi yang sama dengan mimpi-mimpi yang dialaminya beberapa
hari terakhir ini.
Mimpi aneh yang seakan-akan memanggil dirinya. Mimpi yang
begitu terasa nyata, seperti halnya Dejavu?
Sehun.
Sehun?
Nama yang sama dalam mimpi yang sama. Mengapa dia merasa tak
asing dengan nama itu?. Dia yakin sebelumnya tidak pernah mengenal pria bernama
Sehun itu. Lantas, apa yang membuat dadanya bergemuruh setiap melafalkan nama
itu?
Sehun, siapa kau sebenarnya?, apa kita pernah bertemu jauh
sebelum ini?. Bisiknya pada keremangan cahaya. Tak ada sahutan, hanya senyap
yang mengharuskannya berpikir keras tentang hal ini.
***
Tidak ada yang tau bagaimana waktu dan takdir saling
terkait. Para manusia seringkali menyalahkan takdir atas kehidupan misterinya,
dan mengabaikan waktu yang justru menertawakan kebodohannya.
Takdir seolah mati jika waktu terhenti, begitupula sebuah
takdir akan terulang lagi jika waktu dengan baik hatinya berputar menjemput
masa itu.
...
Pria berkulit putih bak porselen itu kini tengah berjalan di
sepanjang koridor vakultas sastra. Dia sedikit kelimpungan karena tidak terlalu
mengetahui sedikitpun seluk beluk gedung ini. Jelas, karena dia mengambil
vakultas seni yang gedungnya berbeda dengan vakultas sastra.
Dia mendengus kecil. Kalau bukan karena seseorang yang
sangat ingin ditemuinya itu, mana mau dia berkeliaran seperti orang linglung
dan lagi beberapa pasang mata yang menatapnya membuatnya risih.
Tap
Langkahnya terhenti setelah iris hitamnya menangkap sosok
yang dicarinya tengah berjalan menunduk.
Degupan jantungnya melebihi kapasitas normal, serta tubuhnya
tiba-tiba kaku disaat sosok itu semakin dekat kearahnya. Taeyeon masih tak
menyadari sosok pria di depannya, dia terus berjalan dengan kepala tertunduk.
Sepertinya gadis itu terlalu larut dengan ponselnya.
“Kim Taeyeon?”
“Ne?”
Gadis itu mendongak, dan terbelalak mendapati wajah seorang
pria –yang membuat jantungnya akhir-akhir ini berdetak abnormal- berada
beberapa senti di depannya. Wajahnya bersemu. Dia teringat kejadian diruang
musik beberapa hari yang lalu.
“Bisa bicara sebentar?”
Taeyeon tidak mengerti mengapa dirinya menyetujui permintaan
pria yang belum dikenalnya ini. Jujur saja, dia baru bertemu dengan pria
berkulit putih seputih susu ini di ruang musik kala itu.
Tanpa diduga pria itu langsung menyeretnya menuruni beberapa
tangga sebelum akhirnya mencapai lantai dasar. Dia menatap lengannya yang di cengkram
erat oleh si pria, membuat pipinya semakin terasa panas dan degupan jantungnya
semakin menggila.
Mereka terus melangkah hingga akhirnya dirinya dan seorang
pria –tak dikenalnya itu berada di taman belakang kampus. Taman yang cukup sepi
mengingat letaknya yang memang berada cukup jauh dengan gedung vakultas. Si
pria yang sadar masih mencengkram tangan Taeyeon lantas melepasnya meskipun
rasa tak rela menghampirinya.
“Apa kau mengingatku?” Taeyeon menelan ludah dan mengangguk
ragu.
“Kau orang yang waktu itu di ruang musik kan?” cicit Taeyeon
seperti orang bodoh tanpa menatap wajah pria di depannya. Entahlah, ada
perasaan asing yang masuk ke celah hatinya setiap melihat paras sempurna sosok
pria ini.
Ada sebuah kerinduan tatkala iris hitam itu bersirobok
dengan iris madu miliknya. Kesedihan tercetak jelas di balik matanya. Dirinya
juga tak mengerti mengapa hatinya serasa diremas menyakitkan, seolah-olah mengerti
apa yang tengah pria itu rasakan.
Pria meletakkan kedua tangannya di kedua pipi Taeyeon,
mengelusnya lembut. Taeyeon tersentak, tapi tak ada pergerakkan sedikitpun dari
tubuhnya, bahkan membiarkan ketika pria itu mengecup pipinya lama. Seolah
menyalurkan perasaannya lewat kecupan singkat itu. Tatapan Taeyeon berubah
kosong.
“Ya, aku Sehun. Oh Sehun. Kau mengingat nama itu, Taeyeon?”
Tiba-tiba tubuh ringkihnya menegang, dengan wajah pucat
pasi. Jantungnya berdetak abnormal, sementara kepalanya terasa dihujani
batu-batu besar menyakitkan.
...
“Tidak buruk kan
menjadi sepasang kekasih?”
“Sehun hentikan, ini
tidak lucu!”
“Kita akan bertemu
lagi, Taeyeon”
“Kau bercanda?, Kumohon
jangan pergi, Sehun”
“Hei, dengarkan aku.
Aku mencintaimu dan aku yakin kita akan ditakdirkan bertemu lagi”
“Dan ketika waktu itu
tiba, benang takdir akan kembali tersambung”
...
Potongan adegan mimpi itu kini terlihat sangat jelas bahkan
nyata. Sosok pria bernama Sehun yang selalu membuat jantungnya berdegup
kencang, yang sebelumnya hanya menyerupai bayangan hitam kini terlihat jelas. Wajah
itu sama persis dengan wajah seseorang bernama Sehun yang saat ini berada di
depan matanya.
...
DEG
Gadis itu terbelalak lalu menatap Sehun yang kini menatapnya
sendu.
“Apa maksudnya ini, Oh Sehun?” Dia berbisik nyaris tak terdengar. Suaranya bergetar
seperti menahan tangis.
“Kisah kita belum berakhir Taeyeon, dan waktu mengerti
perasaan kita–”
.
“ –dia sudah mengatur semuanya”
...
Takdir dan waktu memang diciptakan untuk mereka yang belum
memiliki kisah akhir. Dimana mereka yang hidup dengan penuh kesalah pahaman,
perasaan yang tak tersampaikan, kisah cinta yang terpisah, hingga mereka yang memiliki
dendam. Dia kembali berputar untuk mengakhiri itu semua, namun bukan sepenuhnya
berputar ke masa lalu, hanya membuat takdir itu seolah kembali terulang.
Karena pada kenyataannya waktu yang sudah berlalu tidak akan
pernah kembali.
***
END
A/N: maaf banget baru post ff lagi setelah beberapa bulan sempet gak buka blog U.U banyak tugas soalnya, abis UTS juga. dan maaf lagi karena bikin ff yang ceritanya kurang memuaskan untuk readers. jangan bosen sama cast ceweknya yah ^^! makasih yang udah baca dan sampai jumpa di ff EXO yang lainnya *bow
