[EXO FF] -Oneshot- I Need You

Saturday, 15 December 2012

[EXO FF] -Oneshot- I Need You




Title                       : I Need You

Author                  : kaiwifey

Cast                       : - Kim Jongdae (EXO-M)
                                - Jung Ilhye (OC)

Genre                   : Romance, Sad

Rating                   : PG 15

Length                  : Oneshot

Note                      : cerita ini murni hasil imajinasi saya. Semua cast milik tuhan kecuali other cast, tidak         nyata! maaf jika masih banyak typo atau ceritanya gak nyambung. Mengenai genre, aku pake romance terus._. itu semata karena aku sukanya bikin yang romance dan kebanyakan cerita yang aku buat sad-_- kekeke~ Mohon jangan ada plagiator disini! Kalo bisa setelah baca boleh minta sarannya! :) semoga kalian suka! gomawo~
Perhatikan tahunnya!
Perhatikan juga :              --- (jongdae POV)
                                         ### (flashback)
                                         *** (Author POV)

~Happy Reading~

 
=I Need You=

Deru nafas itu
Aku membutuhkannya
Aku menginginkannya
Senyuman itu
Aku telah jatuh cinta
Aku hangat disisinya
Dan aku menyukainya
Pelukannya
Semua yang ada pada dirinya
Tapi,
Mengapa dengan teganya dia meninggalkanku?
Menyakitiku hingga sesakit ini
Dan aku tak yakin dapat hidup lagi setelah ini

---

December 25th 2012 – Seoul, south korea
8.05 pm

Hari ini hari natal. Dan aku sama sekali tak berniat beranjak dari tempatku saat ini. Aku, sungguh merindukannya. Ini benar-benar menyakitkan. Sesesak inikah bila kita merindukan seseorang? Oh ayolah, untuk bernafas saja rasanya sulit.

 “Kau benar-benar menyakitiku..”

Aku meringis merasakan nada terlewat pilu yang kuucapkan sendiri barusan. Dan sudah kupastikan aku sangat menyedihkan sekarang ini. Ah, kau selalu saja membuatku seperti ini. 

“Kau masih tak berniat untuk kembali, eoh? Bahkan setelah melihat aku semenyedihkan ini?” 

Kutatap foto yang kugenggam. Wajah itu. Aku begitu merindukannya. Foto ini kuambil dengan ponselku beberapa tahun lalu. Dipertengahan tahun. Dan difoto ini aku dan dia benar-benar terlihat bahagia. Tapi, secepat itu dia pergi meninggalkanku.

Tes

Tes 

Pada akhirnya aku menangis lagi. Aku begitu cengeng untuk seorang laki-laki. Aku begitu lemah sekarang. Dan ini karenamu, Jung Ilhye.

###

December 23th 2010 – seoul, south korea
4.00 pm

“Jongdae-ya, untuk natal nanti kita pilih pohon natal yang berwarna putih saja, ne?”

Matanya berbinar penuh harap. Jika sudah seperti ini, aku tak bisa lagi menolaknya. Sinar matanya yang penuh kepolosan itu selalu berhasil menaklukanku. Sampai detik ini, dua tahun sudah aku bersamanya, dan selama itu pula aku tak pernah menolak apapun permintaannya. Aku terlalu takut jika melukainya. Dia, memang terlalu berharga untukku.

“Ne, tentu saja”

“Ahh, kau memang sangat baik! Gomawoyo, Jongdae-ya”

Senyum itu lagi. Ya tuhan. Engkau memang tidak salah mengirim yeoja ini untukku. Senyumnya selalu bisa membuatku tenang. Aku menyukainya. Aku mencintainya. Entah bagaimana nasib jantungku sekarang. Mungkin saja sudah hilang dari tempatnya. Aku merasa jantungku berdetak cepat, serasa melayang. Membuatku seketika berada di atas awan.

“Jongdae?”

Aku masih terpaku menatap wajahnya lekat. Sangat cantik. Sekali lagi, aku harus bersyukur padamu tuhan. Kau benar-benar membuatnya nyaris sempurna dimataku.

“Jongdae-ya, gwenchana?”

“Ah, ne.. aku tidak apa-apa”

“Kau aneh sekali! Apa musim dingin kali ini membuatmu sakit, eoh?”

“Sudah kubilang, aku tidak apa-apa. Kau tak usah khawatir seperti itu”

Aku melepas tangannya dari dahiku, lalu menggenggamnya lembut –lama-. Dingin. Aku memejamkan mata sejenak. Mencium punggung tangannya dengan lembut. Dan dingin itu kini merayap dipermukaan bibirku. Mataku beralih menatapnya cemas.

“Tanganmu dingin sekali, kau tidak apa-apa?”

“Ne. Aku, tidak apa-apa”

Dia tersenyum lagi. Mau tak mau aku juga ikut tersenyum meskipun rasa khawatirku masih terpeta jelas. Aku, takut kehilanganmu. Jung Ilhye.

“Kau harus tetap bersamaku..”

---

December 25th 2010 – seoul, south korea
9.30 am

Seharusnya saat ini aku sudah berada digereja untuk berdo’a. Tapi yeoja yang aku tunggu dari satu jam lalu belum juga datang. Rasa cemas mulai menyergapku. Pasalnya, terakhir aku bertukar kabar dengannya kemarin sore. Itupun hanya melalui telpon saja.

“Ilhye, sebenarnya apa yang terjadi denganmu? Mengapa lama sekali”

Aku menggosok-gosok kedua tanganku. Angin musim dingin memang sangat kejam. Aku memutuskan untuk masuk kedalam mobil saja dan segera menuju rumah Ilhye. 

“Ilhye, kau memang keras kepala! Ck”

Harusnya dia menuruti saja apa kataku. Sudah kubilang biar aku menjemputnya, tapi dia malah memilih pergi sendiri dan bertemu ditaman ini saja. Dan payahnya aku langsung tunduk akan permintaannya saat itu.

“Jung Ilhye. Kau benar-benar membuatku cemas. Dan kenapa ponselnya harus mati? Argh”
Jalanan kota seoul saat ini penuh dengan tumpukan salju. Terpaksa aku memacu kecepatan mobilku sedang.

Pagar berwarna putih didepanku nampaknya dikunci. Rumahnya juga terlihat sepi. Aku memutuskan untuk keluar dari mobil, memastikan ada orang atau tidak di rumah ini. Dengan sedikit berlari karena salju turun cukup lebat pagi ini.

“Annyeong haseyo”

Tak ada yang menyahut teriakanku. Kuputuskan untuk menekan bel rumahnya saja. Ayolah Jung Ilhye, jangan membuatku seperti ini.

“Annyeong haseyo!”

“Ne, Nuguseoyo?”

Aku tersenyum melihat seorang ahjussi –kelihatannya tukang kebun dirumah Ilhye- berjalan kearahku.

“Aku Jongdae, ahjussi. Maaf, Ilhye ada?”

“Ah, tuan Jongdae ternyata”

“Ne. Ehm, apa kau tau ilhye dimana, ahjussi?”

“Nona ilhye? Apa tuan tidak tau sama sekali tentang nona ilhye?”

“Tentang ilhye?, memangnya ada apa dengan ilhye?”

Aku berubah menjadi panik melihat raut wajah ahjussi didepanku yang berubah sedih. Semuanya bercampur aduk. Perasaanku tak karuan. Tuhan. Sebenarnya apa yang telah terjadi pada ilhye-ku?

“Nona ilhye, sudah meninggal tuan”

“APA?”

Jantungku seperti berhenti berdetak. Waktu seakan berputar mempermainkanku. Aku hanya terpaku tak percaya. Ini benar-benar mimpi buruk! Dan aku berharap ini hanya sebuah lelucon! Aku tertawa kaku menanggapinya. Hatiku memberontak. Yah, ini semua pasti lelucon!

“Kau pasti bercanda ahjussi. Haha, ak.. aku tidak akan percaya. Ini pasti lelucon ilhye kan, ahjussi?”

“Mianhae tuan. Tapi, ini memang kenyataan. Nona ilhye meninggal kemarin malam. Beliau sakit. Pada saat dilarikan kerumah sakit, nona ilhye sudah tak bisa bertahan lagi dan meninggal saat di perjalanan”

“Tidak mungkin! Ini tidak mungkin!”         
                  
Hatiku bergetar hebat. Perasaan takut, sedih, kecewa, menyesal. Semuanya menjadi satu. Aku menangis. Air mataku tak bisa lagi kuhentikan. Ini seperti ditampar sebilah kayu bekas terbakar. Perih. Sangat perih. Kalian pasti tau rasanya, kehilangan orang yang paling berharga. Orang yang paling kalian cintai. Ini begitu menyakitkan.

Kakiku melemas. Tubuhku perlahan merosot dibalik pagar rumah ilhye. Memeluk lututku dengan bergetar. Aku tau betul, sekarang ahjussi itu pasti tengah memandangku dengan iba.

“Tuan, ini surat yang sebelumnya dititipkan nona ilhye kepada saya. Untuk tuan jongdae. Saya permisi tuan”

Aku masih terpaku menatap sebuah amplop biru langit –warna kesukaannya- dengan nanar. Hanya sebuah surat? Bahkan aku tidak ada disaat terakhirnya. Kekasih apa aku ini.
Aku menghapus kasar air mataku. Lantas berdiri sekuat tenaga.

“ahjussi..”

Suaraku saja tak bertenaga sama sekali.

“Ne, tuan?”

“Kau tau dimana ilhye dimakamkan?”

“nona ilhye dimakamkan di china, tepatnya di beijing, tuan”

Tubuhku mematung seketika. China?

Dengan lunglai aku kembali kedalam mobilku. Memacunya dengan kecepatan tinggi. Tak peduli jika detik ini juga aku harus mati tergelincir ditengah jalan yang licin ini. Bahkan aku sangat berharap, jika tuhan benar-benar mengasihaniku.

---

Aku sampai dirumah. Memasukinya dengan tatapan kosong. Tidak ada siapa-siapa dirumahku. Biasanya aku akan menghabiskan waktuku bersama ilhye disini. Tapi, sekarang? Ilhye sudah pergi meninggalkanku. Selamanya. Aku tidak akan bisa lagi melihatnya. Senyumnya. Sinar matanya. Pelukan hangatnya. Semuanya. Tuhan, aku membutuhkannya. Mengapa kau dengan kejam mengambil seseorang yang paling berharga untukku?. Mengapa, tuhan? Aku sendiri sekarang. Benar-benar sendiri.

Amplop biru langit. Aku teringat surat itu. Surat terakhir ilhye untukku. Aku mengambilnya diatas meja. Membukanya perlahan dengan tangan bergetar. Aku sempat menghela nafas berat sebelum aku membacanya.

Annyeong Jongdae-ya ^^
Bagaimana kabarmu? Ku harap kau baik-baik saja.
hehe.. aneh ya, padahal baru satu jam lalu aku bicara denganmu ditelpon. Tapi, aku sudah sangat merindukanmu lagi. Hah, aku memang sudah sangat jauh mencintaimu, jongdae.
Apa kau juga sama sepertiku? 

“Ne, aku juga sangat mencintaimu. Jauh lebih mencintaimu”

Air mataku kembali jatuh. Aku tau aku sangat cengeng. Aku benci jika harus menangis seperti ini. Tapi, kali ini saja. Biarkan aku menangis. Menangis sampai aku merelakannya pergi. Walaupun yakin tidak akan pernah bisa. Sampai kapanpun.
Aku melanjutkan membacanya lagi.

Aku juga berharap kau tidak sedang menangis jongdae. Akan sangat aneh jika melihatmu menjatuhkan air mata hanya karena aku :p
Jongdae. Aku merasa waktuku tidak banyak lagi. Aku sakit jongdae. Aku sudah terlalu lelah untuk hidup jika sangat menyiksa seperti ini. Meskipun aku sangat berat meninggalkanmu. Tapi, aku kasihan dengan tubuhku sendiri yang setiap minggunya harus menerima berbagai zat kimia yang dokter-dokter itu suntikan pada tubuhku T^T.
kau harus mengerti jongdae. Sekarang aku memang tidak lagi sama denganmu. Tapi aku masih akan tetap mencintaimu. Selalu mencintaimu.

Dari, yang mencintaimu~
Jung Ilhye ^^

--- 

Kuremas surat itu. Aku marah. Aku marah pada diriku sendiri yang selama ini tidak peka terhadapnya. Selama ini dia tersiksa. Selama ini dia sakit? Dan aku tidak tau sedikitpun mengenai penyakitnya! Kekasih macam apa aku ini? Tidak berguna!

Aku menangis lagi. Kurasa ini adalah natal terburuk sepanjang hidupku. Dan natal berikutnya? Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak memiliki nafas lagi untuk ku lalui sepanjang tahun berikutnya hingga natal. Jung ilhye. Dia nafasku. Nafasku sudah mati sekarang. Dan aku tak tau bagaimana aku harus hidup tanpa nafasku lagi setelah ini.

###

December 29th 2012 – Beijing, China
9.00 pm

Disini aku sekarang. Di sebuah tempat seperti safana dengan berbagai nama tertera pada nisan disetiap inci tempat ini.

Didepanku, sebuah pusara dengan nisan bernama Jung Ilhye. Yah, Jung Ilhye. Kekasihku. Dan akan selalu menjadi kekasihku. Aku tersenyum membayangkannya mengenakan gaun putih tengah menatapku dari surga sana.

“hei, jung ilhye. Apa kau sedang tertawa sekarang? Kau benar-benar berhasil membuat hidupku sesulit ini”

Aku tersenyum miris. Dua tahun aku hidup tanpamu. Melalui natal yang begitu menguras perasaanku. Kau tau, ini sangat menyakitkan. Kau kejam sekali membiarkanku tersiksa selama dua tahun ini. Dan sekarang aku ingin mengakhirinya ilhye. Aku memintamu menjemputku.

Aku sangat merindukanmu. Jung ilhye. Aku, tak bisa lagi hidup tanpamu. Cukup, hanya dua tahun ini saja aku hidup tanpa kehadiranmu, ilhye. Dan itu sangat menyiksaku.
***
Jongdae berlutut. Mencium nisan kekasihnya –Jung Ilhye- lama. Dia tersenyum melihat sesorang bergaun putih –bercahaya- tengah tersenyum kearahnya. Sosok itu mengulurkan tangan mungilnya kearah jongdae, dan disambut hangat oleh tangan jongdae.

Dia berdiri, mensejajarkan tubuhnya dengan sosok –bercahaya- didepannya. Lalu dengan lembut merengkuh sosok itu kedalam dekapannya. Ini yang diinginkannya. Dia merindukannya. Sangat merindukan sosok didekapannya kini. Jung Ilhye.

“kau benar-benar tak bisa hidup tanpaku ternyata”

Ilhye tersenyum kecil. Memperlihatkan pipi putih agak kemerahannya semakin merona. Tangannya mengusap rambut namja didekapannya pelan.

“kau harus membayarnya nona jung. Kau sudah membiarkanku hidup tanpa nafas selama dua tahun ini. Dan membiarkanku sakit karena terlalu merindukanmu”

Ilhye tersenyum lagi. Sedikit menjauhkan tubuhnya, yang membuat raut wajah namja itu kecewa. Tapi, hanya sebentar. Bibir jongdae kembali tersenyum saat ilhye mencium pipinya lama. Membiarkan wajah jongdae memerah.

“seharusnya kau tetap disini saja jongdae. Masih banyak yang membutuhkanmu disini”

Tatapan mata ilhye berubah. Sedikit tajam menelisik sepasang bola mata milik jongdae. Tangannya mengusap kedua pipi namja itu. Sedetik kemudian tatapannya kembali melembut. Memancarkan sinar kepolosan. Dan itu menjadi pemandangan paling indah bagi jongdae.

Jongdae tersenyum hangat. Dia menggelengkan kepalanya pelan, seraya menggenggam kedua tangan milik ilhye erat. Sangat erat. Tak akan pernah melepasnya lagi.

“aku tidak peduli dengan mereka. Yang aku inginkan, hanya tetap bersamamu. Hanya itu”

“kenapa?”

“karena aku terlalu mencintaimu. Aku, tidak bisa hidup tanpamu ilhye. Kau adalah satu-satunya sumber kehidupanku”

“aku, juga mencintaimu. Kajja, akan kutunjukan tempat tinggalku yang sekarang. Kalau kau suka, kau juga bisa tinggal bersamaku disana”

“Ne”

Mereka saling melempar senyum. Tangan mereka menggenggam satu sama lain. Lalu menghilang bersama angin.

Yang tersisa kini hanya seonggok manusia tak bernyawa disana, tengah tersenyum memeluk nisan ilhye. Seekor merpati putih menyaksikannya. Betapa cinta mereka begitu kuat. Hingga tak dapat terpisahkan. Hanya jangka waktu dua tahun. Dan penderitaan jongdae berakhir hari ini. Detik ini. Dia menemukan lagi nafasnya. Itu artinya, kehidupannya masih akan terus berlanjut. Walaupun dalam dunia berbeda. Asal bersama ilhye. Semuanya akan terasa nyata.

***

“kau akan selalu menjadi nafasku..”

---
=END=



0 comments :

Post a Comment