[EXO FF] -Oneshot- I Need You
Title :
I Need You
Author : kaiwifey
Cast :
- Kim Jongdae (EXO-M)
- Jung Ilhye (OC)
- Jung Ilhye (OC)
Genre :
Romance, Sad
Rating :
PG 15
Length :
Oneshot
Note : cerita ini murni hasil
imajinasi saya. Semua cast milik tuhan kecuali other cast, tidak nyata! maaf jika masih banyak typo atau
ceritanya gak nyambung. Mengenai genre, aku pake romance terus._. itu semata
karena aku sukanya bikin yang romance dan kebanyakan cerita yang aku buat
sad-_- kekeke~ Mohon jangan ada plagiator disini! Kalo bisa setelah baca boleh
minta sarannya! :) semoga kalian suka! gomawo~
Perhatikan tahunnya!
Perhatikan juga : ---
(jongdae POV)
### (flashback)
*** (Author POV)
### (flashback)
*** (Author POV)
~Happy Reading~
=I Need You=
Deru nafas itu
Aku membutuhkannya
Aku menginginkannya
Senyuman itu
Aku telah jatuh cinta
Aku hangat disisinya
Dan aku menyukainya
Pelukannya
Semua yang ada pada dirinya
Tapi,
Mengapa dengan teganya dia meninggalkanku?
Menyakitiku hingga sesakit ini
Dan aku tak yakin dapat hidup lagi setelah ini
Aku membutuhkannya
Aku menginginkannya
Senyuman itu
Aku telah jatuh cinta
Aku hangat disisinya
Dan aku menyukainya
Pelukannya
Semua yang ada pada dirinya
Tapi,
Mengapa dengan teganya dia meninggalkanku?
Menyakitiku hingga sesakit ini
Dan aku tak yakin dapat hidup lagi setelah ini
---
December 25th 2012 – Seoul, south korea
8.05 pm
Hari ini hari natal. Dan aku sama sekali tak berniat beranjak
dari tempatku saat ini. Aku, sungguh merindukannya. Ini benar-benar
menyakitkan. Sesesak inikah bila kita merindukan seseorang? Oh ayolah, untuk
bernafas saja rasanya sulit.
“Kau benar-benar menyakitiku..”
Aku meringis merasakan nada terlewat pilu yang kuucapkan
sendiri barusan. Dan sudah kupastikan aku sangat menyedihkan sekarang ini. Ah,
kau selalu saja membuatku seperti ini.
“Kau masih tak berniat untuk kembali, eoh? Bahkan setelah
melihat aku semenyedihkan ini?”
Kutatap foto yang kugenggam. Wajah itu. Aku begitu
merindukannya. Foto ini kuambil dengan ponselku beberapa tahun lalu.
Dipertengahan tahun. Dan difoto ini aku dan dia benar-benar terlihat bahagia.
Tapi, secepat itu dia pergi meninggalkanku.
Tes
Tes
Pada akhirnya aku menangis lagi. Aku begitu cengeng untuk
seorang laki-laki. Aku begitu lemah sekarang. Dan ini karenamu, Jung Ilhye.
###
December 23th 2010 – seoul, south korea
4.00 pm
“Jongdae-ya, untuk natal nanti kita pilih pohon natal yang
berwarna putih saja, ne?”
Matanya berbinar penuh harap. Jika sudah seperti ini, aku tak
bisa lagi menolaknya. Sinar matanya yang penuh kepolosan itu selalu berhasil
menaklukanku. Sampai detik ini, dua tahun sudah aku bersamanya, dan selama itu
pula aku tak pernah menolak apapun permintaannya. Aku terlalu takut jika
melukainya. Dia, memang terlalu berharga untukku.
“Ne, tentu saja”
“Ahh, kau memang sangat baik! Gomawoyo, Jongdae-ya”
Senyum itu lagi. Ya tuhan. Engkau memang tidak salah mengirim
yeoja ini untukku. Senyumnya selalu bisa membuatku tenang. Aku menyukainya. Aku
mencintainya. Entah bagaimana nasib jantungku sekarang. Mungkin saja sudah
hilang dari tempatnya. Aku merasa jantungku berdetak cepat, serasa melayang.
Membuatku seketika berada di atas awan.
“Jongdae?”
Aku masih terpaku menatap wajahnya lekat. Sangat cantik.
Sekali lagi, aku harus bersyukur padamu tuhan. Kau benar-benar membuatnya
nyaris sempurna dimataku.
“Jongdae-ya, gwenchana?”
“Ah, ne.. aku tidak apa-apa”
“Kau aneh sekali! Apa musim dingin kali ini membuatmu sakit,
eoh?”
“Sudah kubilang, aku tidak apa-apa. Kau tak usah khawatir
seperti itu”
Aku melepas tangannya dari dahiku, lalu menggenggamnya lembut
–lama-. Dingin. Aku memejamkan mata sejenak. Mencium punggung tangannya dengan
lembut. Dan dingin itu kini merayap dipermukaan bibirku. Mataku beralih menatapnya
cemas.
“Tanganmu dingin sekali, kau tidak apa-apa?”
“Ne. Aku, tidak apa-apa”
Dia tersenyum lagi. Mau tak mau aku juga ikut tersenyum
meskipun rasa khawatirku masih terpeta jelas. Aku, takut kehilanganmu. Jung
Ilhye.
“Kau harus tetap bersamaku..”
---
December 25th 2010 – seoul, south korea
9.30 am
Seharusnya saat ini aku sudah berada digereja untuk berdo’a.
Tapi yeoja yang aku tunggu dari satu jam lalu belum juga datang. Rasa cemas
mulai menyergapku. Pasalnya, terakhir aku bertukar kabar dengannya kemarin
sore. Itupun hanya melalui telpon saja.
“Ilhye, sebenarnya apa yang terjadi denganmu? Mengapa lama
sekali”
Aku menggosok-gosok kedua tanganku. Angin musim dingin memang
sangat kejam. Aku memutuskan untuk masuk kedalam mobil saja dan segera menuju rumah
Ilhye.
“Ilhye, kau memang keras kepala! Ck”
Harusnya dia menuruti saja apa kataku. Sudah kubilang biar
aku menjemputnya, tapi dia malah memilih pergi sendiri dan bertemu ditaman ini
saja. Dan payahnya aku langsung tunduk akan permintaannya saat itu.
“Jung Ilhye. Kau benar-benar membuatku cemas. Dan kenapa
ponselnya harus mati? Argh”
Jalanan kota seoul saat ini penuh dengan tumpukan salju.
Terpaksa aku memacu kecepatan mobilku sedang.
Pagar berwarna putih didepanku nampaknya dikunci. Rumahnya
juga terlihat sepi. Aku memutuskan untuk keluar dari mobil, memastikan ada
orang atau tidak di rumah ini. Dengan sedikit berlari karena salju turun cukup
lebat pagi ini.
“Annyeong haseyo”
Tak ada yang menyahut teriakanku. Kuputuskan untuk menekan
bel rumahnya saja. Ayolah Jung Ilhye, jangan membuatku seperti ini.
“Annyeong haseyo!”
“Ne, Nuguseoyo?”
Aku tersenyum melihat seorang ahjussi –kelihatannya tukang
kebun dirumah Ilhye- berjalan kearahku.
“Aku Jongdae, ahjussi. Maaf, Ilhye ada?”
“Ah, tuan Jongdae ternyata”
“Ne. Ehm, apa kau tau ilhye dimana, ahjussi?”
“Nona ilhye? Apa tuan tidak tau sama sekali tentang nona
ilhye?”
“Tentang ilhye?, memangnya ada apa dengan ilhye?”
Aku berubah menjadi panik melihat raut wajah ahjussi
didepanku yang berubah sedih. Semuanya bercampur aduk. Perasaanku tak karuan.
Tuhan. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada ilhye-ku?
“Nona ilhye, sudah meninggal tuan”
“APA?”
Jantungku seperti berhenti berdetak. Waktu seakan berputar
mempermainkanku. Aku hanya terpaku tak percaya. Ini benar-benar mimpi buruk!
Dan aku berharap ini hanya sebuah lelucon! Aku tertawa kaku menanggapinya.
Hatiku memberontak. Yah, ini semua pasti lelucon!
“Kau pasti bercanda ahjussi. Haha, ak.. aku tidak akan
percaya. Ini pasti lelucon ilhye kan, ahjussi?”
“Mianhae tuan. Tapi, ini memang kenyataan. Nona ilhye
meninggal kemarin malam. Beliau sakit. Pada saat dilarikan kerumah sakit, nona
ilhye sudah tak bisa bertahan lagi dan meninggal saat di perjalanan”
“Tidak mungkin! Ini tidak mungkin!”
Hatiku bergetar hebat. Perasaan
takut, sedih, kecewa, menyesal. Semuanya menjadi satu. Aku menangis. Air mataku
tak bisa lagi kuhentikan. Ini seperti ditampar sebilah kayu bekas terbakar.
Perih. Sangat perih. Kalian pasti tau rasanya, kehilangan orang yang paling
berharga. Orang yang paling kalian cintai. Ini begitu menyakitkan.
Kakiku melemas. Tubuhku perlahan
merosot dibalik pagar rumah ilhye. Memeluk lututku dengan bergetar. Aku tau
betul, sekarang ahjussi itu pasti tengah memandangku dengan iba.
“Tuan, ini surat yang sebelumnya
dititipkan nona ilhye kepada saya. Untuk tuan jongdae. Saya permisi tuan”
Aku masih terpaku menatap sebuah
amplop biru langit –warna kesukaannya- dengan nanar. Hanya sebuah surat? Bahkan
aku tidak ada disaat terakhirnya. Kekasih apa aku ini.
Aku menghapus kasar air mataku.
Lantas berdiri sekuat tenaga.
“ahjussi..”
Suaraku saja tak bertenaga sama
sekali.
“Ne, tuan?”
“Kau tau dimana ilhye dimakamkan?”
“nona ilhye dimakamkan di china,
tepatnya di beijing, tuan”
Tubuhku mematung seketika. China?
Dengan lunglai aku kembali kedalam
mobilku. Memacunya dengan kecepatan tinggi. Tak peduli jika detik ini juga aku harus
mati tergelincir ditengah jalan yang licin ini. Bahkan aku sangat berharap,
jika tuhan benar-benar mengasihaniku.
---
Aku sampai dirumah. Memasukinya
dengan tatapan kosong. Tidak ada siapa-siapa dirumahku. Biasanya aku akan
menghabiskan waktuku bersama ilhye disini. Tapi, sekarang? Ilhye sudah pergi
meninggalkanku. Selamanya. Aku tidak akan bisa lagi melihatnya. Senyumnya.
Sinar matanya. Pelukan hangatnya. Semuanya. Tuhan, aku membutuhkannya. Mengapa
kau dengan kejam mengambil seseorang yang paling berharga untukku?. Mengapa,
tuhan? Aku sendiri sekarang. Benar-benar sendiri.
Amplop biru langit. Aku teringat
surat itu. Surat terakhir ilhye untukku. Aku mengambilnya diatas meja. Membukanya
perlahan dengan tangan bergetar. Aku sempat menghela nafas berat sebelum aku
membacanya.
Annyeong Jongdae-ya ^^
Bagaimana kabarmu? Ku harap kau baik-baik saja.
hehe.. aneh ya, padahal baru satu jam lalu aku bicara denganmu ditelpon. Tapi, aku sudah sangat merindukanmu lagi. Hah, aku memang sudah sangat jauh mencintaimu, jongdae.
Apa kau juga sama sepertiku?
Bagaimana kabarmu? Ku harap kau baik-baik saja.
hehe.. aneh ya, padahal baru satu jam lalu aku bicara denganmu ditelpon. Tapi, aku sudah sangat merindukanmu lagi. Hah, aku memang sudah sangat jauh mencintaimu, jongdae.
Apa kau juga sama sepertiku?
“Ne, aku juga sangat mencintaimu.
Jauh lebih mencintaimu”
Air mataku kembali jatuh. Aku tau
aku sangat cengeng. Aku benci jika harus menangis seperti ini. Tapi, kali ini
saja. Biarkan aku menangis. Menangis sampai aku merelakannya pergi. Walaupun
yakin tidak akan pernah bisa. Sampai kapanpun.
Aku melanjutkan membacanya lagi.
Aku juga berharap kau tidak sedang
menangis jongdae. Akan sangat aneh jika melihatmu menjatuhkan air mata hanya
karena aku :p
Jongdae. Aku merasa waktuku tidak banyak lagi. Aku sakit jongdae. Aku sudah terlalu lelah untuk hidup jika sangat menyiksa seperti ini. Meskipun aku sangat berat meninggalkanmu. Tapi, aku kasihan dengan tubuhku sendiri yang setiap minggunya harus menerima berbagai zat kimia yang dokter-dokter itu suntikan pada tubuhku T^T.
kau harus mengerti jongdae. Sekarang aku memang tidak lagi sama denganmu. Tapi aku masih akan tetap mencintaimu. Selalu mencintaimu.
Jongdae. Aku merasa waktuku tidak banyak lagi. Aku sakit jongdae. Aku sudah terlalu lelah untuk hidup jika sangat menyiksa seperti ini. Meskipun aku sangat berat meninggalkanmu. Tapi, aku kasihan dengan tubuhku sendiri yang setiap minggunya harus menerima berbagai zat kimia yang dokter-dokter itu suntikan pada tubuhku T^T.
kau harus mengerti jongdae. Sekarang aku memang tidak lagi sama denganmu. Tapi aku masih akan tetap mencintaimu. Selalu mencintaimu.
Dari, yang mencintaimu~
Jung Ilhye ^^
---
Kuremas surat itu. Aku marah. Aku
marah pada diriku sendiri yang selama ini tidak peka terhadapnya. Selama ini
dia tersiksa. Selama ini dia sakit? Dan aku tidak tau sedikitpun mengenai
penyakitnya! Kekasih macam apa aku ini? Tidak berguna!
Aku menangis lagi. Kurasa ini
adalah natal terburuk sepanjang hidupku. Dan natal berikutnya? Apa yang harus
aku lakukan? Aku tidak memiliki nafas lagi untuk ku lalui sepanjang tahun
berikutnya hingga natal. Jung ilhye. Dia nafasku. Nafasku sudah mati sekarang.
Dan aku tak tau bagaimana aku harus hidup tanpa nafasku lagi setelah ini.
###
December 29th 2012 – Beijing, China
9.00 pm
Disini aku sekarang. Di sebuah
tempat seperti safana dengan berbagai nama tertera pada nisan disetiap inci
tempat ini.
Didepanku, sebuah pusara dengan
nisan bernama Jung Ilhye. Yah, Jung Ilhye. Kekasihku. Dan akan selalu menjadi
kekasihku. Aku tersenyum membayangkannya mengenakan gaun putih tengah menatapku
dari surga sana.
“hei, jung ilhye. Apa kau sedang
tertawa sekarang? Kau benar-benar berhasil membuat hidupku sesulit ini”
Aku tersenyum miris. Dua tahun aku
hidup tanpamu. Melalui natal yang begitu menguras perasaanku. Kau tau, ini
sangat menyakitkan. Kau kejam sekali membiarkanku tersiksa selama dua tahun
ini. Dan sekarang aku ingin mengakhirinya ilhye. Aku memintamu menjemputku.
Aku sangat merindukanmu. Jung
ilhye. Aku, tak bisa lagi hidup tanpamu. Cukup, hanya dua tahun ini saja aku
hidup tanpa kehadiranmu, ilhye. Dan itu sangat menyiksaku.
***
Jongdae berlutut. Mencium nisan
kekasihnya –Jung Ilhye- lama. Dia tersenyum melihat sesorang bergaun putih
–bercahaya- tengah tersenyum kearahnya. Sosok itu mengulurkan tangan mungilnya
kearah jongdae, dan disambut hangat oleh tangan jongdae.
Dia berdiri, mensejajarkan tubuhnya
dengan sosok –bercahaya- didepannya. Lalu dengan lembut merengkuh sosok itu
kedalam dekapannya. Ini yang diinginkannya. Dia merindukannya. Sangat
merindukan sosok didekapannya kini. Jung Ilhye.
“kau benar-benar tak bisa hidup
tanpaku ternyata”
Ilhye tersenyum kecil.
Memperlihatkan pipi putih agak kemerahannya semakin merona. Tangannya mengusap
rambut namja didekapannya pelan.
“kau harus membayarnya nona jung. Kau
sudah membiarkanku hidup tanpa nafas selama dua tahun ini. Dan membiarkanku
sakit karena terlalu merindukanmu”
Ilhye tersenyum lagi. Sedikit
menjauhkan tubuhnya, yang membuat raut wajah namja itu kecewa. Tapi, hanya
sebentar. Bibir jongdae kembali tersenyum saat ilhye mencium pipinya lama.
Membiarkan wajah jongdae memerah.
“seharusnya kau tetap disini saja
jongdae. Masih banyak yang membutuhkanmu disini”
Tatapan mata ilhye berubah. Sedikit
tajam menelisik sepasang bola mata milik jongdae. Tangannya mengusap kedua pipi
namja itu. Sedetik kemudian tatapannya kembali melembut. Memancarkan sinar
kepolosan. Dan itu menjadi pemandangan paling indah bagi jongdae.
Jongdae tersenyum hangat. Dia menggelengkan
kepalanya pelan, seraya menggenggam kedua tangan milik ilhye erat. Sangat erat.
Tak akan pernah melepasnya lagi.
“aku tidak peduli dengan mereka. Yang
aku inginkan, hanya tetap bersamamu. Hanya itu”
“kenapa?”
“karena aku terlalu mencintaimu. Aku,
tidak bisa hidup tanpamu ilhye. Kau adalah satu-satunya sumber kehidupanku”
“aku, juga mencintaimu. Kajja, akan
kutunjukan tempat tinggalku yang sekarang. Kalau kau suka, kau juga bisa
tinggal bersamaku disana”
“Ne”
Mereka saling melempar senyum. Tangan
mereka menggenggam satu sama lain. Lalu menghilang bersama angin.
Yang tersisa kini hanya seonggok
manusia tak bernyawa disana, tengah tersenyum memeluk nisan ilhye. Seekor merpati
putih menyaksikannya. Betapa cinta mereka begitu kuat. Hingga tak dapat
terpisahkan. Hanya jangka waktu dua tahun. Dan penderitaan jongdae berakhir
hari ini. Detik ini. Dia menemukan lagi nafasnya. Itu artinya, kehidupannya
masih akan terus berlanjut. Walaupun dalam dunia berbeda. Asal bersama ilhye. Semuanya
akan terasa nyata.
***
“kau akan selalu menjadi nafasku..”
---
=END=

0 comments :
Post a Comment