September 2014

Sunday, 21 September 2014

[EXO FF] MEMORIES - OneShot




Title: Memories
Author : kaiwifey
Cast :     Oh Sehun || Kim Taeyeon
Rating : PG 17
Length : Oneshot
Genre : Angst, Sad, Romance

Note's : Assalamualaikum. malam ini saya bawa fanfic oneshot lagi dengan genre yang sama. semoga gak buat readers bosan yah, hehe, 
Disclaimer : Cast belong to God, their parents and SM! But this story and plot is mine! Don’t copy paste this story! Don’t be a Plagiarism!

Happy reading ^^

Recommended Song : Taeyang - Eyes, Nose, Lips


–\\ MEMORIES //–

– Sekuat apapun sehun berusaha, tetap saja hatinya akan kembali dan tidak akan pernah lepas dari gadis itu–

--- 

Terlalu asing disaat kedua mata itu terbuka dan mendapati udara hampa disampingnya. Semuanya tak lagi sama sejak 2 tahun ini. Bagi sehun, perubahan sekecil ini berdampak terlalu besar. Dirinya tak lagi tersenyum sesering dulu. Sehun kembali menjadi sosok dingin, dan seakan membangun tebing kokoh yang membatasinya dengan dunia luar. Ya, semuanya tak lagi sama semenjak sosok itu harus pergi.

---

Ini adalah malam ke-sepuluh sejak salju turun di musim dingin tahun ini. Tak lantas membuat sehun bergerak seinci pun walau udara dingin terasa menusuk tulang­­-belulang disekujur tubuhnya. Udara panas yang sedari tadi menguar dari secangkir mocca di depannya tak lagi sepanas 30 menit lalu meskipun isinya masih sama sejak minuman itu sampai di mejanya. Sepertinya sehun tak berniat sedikitpun meminum minuman berkafein itu.

Jarum jam masih terus berputar, dan sehun masih harus menunggu. Menunggu seseorang yang entah mengingat janji mereka itu atau tidak.

Lelah

Sehun sudah lelah. Sesungguhnya laki-laki itu tidak suka menunggu. Bagian mana dari kata menunggu yang menyenangkan? Namun kembali ingatannya menangkap senyuman hangat gadis itu membuat hatinya ikut merasakan kehangatan itu dan detik itu pula, dia rela menunggu gadis itu walau sampai kapanpun.

Di ujung pintu berjarak beberapa meja dari tempat sehun duduk, seorang gadis berambut sebahu serta berwarna coklat madu –kesukaannya- berjalan tergesa sembari mengeratkan coat merah marunnya. Beberapa butiran salju masih terlihat memenuhi sebagian area rambutnya, kulit pucat pasinya terlihat semakin pucat dimata oh sehun.

Dia tersenyum begitu mendapati sehun memperhatikannya, membuat sehun menarik kedua sudut bibirnya membentuk lengkungan indah, seindah mungkin demi gadis-nya.

“Maaf aku telat lagi” gadis itu berkata lembut. Dengan pandangan mata memohon yang selalu membuat jantung sehun berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Sebelum mendudukan tubuh mungilnya di depan sehun, terlebih dulu gadis-nya itu mencium kedua pipi sehun. Lagi-lagi degupan jantung sehun kian menggila karena ulahnya.

“Tidak apa-apa”

Gadis itu kemudian duduk dengan kekehan kecil ketika kedua bola matanya menangkap semburat kemerahan di kedua pipi laki-laki yang sesungguhnya ber-image dingin itu.
Keduanya memilih diam dan berkutat dengan pikiran masing­-masing. Sehun yang masih menatap lembut gadis-nya tanpa disadari gadis itu. Sementara gadis itu terlihat sibuk memainkan ponsel sambil menunduk.

Suasana hening itu akhirnya berakhir sesampainya pesanan cappucino panas milik gadis itu sampai di meja. Setelah mengucap kata terima kasih, sehun melihat kedua tangan mungil gadis itu melingkar di kedua sisi cangkir, mencoba menghangatkan suhu tubuhnya. Sebelah tangannya tergerak menggenggam sebelah tangan gadis itu, membuat iris kelam miliknya mau tak mau harus bersirobok
dengan iris madu didepannya. Sehun tersenyum, meremas pelan genggaman tangannya menyalurkan kehangatannya pada gadis itu.

Gadis hanya itu tersenyum masam sembari menundukan kepalanya kembali. Sebuah rasa sesal perlahan menelusup di hatinya.

“Bagaimana kegiatanmmu hari ini?” Sehun menginterupsi keheningan yang berlangsung kurang dari 30 detik itu dengan sebuah pertanyaan biasa.

Sebenarnya sehun bukan tipe orang yang akan memulai pembicaraan terlebih dulu. Namun di depan gadis-nya dirinya perlahan berubah. Yah meski itu hanya berlaku di depan gadis itu saja. Sudah sehun katakan sebelumnya kan? Apapun akan dia lakukan demi gadis itu. Sekalipun ia harus mati.

“Lumayan menyenangkan. Aku mendapat pekerjaan lagi hari ini” gadis itu menjawab sangat pelan, nyaris tak terdengar jika saja caffe ini berisik.

Sehun mendesah. Menatap gadis itu lirih. Sementara yang ditatap hanya menampakan ekspresi datar dengan tatapan kosong.

“Bisakah kau berhenti, taeyeon?”

Kini kedua tangan sehun menggenggam erat kedua tangan taeyeon. Meremasnya semakin erat, menyalurkn perasaan tak kasat matanya pada gadis itu. Menyampaikan seberapa besar rasa cinta yang dia miliki untuk gadis itu.

Taeyeon menghela nafas panjang. Memfokuskan tatapannya, mengunci kedua manik kelam di depannya, seolah menariknya menyelami berbagai kisah yang dialaminya selama ini.

“Aku.. Tidak bisa, sehun-ah”

Berakhir menatap sendu laki-laki itu. Air mata sudah membendung di kedua kelopak matanya. Tak ingin menangis di depan sehun, taeyeon hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Tak peduli jika bibir merah jambu itu akan berdarah karenanya.

Hening kembali sebelum akhirnya taeyeon membuka suara untuk yang pertama kalinya.

“Sehun, apa.. tak sebaiknya kau mencari perempuan lain?”
Sehun menatap taeyeon tajam. Sementara taeyeon semakin tertunduk dalam.

“Maaf sehun, aku–”

“Aku tidak butuh siapapun didunia ini. Aku hanya membutuhkanmu”

Taeyeon mendongak menatap kedua bola mata sehun yang kini menatapnya terluka. Dia merasa senang entah mengapa. Sehun memang sangat mencintainya.
Karena bagaimanapun, sekuat apapun sehun berusaha, tetap saja hatinya akan kembali dan tidak akan pernah lepas dari gadis itu.

---

Dari awal memang sudah jalan hidupnya seperti ini. Menjadi seorang anak korban broken home. Terlalu muak, untuk itu dia memutuskan untuk tidak mengikuti salah satu dari kedua orang tuanya. Seharusnya dia merasa cukup lega mengingat ibunyalah yang memenangkan hak asuh atas dirinya, bukan ayahnya yang seorang gila pekerjaan dan dia sama sekali tak berharga dimata ayahnya. Sayang, ibunya juga tak jauh berbeda dengan ayahnya mungkin lebih gila, dan itu membuatnya sangat merasa muak. Bermain laki-laki, gila pekerjaan, dan sering menetap diluar negeri. Itu membuatnya berpikir untuk hidup sendiri dari pada harus hidup dengan dua orang gila di sampingnya.

Dia memulai hidup barunya tanpa kedua orang tua di usia 17 tahun. Bertahan hidup seorang diri di tengah-tengah kota besar nan kejam seperti seoul membuatnya tak sedikit mengalami kesulitan. Untungnya taeyeon mengambil sekolah 2 tahun di sma, dia sekolah hingga bisa lulus mengantongi ijazah karena semua administrasinya sudah diurus oleh ayahnya di tahun pertama dia minginjakan kaki di bangku sma.

Hidupnya memang tidak terlalu mengalami kesulitan ekonomi di tahun pertama, mengingat dia tidak harus membayar uang sekolah kecuali menyisihkan uang tabungannya untuk keperluan sehari-hari dan menyewa apartemen kecil untuk tempat tinggalnya.

Tidak terlalu sulit sebelum kesulitan itu benar-benar datang dan membuatnya frustasi. Tabungan taeyeon semakin menipis, dan dia harus bekerja banting tulang di usianya yang masih sangat muda dan dia sangat membutuhkan uang banyak untuk melanjutkan kuliahnya. Untuk mendapat pekerjaan layak di kota sebesar dan sekejam seoul, tidak akan ada pekerjaan dengan jaminan besar dengan bermodalkan ijazah sma saja.

Taeyeon menjadi seorang pelayan di beberapa caffe kecil demi mengumpulkan recehan demi recehan untuk hidupnya. Hingga masalah terus berlanjut dengan hutangnya yang semakin menumpuk demi membiayai kuliahnya. Mengharuskannya memilih jalan terakhir.

Malam itu taeyeon mengikuti saran beberapa temannya, mengunjungi sebuah bar di pertengahan kota seoul. Hingga kejadian yang tak akan pernah dia lupakan seumur hidup itu merenggut sesuatu yang paling berharga dalam dirinya namun menghasilkan beberapa juta won dalam waktu satu malam.
Upah yang menggiurkan itu sepertinya telah merasuki pikiran taeyeon hingga dirinya memutuskan untuk menjadi pekerja di bar itu. Pekerjaan hina dan paling menjijikan di hidupnya itu akhirnya menjadi tumpuan hidupnya.

Disanalah dia bertemu dengan sehun. Laki-laki berkulit putih bak porselen yang terlihat sangat mencolok dengan rambut warna-warninya itu sedang mabuk dan sekejap menjadi pusat perhatian karena aksi menari gilanya di lantai dansa. Sangat menarik perhatian taeyeon.

Dari meja bar tempatnya saat ini, taeyeon melihat bagaimana lelaki itu beberapa kali menabrak pengunjung lain, namun tetap menari dengan gilanya. Beberapa kali pula iris madunya menangkap sehun yang tengah mencium wanita-wanita disana dengan sensual. Entah mengapa membuat hati taeyeon memanas melihatnya.

Perlahan namun pasti taeyeon berjalan menghampiri laki-laki itu. Menatap lekat tubuh berkeringat didepannya seketika membuat detak jantungnya menggila.
Dia tampan. Taeyeon mengakui itu. Dengan kaos putih dan jaket kulit berwarna hitam membuat laki-laki itu terlihat sangat tampan dimata taeyeon.

Taeyeon masih sibuk dengan pikirannya sendiri, sebelum akhirnya ia merasakan sepasang bibir tipis itu melumat ganas bibirnya. Matanya terbelalak dengan aksi lelaki itu. Dalam pikirannya ini terasa salah, namun hatinya tak memungkiri jika dirinya begitu terhanyut dalam ciuman panas itu hingga kedua matanya terpejam menikmati.

---

Sinar mentari menelusup melewati celah gorden berwarna peach itu dan membuat seseorang didalam selimut tebal itu menggeliat. Sebuah kepala menyembul dibaliknya, dengan rambut sebahu yang berantakan, dan juga kemeja putih kebesaran di tubuhnya. Gadis itu terdiam sambil mengucek pelan matanya. Kedua manik matanya teralih menatap seseorang di sampingnya, seorang laki-laki bertubuh polos tanpa sehelai benangpun dikenakannya. Taeyeon menatap sendu sosok itu, seraya mengusap lembut kening sehun. Dia tidak mengerti kedaan dirinya sendiri.

Hal yang selalu membuatnya muak dan merasa jijik terhadap dirinya sendiri seolah sirna tanpa bekas disaat bibir itu menginvasi seluruh tubuhnya berakhir dengan sebuah kenikmatan tak ternilai bersamaan dengan perasaan membuncah di hatinya setiap laki-laki itu menyentuhnya.

Dia selalu terbang melayang disaat jemari sehun membelai tubuh polosnya, membuat malam panjangnya lebih dari kata indah, menjauhkannya dari mimpi buruk yang sialnya adalah sebuah kenyataan di hidupnya.

Jemarinya memimijit keningnya beberapa kali. Entah mengapa dirinya begitu pusing dan perasaan meletup di area perutnya kian membuncah ketika menatap wajah polos lelaki di sampingnya. Rasanya menggelitik namun menyakitkan disaat yang sama.
Dia merasa tak pantas untuk lelaki itu.

---

Sehun merasa dirinya semakin jatuh dalam pesona seorang kim taeyeon. Berawal dari malam panjang keduanya di kamar apartemen miliknya yang tak lebih dari orang asing yang melakukan one night stand. Tapi sepertinya tuhan telah menulis takdir keduanya untuk terikat satu sama lain. Pertemuan mereka yang tiba-tiba di kampus, menjadi sepasang kekasih –seperti itulah anggapan oh sehun meskipun dari kesemua hal yang dia lakukan untuk menunjukan rasa cintanya terhadap gadis itu tak pernah terjawab satupun. Namun sehun masih bisa bernapas lega karena gadis itu tak menunjukan penolakan sama sekali.

Disaat sehun meminta taeyeon untuk tinggal bersamanya di apartemen miliknya, gadis itu tak menolak. Lalu ketika sehun meminta taeyeon untuk tidur sekamar dengannya, gadis itu tak masalah. Dan sehun tak merasa keberatan sedikitpun menjadi tumpuan beban gadis itu, karena sesungguhnya gadis itu lebih berharga dibandingkan dirinya sendiri.

Saat itulah hidup sehun dengan perlahan berubah sepenuhnya. Seolah taeyeon adalah sebuah gelas kaca berharga miliaran dollar, untuk itu sehun dengan hati-hati menjaga gadis itu. Tak ada satupun orang yang dapat menyakiti gadis itu.

Disisi lain, taeyeon merasa ini semua salah. Sehun telah berubah dan semakin jauh dari kehidupan awalnya. Taeyeon merasa dirinya yang telah membuat sehun seperti ini.

Dia mencintai laki-laki itu, sangat. Namun perasaan tak pantas selalu datang padanya disaat ia ingin membalas setiap pengakuan sehun terhadapnya. Membuat dadanya sesak dan dipenuhi rasa bersalah, dan dia sadar dia telah menyakiti perasaan sehun secara perlahan.

Sehun memang tidak pernah mengeluh atas apa yang dilakukan taeyeon, dia memang sakit hati namun seolah mengabaikan perasaannya sendiri dari pada harus membuat gadis itu tak merasa nyaman didekatnya. Dia tidak ingin memaksa. Dia tidak ingin membuat gadisnya merasa tertekan karenanya.

Tidak apa-apa dirinya akan sesakit apapun asalkan gadis itu masih tetap berada disampingnya.

---

Lagi dan lagi mereka terbangun dalam keadaan yang sama seperti beberapa hari lalu. Dengan taeyeon yang memakai kemeja kebesaran milik sehun sedangkan laki-laki itu tak mengenakan atasan apapun.
Taeyeon berdiri menghadap jendela besar dikamar sehun. Mengabaikan sosok laki-laki yang kini tengah melingkarkan kedua lengan di perutnya, memeluknya dari belakang dan menumpukan dagunya di bahu kiri gadis itu.

Sehun memeluknya posesif dengan kecupan ringan dileher taeyeon. Menyalurkan semua perasaan laki-laki itu pada taeyeon seperti biasa dan perasaan bersalah kembali dirasakan oleh gadis berambut coklat madu itu.

“Aku sangat mencintaimu”

Laki-laki itu bergumam lirih yang berdampak bagi perasaan gadis itu. Rasanya seperti sebuah luka yang selama ini menganga dihatinya itu ditabur serbuk garam ketika mendengar kalimat yang terucap dari bibir laki-laki itu.

Terdengar sangat manis namun menyakitkan baginya. Terlampau sangat tulus hingga membuat dirinya merasa begitu jahat karena tidak pernah membalas kalimat itu selama ini. 

“Aku tidak ingn kehilangan dirimu”

Taeyeon memejamkan mata membiarkan sebulir air mata terjatuh tanpa sehun ketahui.

“Kau sangat berharga dihidupku”

Sehun terus menciumi area leher gadis itu, meyakinkan sekali lagi jika perasaanya tidak pernah salah telah jatuh pada gadis itu.

---

Taeyeon sudah membuat keputusan. Dia tau ini adalah keputusan paling bodoh dan tidak manusiawi yang dia ambil, apalagi jika harus menyakiti perasaan sehun untuk yang kesekian kalinya seperti ini membuatnya semakin merasa menjadi orang terkeji dimuka bumi.

“Sehun-ah, aku ingin semuanya berakhir”

Gadis itu berkata sangat pelan namun masih bisa tertangkap jelas oleh sehun. Membuatnya serta merta membelalak tak percaya.

“A-apa?!”

Gadis itu menghela napas berat. Menatap sehun dengan sendu, menggapai kedua tangan sehun lalu menggenggamnya erat seolah menjelaskan semuanya pada laki-laki itu.

“Maafkan aku”

“Tapi, kenapa?”

Pandangan sehun memburam dan untuk yang pertama kalinya taeyeon melihat laki-laki tangguh itu menangis dihadapannya, membuatnya semakin tenggelam dalam rasa bersalah. Taeyeon menggigit bibir bawahnya menahan sesuatu itu meluncur dari kelopak matanya.

“Kau layak bahagia sehun-ah”

Bahkan dia bisa mendengar getaran dalam suaranya. Buliran air mata yang seharusnya bisa ia tahan akhirnya terjatuh dihadapan oh sehun. Bersamaan dengan hancurnya perasaan sehun kala itu.

“A-aku bahagia mengenalmu, aku bahagia tinggal bersamamu, aku bahagia karena aku bisa mencintaimu.  Itu sudah cukup untukku. Aku sudah pernah bilang kan hanya kau yang aku butuhkan di dunia ini! Mengapa kau melakukan ini, huh?!”

Sehun memang memandangnya tajam namun laki-laki itu tak bisa menyembunyikan perasaan hancurnya di depan taeyeon.

 “Maafkan aku”

Gadis itu terisak ditempatnya. Sementara sehun melengos merasakan sebuah hantaman telak di hatinya.

“Aku tidak bisa. Maafkan aku sehun-ah”

Dan hari ini seperti mimpi buruk bagi seorang oh sehun. Matanya memandang kosong kepergian taeyeon di ujung pintu apartemennya. Dia merasa tidak memiliki kekuatan untuk sekedar menyadarkan dirinya dari mimpi buruk ini.

---

Sehun berharap semuanya akan kembali seperti semula setelah beberapa tahun kemudian. Namun semuanya seolah berbanding terbalik dengan harapannya, hidupnya justru semakin terjungkal setelah taeyeon pergi dari hidupnya. Dia seolah terperangkap dalam perasaannya sendiri pada gadis itu. Sehun masih setia membiarkan luka itu menganga walaupun sudah termakan waktu.

Sehun memang sudah menempatkan taeyeon sebagai kenangan masa lalunya, namun dirinya tak akan pernah sedikitpun melepas apa yang pernah ia miliki di masa lalu, termasuk perasaan laki-laki itu pada taeyeon.

---

ps: akan sangat senang jika readers memberi komentar buat fanfic ini ^^