[EXO FF] MEMORIES - OneShot
Title: Memories
Author : kaiwifey
Cast : Oh Sehun || Kim Taeyeon
Rating : PG 17
Length : Oneshot
Genre : Angst, Sad, Romance
Note's : Assalamualaikum. malam ini saya bawa fanfic oneshot lagi dengan genre yang sama. semoga gak buat readers bosan yah, hehe,
Disclaimer : Cast belong to God, their parents
and SM! But this story and plot is mine! Don’t copy paste this story! Don’t be
a Plagiarism!
Happy reading ^^
Recommended Song : Taeyang - Eyes, Nose, Lips
–\\ MEMORIES //–
– Sekuat apapun
sehun berusaha, tetap saja hatinya akan kembali dan tidak akan pernah lepas
dari gadis itu–
---
Terlalu asing
disaat kedua mata itu terbuka dan mendapati udara hampa disampingnya. Semuanya tak
lagi sama sejak 2 tahun ini. Bagi sehun, perubahan sekecil ini berdampak
terlalu besar. Dirinya tak lagi tersenyum sesering dulu. Sehun kembali menjadi
sosok dingin, dan seakan membangun tebing kokoh yang membatasinya dengan dunia
luar. Ya, semuanya tak lagi sama semenjak sosok itu harus pergi.
---
Ini adalah malam
ke-sepuluh sejak salju turun di musim dingin tahun ini. Tak lantas membuat sehun
bergerak seinci pun walau udara dingin terasa menusuk tulang-belulang
disekujur tubuhnya. Udara panas yang sedari tadi menguar dari secangkir mocca
di depannya tak lagi sepanas 30 menit lalu meskipun isinya masih sama sejak
minuman itu sampai di mejanya. Sepertinya sehun tak berniat sedikitpun meminum
minuman berkafein itu.
Jarum jam masih
terus berputar, dan sehun masih harus menunggu. Menunggu seseorang yang entah
mengingat janji mereka itu atau tidak.
Lelah
Sehun sudah
lelah. Sesungguhnya laki-laki itu tidak suka menunggu. Bagian mana dari kata
menunggu yang menyenangkan? Namun kembali ingatannya menangkap senyuman hangat
gadis itu membuat hatinya ikut merasakan kehangatan itu dan detik itu pula, dia
rela menunggu gadis itu walau sampai kapanpun.
Di ujung pintu
berjarak beberapa meja dari tempat sehun duduk, seorang gadis berambut sebahu
serta berwarna coklat madu –kesukaannya- berjalan tergesa sembari mengeratkan
coat merah marunnya. Beberapa butiran salju masih terlihat memenuhi sebagian
area rambutnya, kulit pucat pasinya terlihat semakin pucat dimata oh sehun.
Dia tersenyum
begitu mendapati sehun memperhatikannya, membuat sehun menarik kedua sudut
bibirnya membentuk lengkungan indah, seindah mungkin demi gadis-nya.
“Maaf aku telat
lagi” gadis itu berkata lembut. Dengan pandangan mata memohon yang selalu
membuat jantung sehun berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.
Sebelum mendudukan
tubuh mungilnya di depan sehun, terlebih dulu gadis-nya itu mencium kedua pipi
sehun. Lagi-lagi degupan jantung sehun kian menggila karena ulahnya.
“Tidak apa-apa”
Gadis itu
kemudian duduk dengan kekehan kecil ketika kedua bola matanya menangkap
semburat kemerahan di kedua pipi laki-laki yang sesungguhnya ber-image dingin
itu.
Keduanya memilih
diam dan berkutat dengan pikiran masing-masing. Sehun yang masih menatap
lembut gadis-nya tanpa disadari gadis itu. Sementara gadis itu terlihat sibuk memainkan
ponsel sambil menunduk.
Suasana hening
itu akhirnya berakhir sesampainya pesanan cappucino panas milik gadis itu
sampai di meja. Setelah mengucap kata terima kasih, sehun melihat kedua tangan
mungil gadis itu melingkar di kedua sisi cangkir, mencoba menghangatkan suhu
tubuhnya. Sebelah tangannya tergerak menggenggam sebelah tangan gadis itu,
membuat iris kelam miliknya mau tak mau harus bersirobok
dengan iris madu
didepannya. Sehun tersenyum, meremas pelan genggaman tangannya menyalurkan
kehangatannya pada gadis itu.
Gadis hanya itu
tersenyum masam sembari menundukan kepalanya kembali. Sebuah rasa sesal
perlahan menelusup di hatinya.
“Bagaimana
kegiatanmmu hari ini?” Sehun menginterupsi keheningan yang berlangsung kurang
dari 30 detik itu dengan sebuah pertanyaan biasa.
Sebenarnya sehun
bukan tipe orang yang akan memulai pembicaraan terlebih dulu. Namun di depan
gadis-nya dirinya perlahan berubah. Yah meski itu hanya berlaku di depan gadis
itu saja. Sudah sehun katakan sebelumnya kan? Apapun akan dia lakukan demi
gadis itu. Sekalipun ia harus mati.
“Lumayan
menyenangkan. Aku mendapat pekerjaan lagi hari ini” gadis itu menjawab sangat
pelan, nyaris tak terdengar jika saja caffe ini berisik.
Sehun mendesah. Menatap
gadis itu lirih. Sementara yang ditatap hanya menampakan ekspresi datar dengan
tatapan kosong.
“Bisakah kau
berhenti, taeyeon?”
Kini kedua
tangan sehun menggenggam erat kedua tangan taeyeon. Meremasnya semakin erat,
menyalurkn perasaan tak kasat matanya pada gadis itu. Menyampaikan seberapa
besar rasa cinta yang dia miliki untuk gadis itu.
Taeyeon menghela
nafas panjang. Memfokuskan tatapannya, mengunci kedua manik kelam di depannya,
seolah menariknya menyelami berbagai kisah yang dialaminya selama ini.
“Aku.. Tidak
bisa, sehun-ah”
Berakhir menatap
sendu laki-laki itu. Air mata sudah membendung di kedua kelopak matanya. Tak ingin
menangis di depan sehun, taeyeon hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Tak peduli
jika bibir merah jambu itu akan berdarah karenanya.
Hening kembali
sebelum akhirnya taeyeon membuka suara untuk yang pertama kalinya.
“Sehun, apa..
tak sebaiknya kau mencari perempuan lain?”
Sehun menatap
taeyeon tajam. Sementara taeyeon semakin tertunduk dalam.
“Maaf sehun,
aku–”
“Aku tidak butuh
siapapun didunia ini. Aku hanya membutuhkanmu”
Taeyeon mendongak
menatap kedua bola mata sehun yang kini menatapnya terluka. Dia merasa senang
entah mengapa. Sehun memang sangat mencintainya.
Karena bagaimanapun,
sekuat apapun sehun berusaha, tetap saja hatinya akan kembali dan tidak akan
pernah lepas dari gadis itu.
---
Dari awal memang
sudah jalan hidupnya seperti ini. Menjadi seorang anak korban broken home. Terlalu
muak, untuk itu dia memutuskan untuk tidak mengikuti salah satu dari kedua
orang tuanya. Seharusnya dia merasa cukup lega mengingat ibunyalah yang
memenangkan hak asuh atas dirinya, bukan ayahnya yang seorang gila pekerjaan
dan dia sama sekali tak berharga dimata ayahnya. Sayang, ibunya juga tak jauh
berbeda dengan ayahnya mungkin lebih gila, dan itu membuatnya sangat merasa
muak. Bermain laki-laki, gila pekerjaan, dan sering menetap diluar negeri. Itu membuatnya
berpikir untuk hidup sendiri dari pada harus hidup dengan dua orang gila di
sampingnya.
Dia memulai
hidup barunya tanpa kedua orang tua di usia 17 tahun. Bertahan hidup seorang
diri di tengah-tengah kota besar nan kejam seperti seoul membuatnya tak sedikit
mengalami kesulitan. Untungnya taeyeon mengambil sekolah 2 tahun di sma, dia
sekolah hingga bisa lulus mengantongi ijazah karena semua administrasinya sudah
diurus oleh ayahnya di tahun pertama dia minginjakan kaki di bangku sma.
Hidupnya memang
tidak terlalu mengalami kesulitan ekonomi di tahun pertama, mengingat dia tidak
harus membayar uang sekolah kecuali menyisihkan uang tabungannya untuk
keperluan sehari-hari dan menyewa apartemen kecil untuk tempat tinggalnya.
Tidak terlalu
sulit sebelum kesulitan itu benar-benar datang dan membuatnya frustasi. Tabungan
taeyeon semakin menipis, dan dia harus bekerja banting tulang di usianya yang
masih sangat muda dan dia sangat membutuhkan uang banyak untuk melanjutkan
kuliahnya. Untuk mendapat pekerjaan layak di kota sebesar dan sekejam seoul,
tidak akan ada pekerjaan dengan jaminan besar dengan bermodalkan ijazah sma
saja.
Taeyeon menjadi
seorang pelayan di beberapa caffe kecil demi mengumpulkan recehan demi recehan
untuk hidupnya. Hingga masalah terus berlanjut dengan hutangnya yang semakin
menumpuk demi membiayai kuliahnya. Mengharuskannya memilih jalan terakhir.
Malam itu
taeyeon mengikuti saran beberapa temannya, mengunjungi sebuah bar di
pertengahan kota seoul. Hingga kejadian yang tak akan pernah dia lupakan seumur
hidup itu merenggut sesuatu yang paling berharga dalam dirinya namun
menghasilkan beberapa juta won dalam waktu satu malam.
Upah yang
menggiurkan itu sepertinya telah merasuki pikiran taeyeon hingga dirinya
memutuskan untuk menjadi pekerja di bar itu. Pekerjaan hina dan paling
menjijikan di hidupnya itu akhirnya menjadi tumpuan hidupnya.
Disanalah dia
bertemu dengan sehun. Laki-laki berkulit putih bak porselen yang terlihat
sangat mencolok dengan rambut warna-warninya itu sedang mabuk dan sekejap
menjadi pusat perhatian karena aksi menari gilanya di lantai dansa. Sangat menarik
perhatian taeyeon.
Dari meja bar
tempatnya saat ini, taeyeon melihat bagaimana lelaki itu beberapa kali menabrak
pengunjung lain, namun tetap menari dengan gilanya. Beberapa kali pula iris
madunya menangkap sehun yang tengah mencium wanita-wanita disana dengan
sensual. Entah mengapa membuat hati taeyeon memanas melihatnya.
Perlahan namun
pasti taeyeon berjalan menghampiri laki-laki itu. Menatap lekat tubuh
berkeringat didepannya seketika membuat detak jantungnya menggila.
Dia tampan. Taeyeon
mengakui itu. Dengan kaos putih dan jaket kulit berwarna hitam membuat
laki-laki itu terlihat sangat tampan dimata taeyeon.
Taeyeon masih
sibuk dengan pikirannya sendiri, sebelum akhirnya ia merasakan sepasang bibir
tipis itu melumat ganas bibirnya. Matanya terbelalak dengan aksi lelaki itu. Dalam
pikirannya ini terasa salah, namun hatinya tak memungkiri jika dirinya begitu
terhanyut dalam ciuman panas itu hingga kedua matanya terpejam menikmati.
---
Sinar mentari
menelusup melewati celah gorden berwarna peach itu dan membuat seseorang
didalam selimut tebal itu menggeliat. Sebuah kepala menyembul dibaliknya,
dengan rambut sebahu yang berantakan, dan juga kemeja putih kebesaran di
tubuhnya. Gadis itu terdiam sambil mengucek pelan matanya. Kedua manik matanya
teralih menatap seseorang di sampingnya, seorang laki-laki bertubuh polos tanpa
sehelai benangpun dikenakannya. Taeyeon menatap sendu sosok itu, seraya
mengusap lembut kening sehun. Dia tidak mengerti kedaan dirinya sendiri.
Hal yang selalu
membuatnya muak dan merasa jijik terhadap dirinya sendiri seolah sirna tanpa
bekas disaat bibir itu menginvasi seluruh tubuhnya berakhir dengan sebuah
kenikmatan tak ternilai bersamaan dengan perasaan membuncah di hatinya setiap
laki-laki itu menyentuhnya.
Dia selalu
terbang melayang disaat jemari sehun membelai tubuh polosnya, membuat malam
panjangnya lebih dari kata indah, menjauhkannya dari mimpi buruk yang sialnya
adalah sebuah kenyataan di hidupnya.
Jemarinya memimijit
keningnya beberapa kali. Entah mengapa dirinya begitu pusing dan perasaan
meletup di area perutnya kian membuncah ketika menatap wajah polos lelaki di
sampingnya. Rasanya menggelitik namun menyakitkan disaat yang sama.
Dia merasa tak
pantas untuk lelaki itu.
---
Sehun merasa dirinya
semakin jatuh dalam pesona seorang kim taeyeon. Berawal dari malam panjang
keduanya di kamar apartemen miliknya yang tak lebih dari orang asing yang
melakukan one night stand. Tapi sepertinya tuhan telah menulis takdir keduanya
untuk terikat satu sama lain. Pertemuan mereka yang tiba-tiba di kampus,
menjadi sepasang kekasih –seperti itulah anggapan oh sehun meskipun dari
kesemua hal yang dia lakukan untuk menunjukan rasa cintanya terhadap gadis itu
tak pernah terjawab satupun. Namun sehun masih bisa bernapas lega karena gadis
itu tak menunjukan penolakan sama sekali.
Disaat sehun
meminta taeyeon untuk tinggal bersamanya di apartemen miliknya, gadis itu tak
menolak. Lalu ketika sehun meminta taeyeon untuk tidur sekamar dengannya, gadis
itu tak masalah. Dan sehun tak merasa keberatan sedikitpun menjadi tumpuan
beban gadis itu, karena sesungguhnya gadis itu lebih berharga dibandingkan
dirinya sendiri.
Saat itulah
hidup sehun dengan perlahan berubah sepenuhnya. Seolah taeyeon adalah sebuah
gelas kaca berharga miliaran dollar, untuk itu sehun dengan hati-hati menjaga
gadis itu. Tak ada satupun orang yang dapat menyakiti gadis itu.
Disisi lain,
taeyeon merasa ini semua salah. Sehun telah berubah dan semakin jauh dari
kehidupan awalnya. Taeyeon merasa dirinya yang telah membuat sehun seperti ini.
Dia mencintai
laki-laki itu, sangat. Namun perasaan tak pantas selalu datang padanya disaat
ia ingin membalas setiap pengakuan sehun terhadapnya. Membuat dadanya sesak dan
dipenuhi rasa bersalah, dan dia sadar dia telah menyakiti perasaan sehun secara
perlahan.
Sehun memang
tidak pernah mengeluh atas apa yang dilakukan taeyeon, dia memang sakit hati
namun seolah mengabaikan perasaannya sendiri dari pada harus membuat gadis itu
tak merasa nyaman didekatnya. Dia tidak ingin memaksa. Dia tidak ingin membuat
gadisnya merasa tertekan karenanya.
Tidak apa-apa
dirinya akan sesakit apapun asalkan gadis itu masih tetap berada disampingnya.
---
Lagi dan lagi
mereka terbangun dalam keadaan yang sama seperti beberapa hari lalu. Dengan
taeyeon yang memakai kemeja kebesaran milik sehun sedangkan laki-laki itu tak
mengenakan atasan apapun.
Taeyeon berdiri
menghadap jendela besar dikamar sehun. Mengabaikan sosok laki-laki yang kini
tengah melingkarkan kedua lengan di perutnya, memeluknya dari belakang dan
menumpukan dagunya di bahu kiri gadis itu.
Sehun memeluknya
posesif dengan kecupan ringan dileher taeyeon. Menyalurkan semua perasaan
laki-laki itu pada taeyeon seperti biasa dan perasaan bersalah kembali
dirasakan oleh gadis berambut coklat madu itu.
“Aku sangat
mencintaimu”
Laki-laki itu
bergumam lirih yang berdampak bagi perasaan gadis itu. Rasanya seperti sebuah
luka yang selama ini menganga dihatinya itu ditabur serbuk garam ketika
mendengar kalimat yang terucap dari bibir laki-laki itu.
Terdengar sangat
manis namun menyakitkan baginya. Terlampau sangat tulus hingga membuat dirinya
merasa begitu jahat karena tidak pernah membalas kalimat itu selama ini.
“Aku tidak ingn
kehilangan dirimu”
Taeyeon memejamkan
mata membiarkan sebulir air mata terjatuh tanpa sehun ketahui.
“Kau sangat
berharga dihidupku”
Sehun terus
menciumi area leher gadis itu, meyakinkan sekali lagi jika perasaanya tidak
pernah salah telah jatuh pada gadis itu.
---
Taeyeon sudah
membuat keputusan. Dia tau ini adalah keputusan paling bodoh dan tidak
manusiawi yang dia ambil, apalagi jika harus menyakiti perasaan sehun untuk
yang kesekian kalinya seperti ini membuatnya semakin merasa menjadi orang
terkeji dimuka bumi.
“Sehun-ah, aku
ingin semuanya berakhir”
Gadis itu
berkata sangat pelan namun masih bisa tertangkap jelas oleh sehun. Membuatnya serta
merta membelalak tak percaya.
“A-apa?!”
Gadis itu
menghela napas berat. Menatap sehun dengan sendu, menggapai kedua tangan sehun
lalu menggenggamnya erat seolah menjelaskan semuanya pada laki-laki itu.
“Maafkan aku”
“Tapi, kenapa?”
Pandangan sehun
memburam dan untuk yang pertama kalinya taeyeon melihat laki-laki tangguh itu
menangis dihadapannya, membuatnya semakin tenggelam dalam rasa bersalah. Taeyeon
menggigit bibir bawahnya menahan sesuatu itu meluncur dari kelopak matanya.
“Kau layak
bahagia sehun-ah”
Bahkan dia bisa
mendengar getaran dalam suaranya. Buliran air mata yang seharusnya bisa ia
tahan akhirnya terjatuh dihadapan oh sehun. Bersamaan dengan hancurnya perasaan
sehun kala itu.
“A-aku bahagia
mengenalmu, aku bahagia tinggal bersamamu, aku bahagia karena aku bisa mencintaimu. Itu sudah cukup untukku. Aku
sudah pernah bilang kan hanya kau yang aku butuhkan di dunia ini! Mengapa kau
melakukan ini, huh?!”
Sehun memang
memandangnya tajam namun laki-laki itu tak bisa menyembunyikan perasaan
hancurnya di depan taeyeon.
“Maafkan aku”
Gadis itu
terisak ditempatnya. Sementara sehun melengos merasakan sebuah hantaman telak
di hatinya.
“Aku tidak bisa.
Maafkan aku sehun-ah”
Dan hari ini
seperti mimpi buruk bagi seorang oh sehun. Matanya memandang kosong kepergian
taeyeon di ujung pintu apartemennya. Dia merasa tidak memiliki kekuatan untuk
sekedar menyadarkan dirinya dari mimpi buruk ini.
---
Sehun berharap
semuanya akan kembali seperti semula setelah beberapa tahun kemudian. Namun semuanya
seolah berbanding terbalik dengan harapannya, hidupnya justru semakin
terjungkal setelah taeyeon pergi dari hidupnya. Dia seolah terperangkap dalam
perasaannya sendiri pada gadis itu. Sehun masih setia membiarkan luka itu
menganga walaupun sudah termakan waktu.
Sehun memang
sudah menempatkan taeyeon sebagai kenangan masa lalunya, namun dirinya tak akan
pernah sedikitpun melepas apa yang pernah ia miliki di masa lalu, termasuk
perasaan laki-laki itu pada taeyeon.
---
ps: akan sangat senang jika readers memberi komentar buat fanfic ini ^^
