Terdengar seuntai nada mengalun indah di sebuah ruangan bergaya klasik ini. Bunyinya yang menggema di setiap ruangan ini membuat semua yang mendengar akan terhanyut kedalamnya, membawa si pendengar menjelajah bebas di setiap larik nadanya, menyayat, dengan nada-nadanya yang begitu apik terdengar. Samar-samar terdengar sahutan bunyi yang lain, hei tapi itu bukanlah suara musik. Bukan sama sekali. Melainkan bunyi derap kaki yang menghentak mengikuti irama musik klasik itu. Menyahut setiap hentakan-hentakan nada yang pilu itu. Menari dengan ujung kaki yang berjinjit, melompat dengan indahnya. Sempurna. Dengan wajah yang cantik, tubuh yag sangat ramping begitu terawat, di tambah dengan gerakannya yang sangat cantik. Menambah kesan anggun dan elegant pada dirinya. Sempurna.
Tapi tunggu! Apa kalian lihat? Apa kalian memperhatikannya? Kalo iya, apa yang kalian lihat darinya? Matanya yang membengkak, tatapannya yang tajam, melukiskan semuanya. Semua kesedihan, semua kepiluan yang melandanya! Dan kalian tau? Itu menandakan ia sangat dingin, mungkin saja dibalik kesempurnaanya itu ia begitu rapuh. Yah mungkin saja!. Hei kenapa kau gadis?. Gerakannya semakin lincah, menari, melompat kesana-sini, sesekali berputar dengan sempurnanya, tersirat penuh emosi disana.
***
Semua yang melihat itu pasti akan terkagum-kagum, betapa lihainya gadis ini, sangat menjiwai setiap gerakan yang ia ciptakan. Menikmati setiap nada yang mengalun, yang seakan bersua menyurakiya. Menertawakan dirinya. Ahh apa-apaan ini?. Matanya terpejam, mencoba menetralkan dadanya yang sesak, menghentikan euphoria masa lalu yang terus menyeruak semakin menjadi. Ingin menampis, tapi tetap saja hatinya berat, ia tidak munafik dengan cara menampis masa lalunya itu hanya saja, ini bukan waktunya semua terungkap! Ia tak siap jika harus kembali ke masa lalu yang sangat, sangat ia benci. Kenapa? Karena masa itu begitu penuh air mata. Menyedihkan. Sejurus kemudian ia membuka mata, ia tak ingin masuk lebih dalam ke masa lalunya itu. Walau di hatinya yang paling dalam ia begitu merindukan sosok itu. Pemeran lain dalam masa lalunya itu, tapi apa daya ketakutannya begitu besar. Tak mau masuk kedalam jurang yang sama lebih dalam, dan dalam lagi. Tidak.
Nafasnya sedikit tersenggal, ia mendekati tape musiknya itu dan mematikannya, lalu berjalan ke sudut ruangan itu dan memeluk lututnya dengan bungkam. Mencari dimana adanya kegelapan untuk ia bersembunyi, ia tak mau ada orang yang melihat ia serapuh ini. Meski ia yakin di dalam ruangan ini hanya ada dirinya seorang. Ia begitu takut, takut akan reputasinya sebagai cewek perpect akan hilang begitu mereka –teman-teman Ify- melihat ia menangis tersedu seperti ini. Menangis? Ya, ini hal yang paling ia benci. Menangis, hanya akan memperlihatkan kelemahannya. Menangis, hanya akan membuatnya di cemoohkan teman-temannya. Ia takut jika menangis semua akan menjauhinya, ia takut jika ia menangis semuanya malah akan semakin membuatnya terpuruk. Tapi kenapa? Kenapa air matanya itu sama sekali tak bisa di ajak kompromi saat ini? Meluncur begitu saja. Haahh ia terlihat begitu, ah ya begitu menyedihkan. Heii, kau ini kenapa ify! Move on, ia gak disini. Kembali ke ify yang biasanya. Ayo! Jangan nangis lagi fy, loe kuat. Rutuknya dalam hati. Sungguh ya, jika ingin menangis, ia bisa saja nangis kejer saat ini juga, di situ. Tapi ia tidak selemah itu.
Sungguh ia tak ingin mengingatnya, mengingat kejadian itu sama saja dengan membunuhnya perlahan. Kenapa? Karena setiap ia mengingat itu, nafasnya memburu, jantungnya berdetak tak beraturan. Ya, seperti saat ini. Ia terus menampisya, ia tak mau masa lalunya kembali dan membuatnya menjadi orang bodoh untuk yang ke dua kalinya, pikirannya dengan extra menolak semuanya! Tapi kenapa hatinya? kenapa dalam hati ia sangat berharap sosok pria itu kembali, ia sangat rindu senyumnya, wajahnya, ia sangat rindu akan dekapan pria itu, rindu akan semua yang ada pada diri pria itu. Dan ia tau semua itu terjadi karena kebodohannya, memutuskannya begitu saja tanpa alasan yang jelas. Hanya karena sahabatnya juga mencintainya. Bodoh, bodoh, bodoh. Lihat sekarang! Ia menangis bukan? Menangis karena kebodohannya.
***
Apa yang kalian rasa, ketika harus meninggalkan orang yang kalian cinta?
sakit?, yahh sangat sakit.
apa yang akan kalian lakukan, apabila berada dalam dua pilihan?
berlari?, itu yang ingin ia lakukan. Tapi kenapa? Kenapa semua harus terjadi padanya?
apa ada yang salah dengan perasaan ini?
kenapa sakitnya begitu nyata? Begitu membuatnya terpuruk.
apa seperti ini sakitnya sebuah pengorbanan?
setidaknya, ia bisa melihat sisi bahagia di sela kesedihannya.
apa seperti itu wujud pengorbanan?
bahagia melihat orang yang kita sayang bahagia. Maksudnya ikut bahagia? Meski sakit? Walaupun orang yang kita cintai itu juga sakit?
apa nantinya semua akan baik-baik saja? Merelakan orang yang ia cintai bersama orang lain, apa ia akan baik-baik saja? Mengingat yang terjalin antara mereka hanyalah kesemuan. Rasa yang dibuat-buat, keterpaksaan. Tidakkan ia egois? Dan sekarang itu yang ia sesalkan.
***
Pemuda ini mematung di ambang pintu sebuah ruangan, gedung balet. Kakinya kaku, tangannya terkepal kuat. Heii ada apa dengan pemuda ini?. Hatinya menangis. Apa? Menangis?. Ya pemuda ini menangis dalam diam, hatinya mencelos. Ahh ia tau, sangat tau. Gadisnya, mm maksudnya pacarnya ini sangat merindukan sosok pria lain, bukan dirinya. Yah ia tau. “ mhhhuhh.. ” ia menghela nafas berat, ada apa dengan dadanya ini? Rasanya sangat sesak, sesak melihat gadisnya menangis. Sedikit kaget memang, tapi inilah yang ia lihat, begitu nyata. Gadisnya yang selama ini kuat, tegar, ceria, walaupun ia tau gadisnya ini sangat dingin terhadap orang lain menangis?. Selama ini ia tak pernah melihat air mata dari gadisnya ini, sangat tidak pernah.
Perlahan namun pasti, ia berjalan mendekati gadisnya di sudut ruangan.Rupanya ify –gadis tadi- tak menyadari kedatangannya, atau mungkin ify sudah tak kuat menahan semuanya. Dan membiarkan pria ini tau, ia tak sesempurna apa yang selalu pria ini katakan. Tidak. Buktinya ia masih saja menelungkupkan wajahnya di sela kaki yang ia tekuk. Tak mungkin ia tak tau akan kehadiran pria ini, karena bunyi langkah pria ini terdengar di seluruh ruangan.
Pria tadi berjongkok menyamakan tunggi tubuhnya dengan ify yang masih tak bergeming. Suasana hening tercipta di antara mereka, hanya sebuah isakan kecil dari ify yang terdengar. Matanya sayu, dadanya semakin sesak, nafasnya memburu, semua menjadi satu, berkecamuk di hatinya. ia tak tega melihat gadis yang begitu ia cintai menangis, meski ia tau gadis ini dengan sekuat mungkin menahan tangisnya agar tidak pecah. Perlahan ia genggam tangan ify, erat semakin erat. Berharap ia akan ikut merasakan kesakitan yang ify rasa. Dengan pelan ify mendongak melihat dengan mata sayunya pria tampan di hadapannya ini, tak ia pungkiri pria ini begitu tampan. Pria yang selama hampir 2 tahun ini menjadi kekasihnya. Ingin rasanya ia mencintai pria ini, tapi apa daya seluruh ruang hatinya telah di tempati orang lain. Mungkin hanya sedikit saja tempat itu untuk pria ini. Sedikit. Ify tersenyum dan berkata.
“ aku gak papa ” seperti tau dengan apa yang pria ini pikirkan. Bagaimana tidak tau, ia bisa melihat jelas gurat kekhawatiran pada wajah tampannya itu. Ini yang membuat rasa bersalahnya semakin kuat. ‘ maaf ’ yah hanya itu yang selalu ia katakan, meski dalam hati. Ia tau pria ini sangat tulus, dan pasti pria ini juga tau bagaimana perasaan ify padanya. Tapi ia bertekad dalam hati, sampai kapanpun ia akan terus menjaga gadisnya, akan terus mencintai gadis ini, ia tak peduli dengan persaannya. Tidak sama sekali. Ia tak menuntut gadis ini membalas perasaannya, yang ia ingin hanya cukup dengan melihat gadisnya tersenyum ia turut bahagia, cukup dengan ia bisa melindungi gadis ini ia tenang, meski ia bukanlah orang yang merajai hati gadisnya ini tapi cukup dengan menjadi kekasihnya saja ia sangat bersyukur, walaupun sangat sakit. Tapi ia tak menghiraukan kesakitannya, yang ia himbau hanyalah terus membuat sejuta senyum tercipta dari bibir mungil gadisnya ini.
“ yaudah, kita langsung pulang? ” ia menjawab dan tersenyum hangat, seperti tak terjadi apa-apa sebelumnya.
“ iya, bentar aku mau ganti baju dulu ” ify tersenyum dan berlalu untuk mengganti pakaiannya. Dlam hati ia bersyukur tuhan telah memberikan pria yang sangat mulia, sangat mencintainya. Yah ia sangat bersyukur.
Tak lama kemudian ify selesai berganti pakaian dan berjalan ke arah kekasihnya dengan senyum yang sangat manis. Ia tau ia tak harus kembali ke masa lalunya, menanti seseorang yang pasti tak akan kembali. Mulai saat ini ia akan mencoba membuka hati pada kekasihnya ini. Harus.
“ yuk ” ajak ify, ia menggandeng lembut tangan kekasihnya itu dan berjalan keluar ruangan itu, masih dengan senyuman yang sangat tulus. Ia yakin pria ini mampu merebut hatinya kelak. Semoga.
Pria itu terkikik, dan mengacak rambut ify dengan gemas. Sungguh lucu sekali melihat wajah gadisnya manyun seperti itu. Begitu menggemaskan menurutnya.
“ iyel, rambut aku ” ify manyun semanyun-manyunnya, ia kesal karena rambut yang baru saja ia tata dengan rapi dirusak begitu saja oleh ‘ iyel ’ Gabriel.
“ hhaha, jangan manyun gitu ah, udah jelek tambah jelek tau! Sini aku beresin ” gabriel tertawa geli dengan sedikit meledek ify, lalu dengan lembut ia membereskan rambut ify penuh sayang. Dan ia yakin ify meraskan kasih sayangnya itu. Pasti. Ify hanya tersenyum simpul. Sungguh gabriel ini sangat tau cara mengibur ify. Sekali lagi ia bersyukur dalam hati.
“ kok kamu bilang aku jelek? Tapi makasih deh. hhehe ” kata ify sedikit kesal, tapi akhirnya ia kembali tersenyum kepada gabriel. Dan kembali berjalan ke arah parkiran tepatnya ke mobil gabriel.
Gabriel hanya membalas dengan sebuah anggukan dan tersenyum sangat manis. Senyum yang mampu meluluh lantahkan hati siapa saja yang melihat.
***
Mobil marcedes hitam milik gabriel melaju dengan kecepatan sedang, mengingat langit yang sedikit mendung padahal jam masih menunjukan pukul 1 siang dan hawa dingin semakin merasuk, ify sedikit menggosok-gosokan tangannya.
“ dingin yah? ” gabriel sedikit melirik ify yang berada di sampingnya.
“ huum.. dikit sih ” jawab ify
“ mau langsung pulang atau makan siang dulu? ” pandangan gabriel beralih menatap gadis di sampingnya.
“ hhm, makan dulu deh kayaknya, aku lapar banget soalnya ” ify menjawab dengan nada manja, yah inilah salah satu sifat yang di sukai gabriel. Sikap manja ify yang menurutnya sangat lucu.
“ yaudah, mau dimana? ” gabriel tersenyum dan membelai rambut ify dengan lembut.
“ hhm, gimana kalo di cafe Lavio? Katanya makannya enak2 lho ” ajak ify, telunjuknya ia ketukan di dagunya membuatnya seperti detektiv, pandangannya menerawang jauh. Mengingat menu-menu makanan yang ia suka. Membuatnya begitu sangat lapar.
“ oke tuan putri, kita tancap ” jawab gabriel, ia melajukan mobilnya ke arah cafe yang akan mereka tuju cafe Lavio. Cafe dimana banyak anak muda yang berkunjung, bukan hanya suasana yang sangat romantis, dan tempat yang begitu sejuk. Cafe ini katanya juga sering di sebut dunia anak muda. Kenapa? Karena di tempat ini begitu mementingkan selera anak muda, dan katanya di cafe ini juga mereka bisa membuat suatu permohonan, di mana mereka –anak muda- yang ingin hidup bahagia tanpa kesedihan bisa terkabul, hanya dengan menjatuhkan koin permohonan ke dalam kolam depan cafe itu. Mustahil bukan? Tapi apa ada yang salah jika mereka menginginkan itu? Rasanya tidak.
Setelah memarkirkan mobilnya, gabriel dan ify turun dari mobil dan berjalan kearah cafe tersebut, tak lupa ify menggandeng tangan gabriel lembut.
Sesampainya di dekat kolam, ify dan gabriel berhenti. Lalu ify mengambil sebuah koin dari dalam saku celananya. Gabriel hanya mengangkat alis, ia heran dengan ify. Apa yang akan gadisnya lakukan?.
“ kamu mau ngapain? ” taya gabriel bingung, setaunya ia tak melihat pengemis di sini. Lalu kenapa ify mengeluarkan koin?
“ aku mau buat permohonan, katanya kalo kita menjatuhkan koin di kolam ini dan membuat permohonan, maka permohona kita akan terkabul ” ucap ify dengan antusias. Gabriel hanya geleng-geleng, polos sekali gadisnya ini.
“ yaampun, ify, ify. Ini Cuma mitos sayang ” kata gabriel gemas. Ia mengacak pelan rambut ify. Ify hanya merenggut.
“ ihh iyel, pokoknya aku mau buat permohonan ” ucap ify keukeuh. Dengan pipi yang sedikit di gelembungkan, tapi tak lama ia memejamkan mata dan mengenggam koinnya itu, lalu dengan senyum yang mengembang ia jatuhkan koin itu ke dalam kolam.
“ iya deh, emang kamu buat permohonan apa? ” gabriel hanya pasrah, ia tak mau kalo pendapatnya terus ia tekan. Bisa-bisa ify ngambek, dan gabriel tak mau itu terjadi. Jangan sampai.
“ ada deh, rahasia. Masuk yuk ” ucap ify nakal, matanya mengedip genit. Lalu dengan lembut ia tarik lengan gabriel masuk ke dalam cafe. Gabriel hanya tersenyum melihat tingkah ify dan melangkah mengikuti ify.
***
“ Makasih ya yel ” ucap ify setelah tiba di depan rumahnya, ia tersenyum.
“ iya sama-sama princess, istrahat ya. Besok aku jemput kamu ” jawab gabriel tersenyum, membelai rambut ify dan mengecup kening ify. Kegiatan yang sangat rutin ia lakukan. Seperti ritual tersendiri bagi gabriel.
“ iya, hati-hati ” setelah menjawab, dengan kilat ify mencium pipi gabriel. Dan berlari ke dalam rumah, dengan semburat merah merona di pipinya. Meninggalkan gabriel yang mematung.
Sejurus kemudian gabriel tersenyum dan memegangi pipinnya, ini memang bukan pertama kalinya ify mencium pipi gabriel. Tapi tetap saja selalu dan selalu membuat pipi gabriel blushing. Lalu dengan senyuman yang sangat manis gabriel kembali ke dalam mobilnya, sebelum melaju ia merogoh handphonenya dan mengetik sms.
*
To : My Princess
Makasih ciumannya ^^ aku suka. Miss you :*
Sending_
*
Setelah terkirim, gabriel melajukan mobilnya. Kembali membelah jalanan kota jakarta, menuju rumahnya.
***
Di dalam rumah, ify berjalan menaiki anak tangga. Hatinya bahagia, ia sendiri tak tau dengan apa yang ia rasakan, pipinya memanas mengingat insident di luar rumah tadi. Ia bingung, tapi ada perasaan aneh menyelinap dihatinya, membuat rasa kaku yang selama ini merajai hatinya perlahan mencair. Apa iya, hatinya sedikit demi sedikit bisa menerima gabriel? Ahh semoga. Lamunan ify buyar seketika, merasakan getaran di saku celananya, menandakan ada pesan masuk di handphonenya. Ia lalu merogoh handphonenya, dan melihat kontak nama yang tertera di layar handphonenya dan tersenyum, lalu ia buka pesannya.
*
From : My Prince
Makasih ciumannya ^^ aku suka. Miss you :*
*
Ia tersenyum membacanya, pipinya mulai memerah, jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Dengan gerakan cepat ia membalasnya.
*
To : My Prince
Sama-sama ^^ hhihi. Miss you too :*
*
Singkat memang tapi ia sungguh bahagia menerima pesan dari gabriel, sampai-sampi pembantunya sendiri –bi minah- heran melihat nona majikannya seperti orang kesurupan gitu. Senyam-senyum sendiri.
***
Keesokan paginya.
Pagi ini matahari begitu cerah, tak ada sedikitpun awan yang menggumpal. Yang ada hanyalah langit yang biru membentang, bagai di laut lepas.
Nampaknya ify sudah rapi, dengan seragam kebanggaan sekolahnya SMA Sonata. Kemeja pendek berwarna cream muda, rok kotak2 selutut berpadu warna coklat tua dan cream, dengan almameter berlogo SMA kebanggaannya yang berwarna coklat tua, lengkap dengan dasi senada dengan warna almameternya. Di tambah rambutnya yang ia biarkan tergerai dengan bando warna putihnya. Sangat cantik sekali, seperti biasanya.
Setelah –menurutnya- perpect. Ia berjalan keluar kamarnya menuju ke ruang makan. Setelah meyapa ke dua orang tuanya dan kakaknya –alvin-, ify lalu duduk dan memakan roti selainya. Setibanya meminum susu, suara klakson mobil terdengar dari luar rumahnya, yang tak lain adalah gabriel. Dengan cepat ia meghabiskan sisa minumnya, tak mau membuat gabriel menunggu lama, ify lalu pamit kepada orang tuanya, dan kak alvin.
“ ma, pa, kak. Ify berangkat ya, iyel udah nungguin ” setelah menyalami mereka, lalu ify pergi menemui gabriel. Kekasihnya.
“ hati-hati sayang ” pesan mamanya
“ sippo maa! Daahh ” sahut ify, ia berjalan setengah berlari. Menghampiri gabriel yang sedang bertengger di badan mobilnya.
Senyumnya merekah mendapati gadisnya berlari kearahnya, lalu ia lepas kacamata hitamnya.
“ maaf nunggu lama ” ucap ify sambil tersenyum
“ ya, gak papa. Udh siap? Yuk ” ajak gabriel sambil tersenyum, lalu membukakan pintu mobilnya dan memperpersilahkan ify. Setelah memstikan gadisnya duduk lalu ia menutup pntunya dan setengah berlari ke pintu kemudi dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedikit tinggi, mengingat waktu yang sudah menunjukan pukul 07.35 pagi.
Sesampainya di sekolah, gabriel dan ify melangahkan kakinya di sepanjang koridor sekolah. Bergandengan tangan sangat mesra, membuat semua mata dengan terpaksa melihat adegan gabriel-ify di pagi hari ini. Iri? Yah iri, apalagi mereka berdua adalah salah satu dari -most wanted- sekolahnya.
Sesampanya di kelas ify. Yah seperti biasa gabriel selalu mengantarkan ify sampai kelas, menegaskan bahwa kekasihnya ini selamat sampai kelasnya XI 2 sedangkan kelas gabriel sendiri XI 1. Ya mereka berbeda kelas.
“ aku kekelas yah, belajar yang bener ” pamit gabriel, ify hanya tersenyum dan mengangguk.
“ istirahat nanti kamu mau latihan lagi? ” tanya gabriel, raut wajahnya sedikit murung. Ya ify harus latihan balet nanti jam istirahat, dan ia yakin seharian ini pasti waktunya berdua dengan ify akan berkurang lagi.
“ iya, jangan sedih gitu dong. Nanti pulang sekolah kan masih bisa ketemu ” jawab ify terkekeh, benarkah? Pangerannya ini tak mau sedikitpun jauh darinya?
“ oke, aku ke kelas dulu ya cantik ” pamit gabriel –lagi- sejurus kemudian gabriel lari sambil senya senyum gak jelas.
“ gabrieeelllllll ” teriak ify dongkol, bagaiman tidak! Sebelum gabriel benar2 pergi ia mencium pipi ify dengan seenaknya. Catat SEENAKNYA. Di depan umum lagi. Gabriel berbalik sambil menyeringai lebar dan mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya seakan berkata ‘ piss ’ lau berbalik lagi dan berlari menuju kelasnya. Dengan sedikit kesal ify memasuki kelasnya, tapi dalam hatinya ia senang bukan main.
***
Lagu When The Love Falls mengalun indah di ruangan yang sama. Ify dengan lincahnya menggerakkan tubuhnya, bergerak dengan cantik bagaikan angsa yang melayang di udara kala melompat. Seperti biasa sempurna.
Sepasang mata dengan teliti melihat pergerakan ify dari belakang. Ia tak sengaja melihat sosok gadis ini menari, sangat indah. Tadiya ia hanya sedang menyendiri di ruangan ini, tepatnya di pojokan ruangan. Earphone yang tadi menggantung di kedua teliganya perlahan ia lepas, ketika musik klasik itu mengalun. Ia sedikit tercekat melihat gadis ini, ia mengenal gadis ini, begitu rinduya ia terhadap gadis ini. Bahkan sangat. Ia memejamkan mata, mengingat gadis yang dulu begitu ia cintai sekarang menjadi milik orang lain, begitu pula dirinya. Kini telah bersama gadis lain, ia mencintai gadis itu, tapi dalam hatinya ia masih menyimpan harapan yang sangat besar pada ify. Ia ingat betul, bagaimana keika kata putus itu terucap dari bibir mungil ify dan mampu membuat hatinya hancur seketika. Tapi yang lebih sakit, ketika ia harus menerima kenyataan bahwa gadisnya dulu –ify- memutuskannya hanya demi seorang sahabat yang begitu mencitai dirinya dan sekarang resmi menjadi kekasihnya. Sivia. Ia sendiri menyayangi sivia, ia juga telah merelakan ify bersama gabriel, tapi kenapa? Rasa cinta itu masih saja terpatri untuk ify seorang, gadis yang dulu pernah menjadi kekasihnya.
Rio –pemuda itu- membuka mata, melihat gadisnya, ehm maksudnya mantan gadisnya. Yang sedang berlatih balet, ya itulah impian ify menjadi seorang balerina yang mendunia. Ia tau itu.
Sedangkan ify sendiri sangat terhanyut dalam alunan musik itu, mata yang terpejam, gerakan yang sangat cantik. Ya ia sedang berlatih balet. Kenapa? Karena ia di tunjuk bu winda –guru balet- di sekolahnya untuk mengikuti festival balet antar sekolah yang akan berlangsung beberapa minggu lagi.
***
Bagai aroma hujan
tak dapat di deskripsikan oleh kata-kata
melihat hidup dari dua sisi memang menyakitkan
tapi itulah pilihan
menekan rindu dalam hati
mengekang sejuta rasa haru dalam jiwa
melepasnya
bukan berarti ia tak berarti
justru ia sangat berarti
maka itu yang membuat dirinya menginginkannya
tugas kita?
hanya sebagai perantara antara mereka, menyatukannya
meski ia tau merpati jantan itu akan tersakiti begitupun dirinya
tetapi demi seonggok merpati lain, ia rela melepasnya
sampai akhirnya ada merpati jantan lain yang bersamanya
itulah hidup yag nyata, penuh dengan ketidak adilan
***
Masa itu dengan cepat menyeruak dalam hati ify, membuncah dalam memorynya. Dan ify tak sedikitpun ia meronta, tekadnya untuk tak lari dari kenyataan itulah yang membuatnya kembali memutar memory-memory indah bersama sebaris nada semunya. Sementara.
***
“ aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu, maukah kamu menjadi bagian dari serpihan hati aku? ” ucap seorang laki-laki bertubuh tinggi masih berseraga SMP, wajahnya berharap-harap cemas, tangannya menggenggam tangan mungil ify. Ify sedikit terperangah, orang yang ia cintai juga memiliki perasaan yang sama dengannya? Sejurus kemudian ia tersenyum dan menangangguk.
Wajah rio –laki2 tadi- tersenyum lega dan langsung memeluk ify dengan begtu hangat.
Di sisi lain, ada sepasang mata yang melihat adegan itu. Matanya penuh emosi, tangannya ia kepal kuat-kuat, hatinya menangis, ia begitu sakit. Tanpa sadar ia meninju tembok sebelahnya sampai tangannya berdarah, ia begitu emosi. Ia cemburu. Sejurus kemudian ia menatap mereka –ifyRio- lirih. Harapanya memang ada, tapi ketika semua itu sirna maka semua akan runtuh, hancur. Seperti hatinya.
***
Ify semakin menjiwai tariannya, mendalami lebih dalam lagu itu. Menghayati dengan seksama, meski dadanya sangat sesak mengingat kebodohannya. Walaupun begituia tak ada niat sedikitpun untuk berhenti.
Dan rio, ia meringis melihat gerakan ify. Hatinya mencelos hatinya merutuki dirinya mengapa ia dengan bodohnya menyanggupi permintaan ify. Dasar bodoh. Lagunya semakin menusuk, ia tak sedikitpun bergeming, hanya terpaku dalam diam. Rasanya ingin sekali mendekap gadis itu, meluapan rasa rindu ini.
***
Berlalu 2 bulan ify dan rio jadian, dan resmi menjadi kekasih. Ada berita yang membuat ify begitu bahagia, kenapa? Karena hari esok, sahabatnya yang berada di luar negeri akan pindah dan bersekolah di sekolah yang sama dengannya. Bahagianya ify.
Tapi, rasa bahagia itu tak bertahan lama, ketika sivia –sahabatnya- dengan terang-terangan mengaku bahwa ia sangat menyukai bahkan mencintai rio –kekasihnya-. Dan memang sivia belum tau, karena waktu kepindahan sivia, ify tak mengenalkannya pada rio. Dan setelah itu hubungan rio dan ify semakin merenggang, yang ia lakukan hanya menangis dan menangis, walaupun mereka berdua sangat tersiksa, tapi dalam hati ify ia bahagia melihat sivia bahagia. Tapi tidak untuk rio, walaupun kata putus belum terlontar dari mulut keduanya tapi inilah hidup, yang harus memilih. Dan ify memilih sahabat dan memutuskan rio.
***
Dada ify semakin sesak, hatinya sakit. Tapi walau begitu tak ada niat untuknya menghentikan euphoria masa lalunya yang merjainya sekarang. Menguasai setiap helaan nafasnya, menyadarkannya bahwa inilah takdirnya.
Rio mengepalkan tangannya, ia marah. Melihat ify yang sam sekali tak menghentikan permainannya, bukan marah pada ify. Tapi dia marah pada takdir, marah karena mengapa semua harus terjadi padanya. Dadanya juga sesak, tak ada air mata memang. Tapi entahlah bagai terkena kasima. Ia tak bisa apa-apa, ia hanya bisa membiarkan euphoria masa lalunya itu menjalar di setiap hatinya, membiarkan darahnya berhenti sejenak, membiarkan jantungnya berpacu. Jika boleh ingin sekali ia pergi berlari dan menghentikan permainan ify, tapi apa daya euphorianya menghipnotisnya, membuatnya kaku, lidhnya kelu. Ia hanya mampu mengalirkan air mata dari sudut matanya. Tunggu menangis? Rio menangis? Ahh begitu sakitkah hatinya?
***
“ fy, aku mau minta kejelasan akan hubungan kita ” ucap rio, ia memegang tangan ify. Dan menatapnya lembut.
“ maksud kamu? ” tanya ify, ia memang mengerti akan permintaan rio ini. Begitu mengerti. Tapi ada ketakutan disana, ia takut kehilangan rio, tapi memang benar bukan ia akan melepaskan rio dan membiarkan sivia yang memiliki rio.
“ jujur sama aku, kenapa akhir-akhir ini kamu jauhin aku? Dan seakan-akan kamu mendekatkan aku dengan sivia ” tanya rio tajam, tatapan lembutnya berubah menjadi tajam. Apa dia marah? Tentu saja, bohong kalo rio bilang ia tak marah. Ia tentu sangat marah, kecewa dengan ify, jika memang yang ia katakan itu benar.
Ify menggigit bibir bawahnya, mencoba menatap mata rio.
“ aku mau kita putus ” kata itu begitu menohok hati rio, ia tak menyangka ify setega ini. Memutuskannya tanpa alasan yang jelas. Rio menunduk sejenak dan kembali menatap ke dua manik mata ify, mencari kejelasan perkataan ify barusan. Tapi nihil ia tak mendapatkan jawaban yang ia inginkan, bahwa ify hanya bergurau. Tidak.
“ ka..kamu bercanda kan fy? Kau gak serius kan fy? ” tanya rio meninggi, ia cengkram kuat lengn ify dn menggucangkan tubuh mungil ify. Ify hanya menggeleng lemah. Ia tak mau menangis, ia tak mau terlihat lemah. Tidak mau.
“ aku serius, dan aku minta kamu jadian sama sivia ” tutur ify tenang, ia berusaha tegar. Berusaha yakin bahwa ia akan baik-baik aja. Ia tak mau ada tangisan disini, tak mau ada air mata untuk saat ini.
“apa? Kamu gila ya, aku gak cinta sama sivia ” rio terperanjat mendear penuturra ify, tak ia sangka ternyata ify meganggap perasaannya dapat di permainkan. Terlalu kamu fy.
“ please yo, demi aku. Kamu cinta sama aku kan? ” mohon ify, ia menangis. Air matanya tak bisa ia bendung lagi. Rio hanya mengangguk lemah, ia sayang sama ify, ia cinta sama ify sangat.
“ oke kalo mau kamu, aku akan lakuin ” ucap rio lirih, ia pasrah saja pada takdirnya. Ia tak tega melihat air mata ify, begitu berharga air matanya. Hatinya menangis melihat air mata itu, ia lemah bila melihat air mata ify. Tapi setelah itu ia rengkuh ify dalam dekapnnya, memberikan kehangatan untuk terahir kalinya. Sebagai perpisahan.
***
Tubuh rio beringsut menurun. Hatinya masih belum bisa menerima kenyataan ini,tak mungkin dengan mudahnya ia menerima semuanya, menerim sivia yang baru ia kenal menjadi putri di hatinya, meskipun sivia memiliki raganya tapi tetap saja hatinya masih untuk ify. Tak semudah itu. Hatinya masih begitu berat merelakan ify untuk orang lain dan harus menerima sivia di hatinya. Tak semudah itu. Ini semua terlalu sulit.
Dengan perlahan air mata ify merembes dengan deras, tapi ify tetap tak bergeming. Ia terus saja menari, mengikuti alunan lagu yang semakin lama semakin memilukan hati. Gerakannya semakin cantik, sangat menjiwai. Siapapun yang melihatnya, pasti akan menangis. Seperti hatinya.
***
Setelah putusnya rio dan ify, rio sudah menepati janjinya untuk meminta sivia menjadi kekasihnya. Dan tentu sivia menerimanya, tanpa tau masa lalu rio dan ify yang sebenarnya. Yang sivia tau rio dan ify hanya sebatas teman. Itu saja.
Semenjak itu ify menjadi orang yang pendiam, cuek, dan dingin, tak peduli sekitar. Tapi untuk gabriel itu suatu tantangan untuk merebut hati ify, ia yang sedari dulu mencitai ify tulus. Sungguh. Ia bertekad akan membuat ify menjadi seperti dulu, dan membuat ify melihatnya melihat perasaannya. Walaupun ia tau, perasaannya tak akan terbalas. Tapi ia ykin suatu saat nanti ify akan menerimanya. Pasti. Gabriel ify menjadi semakin dekat, begitupun rio dan sivia. Sampai akhirnya mereka lulus SMP dan melanjutkan ke SMA. Ternyata rio, ify dn gabriel satu sekolah di SMA Sonata, berbed dengn sivia. Ia lebih memilih bersekolah di SMA Binus. Sampai suatu hari gabriel menyatakan perasaannya. Dan ify menerimanya.
Hari ini gabriel mengajak ify jalan-jalan. Sesampinya di tempat tujuan, taman pinggir danau. Dengan lembut gabriel menggenggam tangan ify, ify diam saja. Lalu gabriel menatapnya lembut dan berkata.
“ fy, aku bukan orang yang romantis, aku Cuma mau ngungkapin perasaan aku sama kamu kalo sebenernya aku sayang sama kamu dari dulu dari aku SMP. Aku cinta sama kamu, aku mau kamu jadi belahan jiwa aku. Kamu mau nggak jadi pacar aku? ” tutur gabriel, wajahnya memucat, bukan karena sakit. Melainkan ia gugup ia takut ify menolaknya. Ify terperanjat, ia tak menyangka gabriel menyukainya, bahkan mencintainya. Gabriel baik, orang yang sangat pengertian, dewasa, tampan, salah satu the most wantednya sekolah mereka, pintar, manis sekali. Tapi perasaan ify masih untuk rio dan sepertinya akan tetap untuk rio. Tapi apa salahnya mencoba? Mencoba membuka hati, termasuk gabriel, tidak salah bukan?.
“ iya, aku mau kok yel ” jawab ify, ia tersenyum hangat. Mulai saat ini ia akan mencoba menerima gabriel, dan melupakan rio. Ya pasti bisa.
“ makasih fy ” senyum gabriel merekah, ia sangat, sangat bahagia. Sejurus kemudian gabriel memeluk ify, ify hanya tersennyum. Ada rasa bahagia d hatinya, ia sangat bahagia. Walaupun ia tak tau ini keputusan yang benarr atau tidak, yah setidaknya ia sedikit demi sedikit mampu melupakan rio. Semoga.
***
Lagu When the love falls, perlahan mulai habis. Dengan gerakan sempurna ify mengakhiri permainannya, ia tersadar bahwa sedari tadi euphoria masa lalunya itu merajai hatinya, bahkan mengendalikan jiwanya. Dengan lembut ia hapus air matanya, ia tersenyum. Dadanya sama sekali tak merasa sesak lagi, itu berarti ia sudah ikhlas akan takdirnya, ia bisa menerima bahwa rio bukan miliknya lagi. Ya.
Sama halnya dengan ify, rio pun demikian. Ia hapus air matanya, cengeng sekali dia. Ia kembali berdiri, dan tersenyum rasa sesaknya perahan mulai melega. Dan sekaerang ia tau akan takdir itu sendiri, maknanya begitu besar. Indah pada waktunya. Ya pasti. Ia percaya kata itu. Dengan langkah ringan rio melangkah ke luar ruangan itu, dan meninggalkn ify. Ify sempat melihat rio, dan ia tersenyum memandang punggung rio yang mulai menjauh itu.
Suara tepuk tangan terdengar jelas oleh ify. Ia membalikan badan dan melihat siapa yang datang, ia gabriel. Ia tersenyum, ia sangat bangga memiliki kekasih seperti ify. Sangat bangga. Perlahan namun pasti gabriel menghampiri ify sambil tersenyum, senyum yang sangat manis. Ia genggam lembut tangan ify. Ify tersenyum melihat pujaan hatinyan kini berada di hadapannya, jantungnya berdegup cepat, darahnya berdesir hebat, membuat semburat merah merona di pipinnya.
“ gerakanmu cantik sekali, aku suka ” ucp gabriel, senyumnya tak lepas, tak akan. Ify menunduk malu.
“ makasih ” jawab ify, jantungnya berdetak tak beraturan, entah kenapa ia menjadi gugup seperti ini. Dengan perlahan telunjuk gabriel mengangkat wajah ify, dan membuat ify mau tak mau harus menatap mata teduh milik gabriel.
“ iya, sama-sama cantik ” balas gabriel, tangannya membelai lembut wajah ify. Menatapnya dalam, sangat dalam.
“ iyel, I love you ” ucap ify tulus, ia memberanikan diri membalas tatapan gabriel, membuatnya semakin terhanyut. Ia tak menyangka kekasihnya ini mampu merebut hatinya.
“ me too, sayang ” jawab gabriel lembut, telunjuknya meraba bibir mungil ify, dengan perlahan wajah mereka semakin mendekat, dekat, dekat. Ify hanya pasrah dan menutup matanya, menetralkan degupan jantungnya, sedetik kemudian jarak mereka sudah terhapuskan. Lembut, lembab, basah, sangat penuh kasih. Dengan lembutnya bibir gabriel menyentuh bibir ify untuk kesekian kalinya, ya ini bukan yang pertama. Cukup lama mereka dalam posisi seperti ini, dan kemudian gabriel melepas kecupan hangatnya dan tersenyum.
“ makasih ” ucap gabriel menepuk pelan puncak kepala ify. Ify hanya tersenyum dan mengangguk. Sejurus kemudian mereka berdua pulang, meninggalkan ruangan klasik ini, membawa cinta yang sesugguhnya. Selamanya.
***