Title : Dear
Author : kaiwifey
Cast : Kim
Jongin || Jin Rei (OC)
Rating : PG
Genre :
romance, angst
Disclaimer :
Cast belong to God, their parents and SM. But this story and plot is mine! Don’t
be a Plagiarism!
Hope you enjoy!
***
The day when we meet
Kim Jongin, laki-laki dengan perangai dingin, juga seorang
idola di sekolah. Aku sangat ingat waktu itu, waktu pertama kali aku bertatap
muka denganmu, kau sama sekali tak menunjukan reaksi apapun, hanya raut wajah
datar dan tatapan tajam, itu cukup membuatku risih sebenarnya. Tapi Sehun,
sahabatmu mengatakan padaku kau memang orang yang seperti itu.
Di pertemuan keduaku denganmu, kau ingat Jongin? Kau bahkan
tidak menatapku dan malah mendengus kasar lalu pergi meninggalkanku dan Sehun
yang kebingungan. Walau jauh di dalam lubuk hatiku, secuil rasa sakit itu
terasa dan aku tidak tau mengapa itu bisa terjadi. Dan lagi, Sehun meminta maaf
atas sikapmu dan bergumam pelan, pelan sekali nyaris berbisik. Dan aku tidak
cukup tuli untuk tak mendengarnya.
“Untuk pertama kalinya
aku melihat jongin bersikap seaneh ini pada orang”
Kau tau jongin bagaimana perasaanku saat itu?
Aku berpikir mungkin kau tidak menyukaiku sebagai temanmu. Tapi, tidak apa-apa
sebenarnya jika kau mau mengatakkan hal yang sebenarnya padaku. Bukan dengan
sikapmu yang seperti itu. Demi tuhan Jongin, itu cukup membuatku tersinggung.
---
Your other side
Aku ingat ketika itu, pertengahan bulan November ditahun
2013. Saat itu hujan lebat diwaktu pulang sekolah dan aku tidak membawa payung.
Sial! Bagaimana aku harus pulang?
Dan semakin lengkap kesialanku ketika melihat ponselku mati dan aku cemas kala
itu, aku tidak tau hujan akan berhenti kapan sementara hari mulai sore dan bis
terakhir menuju komplek rumahku akan tiba di halte dalam 15 menit. Kau tau
jongin ingin rasanya aku menangis saat itu. Aku semakin menunduk saat seseorang
tiba-tiba berdiri disampingku, aku tidak ingin dia melihat wajahku yang pasti
sangat menyedihkan saat itu. Lalu tangan seseorang itu menyerahkan payung
padaku, aku mendongak dan melihatmu disana, menatapku dengan pandangan yang
sulit ku artikan.
“Ini, kau ingin pulang
sekarang kan?”
Ini pertama kalinya
kau bicara padaku jongin..
Aku tersadar dari lamunanku saat kau memaksaku menerima
payung itu dan tanpa menungguku bicara, kau sudah lebih dulu pergi menerobos
hujan. Hanya dengan tas hitam milikmu yang kau gunakan untuk melindungi
kepalamu. Aku yakin tubuhmu basah kuyup saat itu. Apa kau tidak terserang demam
jongin?
---
Hari itu hari minggu dan aku tidak tau harus melakukan apa.
Tidak setelah menerima panggilan dari Sehun, dia mengajakku keluar untuk
sekedar jalan-jalan dan melihat sebuah pameran. Itu yang dia katakan, dan aku
pun menyetujuinya.
Kami bertemu di salah satu taman kota dekat pusat
perbelanjaan. Dan kau pun disana, masih dengan raut wajah dan tatapan yang sama
dengan waktu pertama kali bertemu. Kalau boleh jujur kau membuatku canggung
Jongin.
Aku ingat saat itu Sehun meminta maaf lagi padaku karena
tidak mengatakan mengajak jongin. Dan aku bilang tidak apa-apa, meskipun aku
ragu akan hal itu. Kau tau apa yang aku rasakan saat itu jongin? Aku berdebar
tak karuan saat kedua mata kita bertemu dan perasaan hangat menjalar di kedua
pipiku. Dan aku tidak terlalu bodoh untuk mengenali perasaan picisan semacam
ini. Sungguh sial!
Nyaris seharian penuh kami berkeliling di sebuah pusat
perbelanjaan, entah bermain di salah satu stand game atau hanya melihat-lihat
berbagai lukisan yang sedang dipamerkan disana. Terkadang, kami berbincang,
tertawa. Oh sepertinya hanya aku dan Sehun, tidak denganmu Jongin. Kau hanya
sibuk dengan ponselmu. Aku tidak tau mengapa ada perasaan tidak suka
memikirkanmu sudah memiliki kekasih.
Aku tersadar saat Sehun menarik tanganku dari sana dan aku
melihatmu melirik tidak suka padaku. Ku pikir kau memang membenciku. Aku
menarik nafas panjang, dan rasa sesak itu semakin terasa. Aku sungguh tidak
mengerti jongin, mengapa kau bisa membuatku sekacau itu?
Sehun, kau dan aku sudah tiba disalah satu café, sehun
bilang itu café favoritenya. Aku menurut dan langsung duduk ketika laki-laki
berkulit nyaris albino itu menuntunku dan menempatkan aku duduk tepat
disampingmu, dan dia berlalu ke tempat pemesanan.
Tersisa kau dan aku saat itu. Aku ingat perasaanku yang
terasa campur aduk, jantung yang berdebar, dan yang bisa kulakukan hanya
meremas kedua tanganku dibawah meja, menggigit bibir bawahku, oh sial! Jin Rei, jangan gugup!
Sepertinya sugestiku tidak mempan dan aku menyerah saat itu
juga. Dan sial yang kedua, mengapa sehun belum juga muncul? Aku menarik nafas
pelan, dan mencoba menetralkan semua kenehan yang ada pada tubuhku. Aku memilih
untuk melihatmu, dan kedua mata kita bertemu. Untuk yang kesekian kalinya,
membuatku berdebar. Kau tak lantas memutus kontak mata ini, begitupun aku. Kau
tau jongin, bola matamu adalah bola mata terindah yang pernah aku lihat seumur
hidupku. Aku memuja, aku terperosok jauh, dan seperti terseret kedalam kelamnya
kedua matamu. Anehnya aku merasa nyaman, kau memiliki tatapan yang meneduhkan
jongin.
Dan Sehun pun datang membawa beberpa pesanan kami, sekaligus
membuatku memalingkan wajah, beralih pada sehun. Kami makan dengan cukup tenang
walau sesekali Sehun menanyaiku tentang berbagai hal namun aku tak terlalu
fokus karena semenjak tadi mataku tak berhenti melirikmu.
Hal apa yang membuatmu
semenarik ini jongin?
---
The day when you hug
me and hold my hand, and I feel so comfortable with it
Malam itu aku harus pergi ke perpustakaan kota, mengingat
besok lusa aku harus mengumpulkan tugas sastra minggu lalu. Tidak seperti malam
biasa yang cukup ramai, ini hari weekend, sabtu malam, tepatnya banyak orang
yang pastinya sedang menghabiskan waktu bersama orang terdekat. Aku yakin itu,
entah dengan keluarga atau kekasih mereka. Kala itu aku meringis kecil, kau tau
kenapa jongin? Aku seperti hidup sebatang kara, aku memang memiliki orang tua,
namun mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka, aku bahkan ragu mereka masih
ingat memiliki anak atau tidak. Dan kekasih, aku tertawa mengingat itu, mana
ada lelaki yang tertarik padaku yang aneh ini?
Dan pikiranku melayang kearahmu Jongin, bagaimana dengan
dirimu? Apa kau sama dengan lelaki lainnya? Ah ya, kau bahkan sudah membenciku
diawal pertemuan kita.
Aku menghela nafas berat, rasanya terlalu sesak hingga aku
tak menyadari air mataku terjatuh begitu saja. Aku pantang menangis sebenarnya,
asal kau tau. Tapi aku membiarkan untuk malam ini, sekali saja, biarkan aku
menangis. Aku duduk disalah satu bangku dipojok tempat itu, menelungkupkan
tanganku diatas meja dan membenamkan wajahku disana. Tidak apa Jin Rei, toh tidak ada siapa-siapa disini, kau hanya sendiri dan
kau bebas menangis sepuasnya.
Mungkin terlalu sibuk menangis, aku jadi tidak terlalu
memerhatikan sekitar tempatku. Saat aku mendongak, aku mendapati matamu disana
Jongin. Walaupun cukup kaget tapi aku mencoba untuk membalas menatapmu, dan
untuk kali ini aku merasa tak nyaman dengan pancaran kedua mata kelammu. Kau
tidak sedang menatapku kasihan kan jongin? Kau harus tau satu hal jongin, aku
tidak suka ada seseorang yang mengasihaniku.
Kemudian kau mengalihkan tatapanmu, aku melihatmu seperti
mengatur deru nafasmu, ada apa jongin? Dan yang membuatku tersentak adalah
ketika kau berjalan kearahku, menatapku teduh, lalu duduk disampingku. Aku
gugup, tentu saja. Hei Jin Rei, memang
apa yang kau harapkan darinya, huh? Aku merutuk diriku kala itu.
“Pergi ke perpustakaan
hanya untuk menangis, huh?”
Aku diam menatapmu yang sedang berdecak sinis. Bisakah kau
bersikap lebih baik padaku, jongin?
“Aku menyesal bertemu
denganmu malam ini”
Ya jongin kau memang selalu seperti itu kan jika bertemu
denganku?
“Bagaimana bisa kau
memanfaatkan tempat umum seperti ini untuk menangis?”
Teruskan jongin, katakan apapun yang kau mau tentang aku.
Aku sungguh tidak apa-apa.
Kenapa kau tidak bicara lagi setelah itu jongin? Apa kau
menyesal dan merasa bersalah atas ucapanmu tadi? Aku ingat aku hanya bisa diam
saja dengan tubuh bergetar. Dan berakhir menatapmu dengan perasaan mirisku.
Kau menghela nafas berat, dan aku kembali menundukan
kepalaku. Mungkin aku memang mahluk yang benar-benar tak diinginkan. Oleh
orangtua ku sendiri, orang-orang disekitarku, dan mungkin kau juga salah
satunya. Aku benarkan jongin?
Aku tak cukup ingat bagaimana kejadiannya, karena pada waktu
itu aku sibuk menangis dan pikiranku kabur. Yang aku ingat adalah bau mint yang
menyeruak kedalam rongga pernafasanku dan dada bidang seseorang yang membuatku
hangat, membuatku nyaman. Dan aku tau aku tengah berada dalam dekapanmu kala
itu, jongin. Kau mengelus punggungku dan sesekali mengusap kepalaku ketika
tangisku makin pecah dan aku terisak hebat. Aku benar-benar merasa sangat lemah
ketika itu.
Malam semakin larut, perpustakaan kota itupun sudah ditutup
beberapa menit yang lalu. Oh yang benar saja, sialku sangat banyak malam itu.
Pertama, aku gagal memilih buku untuk tugas paperku. Kedua, yang paling
menyedihkan aku malah menangis cukup lama disana. Dan yang ketiga, ini hal yang
sangat fatal, aku baru saja menunjukan sisi lemahku dihadapan orang yang aku
suka. Oh tunggu, suka? Aku
menyimpulkan dari semua gejala picisan yang aku rasakan waktu itu, ya aku
memang sepertinya menyukai jongin. Kau dengar itu, lelaki wajah datar?
Setelah itu aku memutuskan untuk pulang, dan kau meminta
untuk menemaniku. Kau ingat? Hal itu semakin membuatku berdebar. Kami berjalan
di trotoar jalan. Aku baru sadar jika aku tidak mengenakan mantel, hanya
memakai kaus panjang tipis dan celana jeans. Aku sempat berpikir apa yang
sedang aku pikirkan sebelumnya dirumah, sungguh ini masih awal musim dingin,
bagaimana bisa aku lupa memakai mantel. Lihat sekarang, tubuhku bahkan sudah
menggigil karena hawa dingin yang sangat sialnya sampai menusuk seluruh
tulang-tulangku.
Tiba-tiba sesuatu yang cukup hangat membalut tubuhku, aku
melihat kedua tangan itu masih sibuk membenarkan letak mantelnya di tubuh
kurusku. Ya, kau yang melakukan itu jongin. Aku sempat membeku di tempat,
sekedar untuk meresapi rasa hangat dan bau mint yang sudah cukup familiar
bagiku. Jongin kau tau, aku merasa mimpi saat itu! Ku harap kau tak melihat
warna merah (memalukan) yang nyaris menutupi seluruh warna pucat diwajahku.
Tak sampai disitu kau mengejutkanku dengan perubahan sikapmu
padaku, bahkan tak sampai lima menit, kali ini kau menggenggam kedua tanganku.
Mengosok-gosoknya pelan, terkadang meniupnya. Menyalurkan setiap kehangatan
yang ada padamu. Taukah Jongin, apa yang kau lakukan itu membuat perasaanku
semakin tak terkendali.
---
When you smile at me
for the first time
Sepertinya sudah menjadi kebiasaan baru bagi Sehun untuk
mengunjungiku dikelas pada waktu istirahat selama beberapa hari ini. Aku sama
sekali tidak risih, sungguh. Aku justru merasa sangat senang berkat adanya
Sehun, aku tidak lagi merasa sendiri, setidaknya. Sehun sudah kuanggap sebagai
teman, mungkin satu-satunya orang yang masih peduli padaku.
‘Dan bagaimana dengan
Jongin?’
Kau? Kau juga sebenarnya selalu ikut bersama Sehun ke
kelasku, tapi aku masih ragu untuk menyebutmu sebagai temanku, bagaimana aku
menyebut kau teman tapi kau seakan tak pernah melihatku ketika kita bertiga
berkumpul?. Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatiku sendiri, aku tak ingin hanya
menjadi temanmu jongin. Aku ingin lebih dari itu, aku ingin menjadi
satu-satunya orang yang kau pedulikan, yang kau khawatirkan. Cukup menghayalnya Rei!
Dan seperti hari biasanya, Aku, Sehun dan tentu saja Kau
memilih atap gedung sekolah untuk menghabiskan waktu istirahat. Aku baru tau
ternyata Sehun itu orang yang cukup cerewet untuk ukuran laki-laki. Tapi aku
bersyukur karena itu aku tak harus merasa canggung dengannya. Berbeda sekali
ketika denganmu. Hah kau lagi, kau lagi. Bahkan aku bisa merasakan debaran yang
lebih menggila lagi pada jantungku. Sial.
Aku merasa pipiku mulai memerah lagi. Sial sial sial! Aku berharap jongin tidak sedang me-
Sial.
Hell, kau melihat kearahku jongin. Kau tau segugup apa aku
saat itu?
Aku mencoba menstabilkan tubuhku, aku tidak mau kau melihat
hal memalukan seperti itu lagi. Apalagi sampai memergoki diriku yang diam-diam
melirik kearahmu. Apa ada hal yang lebih memalukan daripada tertangkap basah
melirik-lirik pada orang yang kau sukai? Oh aku rasa tidak ada. Mati saja Rei!
Memalingkan wajah dan memejamkan mata mungkin akan cukup
meredakan rasa malu (dan mual tiba-tiba) ku. Aku tidak tau efek orang yang
sedang terkena panah cupid (sial) akan sehebat ini, membuat mahluk diam, dan
cukup dingin sepertiku menjadi kikuk seketika.
Ya tuhan, aku sampai melupakan Sehun. Pandanganku mengitari
tempat sekitar dan tak menemukan mahluk albino itu dimanapun. Kemudian mataku
jatuh (lagi) pada matamu. Jongin kau benar-benar ingin membuatku melenyapkan
diri seketika. Rei, abaikan. Kau harus
bertanya tentang sehun sekarang atau kau akan mati sebentar lagi.
Aku membuka mulut, namun tak ada satupun kata yang keluar.
Aku sendiri tak mengerti dengan akal busuk tubuhku sendiri, apa dia ingin aku
terlihat bodoh dihadapanmu jongin? Aku merasa sebaiknya ada meteor jatuh dan
menghantam tubuhku saat itu juga.
“Sehun ada urusan
dengan Mrs. Park. Dia mungkin akan kembali sebentar lagi”
Oh
“Atau tidak sampai bel
masuk berbunyi”
Kau mengedikan bahu acuh. Dan haruskah aku menjadi orang
tertolol disini? Yang diam menganga melihat kearahmu. Kau bahkan sudah kembali
tenggelam dengan buku super tebalmu.
Aku meringis dan tak sengaja menghela nafas cukup kasar. Aku
sadar dan aku melihatmu tengah menatap aneh kearahku, lalu kau tersenyum.
Tipis, nyaris tak terlihat jika saja aku tak sengaja melihat kearah bibirmu.
Dan aku bertaruh jika jantungku memang memiliki gangguan.
Dia berdetak sangat cepat dan mungkin saja bisa keluar dari rangkanya kapanpun.
Aku tidak mau membayangkan hal itu terjadi.
---
When you fall
Ketika kau memilih untuk jatuh cinta, disaat itu pula kau
harus memilih untuk sakit. Walaupun itu tak ada dalam pilihanmu, tapi dia tetap
membayangi di belakangmu. Dan ketika waktu sudah lelah menyimpan rahasianya,
dia siap muncul dan menyeretmu dengan paksa untuk jatuh.
Dan menamparku kembali pada kenyataan.
Aku sedang berada di rumah Sehun hari itu untuk mengerjakan
beberapa tugas sekolah. Walaupun kami tidak satu kelas, tapi aku cukup
beruntung memiliki teman sepintar Oh Sehun, dia dengan senang hati membantuku
mengerjakan tugas-tugas yang menyebalkan. Saat itu aku baru saja kembali dari
toilet, sekedar membasuh mukaku yang terasa panas sedari tadi, kau pasti tau
mengapa kan jongin? Ya, keberadaanmu yang membuat pipiku terus menghangat.
Apalagi dua jam itu penuh dengan celotehan Sehun dan suara tawamu yang lucu
karenanya. Aku tidak bisa membayangkan selama apa hubungan persabahatan kalian,
kau selalu terlihat berbeda ketika bersama Sehun. Kalian berdua seperti
mempunyai batas untuk orang lain menyentuh lingkaran persahabatan kalian.
Aku tersenyum kecil mengingat bagaimana jauhnya karakter
kalian. Sehun yang cerewet, ramah, baik, sangat perhatian, sedangkan dirimu, orang
yang terlalu diam dan terlampau dingin. Namun aku tau satu hal tentangmu
jongin, kau sebenarnya memiliki hati yang hangat, kau baik. Aku kagum dengan
Sehun, dia bahkan bisa membuat orang sepertimu sangat dekat dengannya. Kau
beruntung memiliki sahabat seperti Sehun, jongin. Dan Sehun, kau sangat
beruntung bisa sedekat itu dengan Jongin. Aku iri, sangat iri.
Memang kau siapa, Rei?
Aku tau aku tidak mungkin bisa lebih jauh dari ini untuk
menyentuh lingkarang yang kalian buat. Aku bahkan sadar diri bahwa tidak
seharusnya aku berada di tengah-tengah kalian. Aku menghela nafas pelan sebelum
akhirnya langkahku terhenti di dekat sudut ruang tamu.
Aku melihatnya Jongin. Hal yang membuat diriku kini
terperosok jauh, ini mungkin hal yang sangat menyakitkan dibandingkan hal
apapun bahkan hal itu adalah saat dimana kau tak menganggapku sekalipun. Aku
lebih baik seperti itu, karena aku tau dari sebelumnya bahwa aku memang bukan
siapa-siapa, tak ada yang menganggapku ada.
Saat itu seperti ada yang memaku kakiku, seincipun aku tak
bergerak dari sana. Yang bisa kulakukan hanya menatap tak percaya dengan kedua
tanganku yang dengan susah payah meredam mulutku agar tak menyuarakan apapun.
Disana, tepat dihadapanku saat itu dua orang laki-laki yang
kukenal sebagai sepasang sahabat tengah berciuman. Bahkan posisimu saat itu
menindih Sehun, Jongin. Kau sadar apa yang kau lakukan?!
INI GILA!
Aku menangis saat itu. Menangisi dirimu yang memuakkan. Demi
tuhan jongin aku benar-benar kecewa dan kau sudah gila! Aku terisak pilu
disudut sana, kakiku bahkan terasa lemas dan tubuhku nyaris terjatuh jika saja
aku tak berusaha menguatkan diri. Kau yang pertama kali tersadar, kau manatapku
tanpa arti saat itu.
Kalian menjijikan!
Rei, apa yang kau
tunggu, huh?
Kau ingin pembelaan
yang tak berarti apapun dari Jongin?
Aku masih terisak saat itu, bahkan untuk berjalan kearah
mereka pun aku tak sanggup. Sehun terbangun dengan gerakan cepat, aku merasa
dia sangat terkejut. Kemudian setengah berlari dan tentu saja panik dirinya
menghampiriku yang kini terduduk. Dia menyentuhku namun aku menepisnya. Aku
muak. Aku jijik saat itu. Dan kau? Kau hanya memandangiku tanpa ada reaksi yang
berarti, kau tak berniat menjelaskan apapun, Jongin?
“Rei-ya”
Aku menatap Sehun terluka
Sial sial sial!
Aku berlari menuju sofa, mengambil semua buku tugasku dan
tasku dengan kasar. Aku terdiam sejenak, melihat kearahmu yang saat itu tengah
menunduk diam. Aku tidak tau apa yang saat itu aku lakukan benar atau salah,
tapi kata hatiku yang menyuruhku untuk mendekat padamu, mengangkat dagumu dan
menatap matamu terluka. Aku menciummu saat itu, kau ingat? Aku menciummu sambil
terus menangis, dan kau pun tidak menolak. Hanya lima detik, yang pertama dan
mungkin yang terakhir kalinya aku menciummu.
“Kau hanya perlu tau,
jika aku benar-benar menyukaimu jongin”
Aku berbisik pilu kala itu, aku seperti berada di titik
terbawah kesedihanku. Lebih mirisnya Kau dan Sehun yang menyebabkannya, dua
orang yang sudah ku anggap penting dalam
hidupku. Kalian menghancurkannya tanpa menyisakan satu keeping pun, terlebih
kau Jongin. Maka setelahnya aku berlari, aku berlari menjauh darimu Jongin. Aku
cukup menyadari bahwa apapun yang aku lakukan tidak akan merubah apapun darimu.
Sebesar apapun perasaan ini padamu tidak akan membuatmu juga merasakan hal sama
padaku. Dan sekuat apapun aku bertahan, aku tetap tidak akan bisa Jongin. Tidak
jika aku masih bertemu denganmu. Tidak jika aku masih berada di dekatmu. Karena
sebanyak apapun aku mencoba, kau seperti rumah yang akan aku singgahi lagi pada
akhirnya. Hingga saat kau menemukan ini, aku mungkin sudah jauh Jongin. Aku, mencintaimu. Sangat.
-Jin Rei
***
Maaf, maaf banget sebelumnya kalau fanfic ini mengandung
unsur yang membuat kalian jijik. kenapa aku kepikiran buat ini, sebenernya cuma
ingin menceritakan salah satu sekelumit masalah yang mungkin ada orang yang
mengalaminya di luar sana. Kenapa aku gabuat happy ending, karena memang
dasarnya semua masalah gak ada yg tuntas
sampe bener-bener endingnya bahagia, pasti dimana selesai masalahnya cuma
sekedar tuntas dan gak menjamin bahagia kan? ya gitu, cuma gini aja ceritanya. ga seru ya? emang sih, haha tapi dari pada punya ide tapi dibiarin mengganjal teruskan mubazir, mending di bikin fanfic kan jadi bermanfaat dibaca readers :D maaf juga kalau masih banyak typo, maklum gak aku edit lagi soalnya bikin inipun waktunya mepet! anyway HAPPY ANNIVERSARY 3 YEARS
EXO! #3YEARSWITHEXO
see ya~