[FF EXO] Daydream
Title: Daydream
Author : kaiwifey
Cast : - Kim Taeyeon (SNSD)
- Kim Jong In (EXO)
- Oh Sehun (EXO)
Length : Oneshot
Genre : Sad, Romance
Rating : PG 15
Note : Ini cerita murni hasil imajinasi author aka saya sendiri!! Happy reading!
Don’t be a Plagiator!
~Daydream~
Dengan egoisnya mereka mempermainkan perasaan
Memanipulasi pikiran, dan membuatnya seakan lupa
Sebenarnya siapa orang yang dicintainya?
###
"kau bisa menghubungiku setelah urusanmu selesai, ne?"
"ne. Memangnya kau mau kemana?"
"aku ke kantin sebentar. Hanya membeli minum"
Gadis didepannya mengangguk. Iris coklatnya memandang polos kearah sehun. Ketika tangan pria berkulit putih seputih susu itu membelai kepalanya lembut.
Iris coklatnya masih menatap- punggung pria itu.
Hingga sosok pria itu (sehun) menghilang dibalik tembok.
-sendu. Sebelum akhirnya dia masuk ke sebuah ruangan. Seketika matanya mendapati sebuah ruangan yang didominasi cat putih bersih. Juga beberapa benda berwarna senada.
Pupil matanya bergerak mencari seseorang disana. Nihil.
Dengan acuh kakinya berjalan lebih dalam menelusuri ruangan serba putih itu. Alih-alih menunggu. Seorang berseragam serba putih yang sedari tadi ditunggunya baru saja keluar dari balik sebuah pintu.
Sedikit terkejut. Sedetik kemudian tersenyum kearah gadis itu dan mempersilahkan duduk.
"selamat siang, taeyeon-ssi"
"selamat siang uisa-nim"
"maaf membuatmu menunggu lama. Aku baru saja mengambil data kesehatan Kim Jong In"
"ne, gwenchana. Bagaimana keadaannya?, tidak ada yang parah kan?"
"Begini-" kalimat dokter itu berhenti sejenak. Air mukanya berubah serius. Semakin memperjelas beberapa kerutan diwajahnya, juga kantung mata menghitam yang terlihat walau dibalik kacamata minusnya. Sudah semakin tua. Begitu juga dengan rambut hitam yang sekarang sudah menjadi uban di sebagiannya.
Taeyeon menghela nafas. Berusaha tenang, walaupun jauh di dalam hatinya merasakan ke khawatiran yang amat sangat.
"-dalam kecelakaan itu jongin mengalami benturan yang sangat keras di kepala bagian belakang dan membuat otaknya mengalami pendarahan yang parah. Selain pendarahan, ternyata benturan itu juga menyebabkan trauma pada otaknya. Dan seperti yang kau lihat pada saat jongin sadar. Dia tidak mengingat apapun, termasuk nama, dan juga dirimu”
Nafas taeyeon tercekat habis dikerongkongan. Dia memejamkan mata sejenak. Menetralisir hatinya yang mulai kalut. Sekeras apapun dia menepis segala kemungkinan buruk yang akan menimpa jongin, tetap saja hati kecilnya terusik dan gelisah.
“Dengan kata lain jongin mengalami amnesia. Aku sendiri masih belum bisa mengatakan dia mengalami amnesia sementara atau amnesia permanen. Kau bisa menemuiku lagi setelah beberapa hari kedepan. Kita lihat bagaimana perkembangan jongin"
Taeyeon hanya mematung mendengar penuturan Dokter Park. Otaknya sama sekali tidak bisa mencerna apa yang baru saja pria paruh baya itu katakan.
Semuanya berlalu begitu lamban. Tapi dengan cepat membuat jantungnya seakan berhenti berdetak.
"A.. apa ada kemungkinan untuk sembuh?"
Dengan air mata yang menggenang dipelupuk mata, gadis itu menatap Dokter Park. Seakan memohon. Pria bernama lengkap Park Hyunseong itu menghela nafas panjang. Menatap Taeyeon dengan iba. Tak ingin menggantungkan harapan yang bisa saja membuat gadis rapuh ini semakin merapuh.
"bisa saja, dengan mengikuti terapi. Juga mengenalkan kembali atau mengingatkan beberapa kejadian dimasa lalunya akan sedikit demi sedikit membuat kinerja otaknya bertambah dan merespon. Tapi, jangan terlalu memaksanya, karena bisa saja membuat kondisinya semakin memburuk."
Helaan nafas berat berhembus dari mulutnya, sedikit mengeluarkan uap (akibat dinginnya suhu disekitarnya). Pasokan udara seperti menipis mengikis dinding paru-parunya. Membuatnya seketika kering mengempis.
"ne. Ku mohon lakukan yang terbaik untuk jongin"
Pintu bercat putih itu menutup. Seiring dengan menghilangnya sosok gadis dengan iris coklat itu dibaliknya.
Sedikit limbung, kalau saja sehun tidak merangkul pundaknya.
"gwenchanayo, taeyeon-ah?"
"ne. Gomawo sehun-ah"
Sehun membantu taeyeon duduk disalah satu bangku dilorong rumah sakit. Pandangannya jelas menampakan kekhawatiran, apalagi setelah mendapati raut sendu dan beberapa jejak air mata di wajah taeyeon.
"apa yang dikatakan dokter?"
"antar aku ke ruangan Jongin, sekarang sehun-ah"
Tak mampu menolak. Seakan hidupnya memang diperuntukan untuk menuruti semua yang diminta taeyeon. Otaknya selalu merespon untuk mengatakan 'iya' walaupun mengakibatkan luka sayatan kecil namun rasanya sangat perih di dalam hatinya. Sejauh yang meminta adalah taeyeon.
Nyawa pun rela sehun tukarkan, semata-mata hanya untuk Taeyeon.
Mereka sampai di depan pintu bernomor 1412 . Pintu sebuah ruangan yang menyimpan tubuh Jongin dalam balutan berbagai alat medis (Walau tak sebanyak beberapa waktu lalu).
Sosok berkulit tanned itu masih tergeletak lemah di atas ranjang. Mengenakan pakaian pasien, dengan kepala dibalut perban putih cukup tebal. 9 hari sudah berlalu sejak kecelakaan itu terjadi. Dan tepat 4 jam yang lalu Jongin baru sadar setelah dinyatakan koma seminggu lebih.
Taeyeon menarik kursi di sebelah ranjang Jongin. Mengaitkan jari jemarinya di sela-sela jari jemari pria yang tengah tertidur pulas diranjang itu. Tak bisa dibendung, air mata taeyeon kembali merembes membasahi kedua pipi putihnya. Sesekali bibirnya menciumi punggung tangan jongin. Seolah sedang bermonolog dalam hati. Berharap jongin dapat merasakan apa yang dirasakan taeyeon saat ini. Meskipun, jika kelopak mata itu terbuka lagi hanya akan memandang taeyeon dengan ‘asing’ (seperti 4 jam yang lalu).
Sosok pria berkulit putih di belakang taeyeon hanya mampu menghela nafas sesak. Sehun masih berdiri disana. Menatap kedua sosok manusia didepannya sendu.
Apalagi melihat bulir-bulir air mata gadis dengan iris coklat yang semakin deras mengaliri kedua belah pipinya. Seakan dapat merasakan kepiluan yang dirasakan gadis itu (gadis ter-istimewa di hatinya), hatinya juga merasakan bagaimana perasaan Taeyeon saat ini. bagaimana rapuhnya gadis itu. Telinganya sakit. Seperti mendengar alunan melodi kematian saat suara isakan gadis itu menggema dalam gendang telinganya. Dan dia merasa sangat bodoh karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghapus air mata gadis yang begitu dicintinya itu.
‘Kalau saja tuhan mengizinkan, aku rela bertukar tempat dengan jongin. Asalkan tak ada lagi air mata dikehidupanmu, taeyeon’
===
Detik berlalu menjadi menit. Jam mulai berdenting menunjukan pukul 5 sore. Lukisan indah tuhan mulai membentuk warna senja kemerahan. Angin semilir menerobos masuk melalui celah-celah jendela yang sedikit terbuka.
Menerbangkan beberapa helai rambutnya yang tidak terbalut perban. Menggelitik bulu matanya agar kedua kelopak mata itu terbuka. Benar saja, tak sampai 5 detik kedua iris hitamnya menangkap ribuan bahkan jutaan cahaya yang masuk. Mengembalikannya ke dunia setelah beberapa jam terhempas ke alam mimpi. Tertidur.
Tangannya terasa berat. Dia sedikit menoleh dan mendapati sesosok gadis asing yang beberapa jam lalu sempat dilihatnya setelah sadar dari koma. Tangan mungil gadis itu menggenggam hangat tangannya. Nyaman.
Hanya saja dia tak mengingat apapun tentang gadis itu.
"jongin-ah?"
jongin mengalihkan pandangannya keasal suara. Walau agak heran, karena lelaki itu memanggilnya jongin. Tapi, tidak mungkin pria berkulit putih didepannya memanggil orang lain. Karena saat ini hanya ada pria itu dan dirinya, ah juga sosok gadis yang kini tengah tertidur.
Keningnya berkerut seperti sedang mengingat sesuatu. Nihil. Tak ada sedikitpun memori di ingatannya tentang wajah pria itu.
Sehun menghela nafas. Sekeras apapun menampik, kenyataan memang selalu menghapuskan segala harapan. Yah, satu harapan untuk mengembalikan senyum gadis-nya. Memang tidak mungkin.
Karena senyum itu.. hanya ada pada jongin.
"ah mianhamnida. aku Oh Sehun, teman taeyeon"
kening jongin kembali berkerut. Seakan mengerti, sehun menunjuk kearah taeyeon yang masih tertidur lelap dengan tangan yang masih menggenggam tangan jongin.
"gadis itu. Dia bernama taeyeon"
"oh, dia bernama taeyeon?. Kau tadi memanggilku.. Jongin?"
Sehun mengangguk. Jongin tersenyum samar. Kepalanya sedikit pusing.
Yah satu yang diingatnya. Namanya adalah jongin. Kim Jong In.
===
Hari-hari berlalu. Tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Setiap siang dia akan berkunjung ke rumah sakit yang sama. Nomor kamar yang sama. Kamar jongin.
Walaupun keadaannya sudah membaik. Tapi taeyeon dan sehun masih menjadi dua sosok manusia asing dimatanya. Sekeras apapun berusaha, jongin tetap tidak mengingat apapun tentang mereka.
"taeyeon-ah. Aku rasa akan sia-sia. Sejauh ini masih belum ada perkembangan apapun dari jongin.
Dia masih belum bisa mengingat kita"
Sehun menghela nafas lelah, diliriknya Taeyeon yang masih bergeming. Tak dipungkiri saat ini sebagian hati taeyeon terasa hampa. Tak ada lagi jonginnya. Dan kenyataan itu memang menamparnya telak. Seakan membombardir segala pertahanannya dan pada akhirnya akan kembali menyerah akan takdir.
"tidak apa sehun-ah. Kita hanya kurang berusaha. Sedikit lagi. jongin pasti akan bisa mengingat kita kembali"
Ironis. Dapat berkata seperti itu untuk meyakinkan orang lain, sementara dirinya sendiri merasa kelimbungan mencari kata yakin dihatinya.
"yah, sedikit lebih berusaha lagi. Jongin pasti akan mengingatmu lagi, taeyeon."
Sehun berkata lirih. Sorot matanya sendu. Seperti ada sebelah pisau yang mengoyak hatinya. Sakit. Membayangkan jika suatu saat nanti jongin akan mengingat taeyeon kembali. Melanjutkan kisah cinta mereka. Dan menghempaskan dirinya lebih jauh dari mimpi indahnya. Mimpi dan hanya akan menjadi mimpi untuk bisa menyentuh hati taeyeon.
===
Ruangan serba putih itu masih sama. Penghuninya juga masih sama. Tak ada perubahan sama sekali.
Hening.
Tak ada lagi yang memulai percakapan. Suasana canggung kini mendomonasi. Setelah beberapa saat perkataan jongin mampu membuat sehun melayang-
"sehun-ssi, kau tau? Kau dan taeyeon-ssi sangat serasi. Aku berharap kalian akan menjadi sepasang kekasih."
Sehun tersentak. Begitu juga dengan taeyeon.
Jongin hanya mengulas senyum tipis. Jauh dalam hatinya ada perasaan yang amat sakit menderanya. Dia tidak mengerti. Saat semburat merah muda terlihat jelas di wajah sehun. Membuat dadanya bergemuruh.
Diliriknya taeyeon hati-hati. Entahlah. Pandangannya mengosong saat menatap kedua manik mata milik taeyeon. Menyelaminya lebih dalam. Sorot mata sendu yang memperlihatkan kesakitan. Seolah mengerti apa yang taeyeon rasakan, jongin hanya mampu menahan buliran air matanya agar tak jatuh, saat rasa rindu itu kini menguasai hatinya.
"kau salah jongin-ah. Sehun hanya temanku. Hanya akan menjadi temanku"
-sepersekian detik kembali menjatuhkannya ke dasar bumi. Menelan pahit kenyataan yang memang tidak bisa dirubah. Camkan, tidak akan pernah bisa.
Oh sehun bodoh! Apa yang bisa kau harapkan, hah?
===
Senja berikutnya. Keadaan jongin semakin membaik. Saat ini taeyeon tengah berada di depan ruangan Dokter Park.
Masih ditemani sehun. Kali ini sehun juga akan ikut kedalam. Hanya memastikan kondisi jongin.
Ruangan bercat putih bersih kembali didapati taeyeon sesaat setelah memasuki ruangan itu. Disambut oleh Dokter Park dengan senyum ramahnya.
"silahkan duduk taeyeon-ssi dan-"
"sehun"
"ah, ya sehun-ssi silahkan duduk"
"bagaimana perkembangan kesehatan jongin? Apa masih ada harapan untuknya mengingat masa lalunya?"
Dokter Park bergeming. Mengenakan kacamata minusnya serta membuka map dihadapannya.
"seperti yang aku katakan saat itu, amnesia yang dialami jongin bisa saja amnesia sementara ataupun amnesia permanen. Dan setelah melihat perkembangannya beberapa hari ini, kurasa jongin mengalami amnesia permanen."
DEG
Sakit. Seperti ditampar cambuk. Perih. Bagai luka menganga yang tersiram air garam.
"dan itu sangat jelas. Karena sampai saat ini, dia masih belum bisa mengingat apapun di masa lalunya. Dan mungkin akan selamanya jongin tidak bisa mengingatnya lagi"
Satu lagi kenyataan yang membuat mereka semakin terhempas. Terlebih taeyeon. Entah bagaimana perasaannya saat ini. Air matanya tak kunjung jatuh meski matanya memerah seperti menahan tangis. Hanya menatap kosong lantai marmer di lorong rumah sakit.
Dan hal seperti itu yang semakin membuat hati sehun kembali tersayat. Menyakitkan.
===
Sudah diputuskan. Dirinya hanya sebagian dari masa lalu jongin. Untuk itu dia memilih membiarkan semua seperti ini saja. Tak peduli jika hatinya sakit. Sejauh itu dapat membuat hidup jongin bahagia. Terlepas dari bayang-bayang masa lalunya yang menuntut untuk diingat. Hanya akan menyakitinya lebih banyak.
Semuanya sudah beres. Barang-barangnya juga sudah tertata rapih didalam koper. 2 jam lagi.
Ditatapnya sebuah kotak di meja belajarnya. Yah, sudah dia putuskan.
Ting.. Nong
Setelah menghela nafas. Diambilnya benda kotak itu dan berlari menghampiri sehun yang dia yakini sudah menunggunya di depan sana.
Kamar nomor 1412 kini tepat beberapa senti di depannya. Dengan berat hati tangannya menyentuh handle pintu. Seketika hawa dingin menyapu telapak tangannya. Dengan hati-hati dibukanya pintu itu dan matanya langsung mendapati sosok Kim Jong In tengah terduduk di ranjangnya.
Seulas senyum diberikan jongin kepada taeyeon. Dengan ragu taeyeon membalasnya. Kembali melihat senyum jongin, membuat taeyeon meringis. Menahan dirinya agar tak memeluk jongin dan menangis disana.
"selamat pagi, jongin-ah"
"selamat pagi, taeyeon-ssi, sehun-ssi. Pagi-pagi sekali, ada apa?"
Taeyeon menekan dadanya perlahan. Berharap rasa sakitnya berkurang. Diseretnya langkah kaki mendekati jongin. Sedangkan sehun memilih diam di dekat pintu dengan ekspresi datar (seperti biasa).
"ini.. Ada sesuatu untukmu. Aku juga tidak akan lama. Dan.. Ini-"
Air matanya mengalir tanpa bisa dia tahan. Jongin sempat heran. Dan, perasaannya kembali kalut. Bahkan kali ini rasa sesak itu semakin kuat saat menatap iris coklat yang menatapnya terluka.
"aku.. Akan pergi ke jepang bersama sehun. Aku juga akan melangsungkan acara tunanganku disana dengan sehun."
Jongin mematung. Sebagian hatinya menolak. Tanpa bisa dibendung air matanya mengalir. Tangannya terkepal kuat meremas kotak pemberian taeyeon.
Hangat. Taeyeon memeluknya. Bisa dirasakan tubuh taeyeon bergetar menahan isakannya. Tatapan mata jongin kosong. Ada rasa tak rela dihatinya. Tapi, apa yang bisa dia lakukan?
Dalam saku celananya tangan sehun mengepal. Pisau itu kembali mengoyak habis isi hatinya. Dadanya bergemuruh. Bohong jika sehun mengatakan tidak cemburu. Kerena saat ini rasa cemburu itu telah menyelimuti hatinya.
"30 menit lagi pesawatnya akan take off. Kita bisa terlambat taeyeon"
Sehun seperti menutup mata saat melihat betapa terlukanya kedua manusia di depannya itu. Biarkan saja kali ini egonya yang berkuasa.
"ne"
Mata jongin menatap kosong pintu ruangannya yang menutup. Taeyeon sudah menghilang bersama sehun dibaliknya.
Dia menghela nafas Panjang. Ditatapnya benda kotak permberian taeyeon. Tangannya bergerak membuka kotak itu, air matanya kembali menetes saat mendapati berbagai foto mereka berdua, juga tulisan-tulisan kecil yang sepertinya ditulis taeyeon di balik foto-foto itu. Juga sapu tangan berwarna merah muda berinisial KJ untuk Kkamjong. Yah kkamjong. Nama kecilnya.
Sama persis dengan sapu tangan biru miliknya. Sapu tangan biru berinisial KT. Untuk Kim Taeyeon.
Dilihatnya foto itu satu persatu.
Foto pertama saat menginjak tahun pertama di SMA.
Ia tersenyum melihat foto itu. Dengan bibir yang melengkung sempurna membentuk senyum. Senyuman tulus seorang taeyeon. Jongin baru merasakannya, senyuman yang sangat dirindukannya, senyum yang begitu indah. Terlalu istimewa jika harus terhapus begitu saja oleh air mata. Air mata yang dia yakini disebabkan olehnya sendiri.
Tahun kedua di SMA. Aku menjadi pacar jongin.
Itu foto kedua.
Dia kembali tersenyum dengan air mata yang terus mengalir. Baiklah, dia merasa bodoh sekarang. Bagaimana bisa dia melupakan sosok gadis yang begitu dicintainya? Foto saat mereka saling merangkul saat membuat makanan didapur.
Foto saat dirinya mencium mesra pipi taeyeon.
Dan masih banyak lagi foto-foto yang lainnya.
Air mata jongin masih mengalir. Diremasnya dada kirinya. Sakitnya menjalar menusuk jantungnya. Seketika kepalanya terasa sakit. Diremasnya rambutnya. Berharap sakitnya hilang.
Arghh
Sedetik, dua detik, berbagai memori tentang dirinya dan juga taeyeon berputar diotaknya. Bagai sebuah roll film, yang memintanya kembali kemasa itu. Masa dimana dia bersama taeyeon. Yah, taeyeon kekasihnya.
Jongin memejamkan matanya. Menenangkan pikirannya. Menyesali semuanya. Kenapa baru sekarang dia mengingatnya? Kenapa setelah taeyeon pergi bersama sehun, dia mengingatnya? Dan hubungan itu harus kandas setelah 5 tahun jongin dan taeyeon bersama sebagai sepasang kekasih?.
Lebih menyedihkannya lagi, hubungan itu kandas sebelum adanya kata perpisahan.
"Aku sudah mengingatnya. Tapi kau malah memutuskan untuk bersama sehun?"
###
Dan semuanya berakhir tanpa tanggung jawab sang takdir
Menelannya dalam segumpal rasa sesal
Meski bukan salahnya,
Tapi takdir seakan menyalahkannya
Dan pada akhirnya hati itu memilih hati yang lain
THE END

hhuu T__T nge gantung .. tpi bagus thor
ReplyDeletemakasih chingu~ *bow ^^ mian kalo gak puas yaa, hehe :D jangan kapok loh baca FF saya xD
ReplyDeletesedihhhh
ReplyDeletesequel pliss