YOU STILL IN MY HEART
Aku, aku memang hidup serba berkecukupan. Ke dua orang tuaku adalah orang yang terpandang, aku juga memiliki sahabat yang begitu pengertian, baik, dan juga menerimaku apa adanya, juga yang selalu ada untukku, selalu siap mensupportku. Tapi mengapa, hidup ini terasa hampa ?.
Aku juga termasuk anak yang cerdas, baik, dan parasku pun lumayan cantik. Pandai bermain piano, bahkan sebagian alat musik lain, seperti biola, gitar, dan harmonika. Aku sangat bersyukur dengan talenta yang aku miliki. Tapi kenapa hidupku terasa kelam ?.
Aku memang tergolong sebagai anak yang paling beruntung dapat memiliki itu semua, mendapatkan kasih sayang yang lebih dari mereka, tentunya orang tuaku dan sahabatku. Tetapi mengapa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang belum aku miliki, cinta. Yah rasa cinta. Entah kenapa aku tak bisa mendapat hal yang satu itu. Hufth.
***
Pagi ini begitu mendung tak biasanya, pikirku. Yah seperti biasa, setiap pagi ku selalu menyibukan diri untuk mempersiapkan diri pergi ke sekolah, yah setelah libur panjang, akhirnya aku kembali ke sekolah. Tak terasa kini aku sudah SMA, senagnya !. berarti aku sudah dewasa.
Entah mengapa sejak tadi pagi hatiku begitu bergetar, apa yang terjadi padaku ?. ku lihat dia, seseorang yang terlihat begitu sempurna dimataku. Seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berkulit hitam manis. Entah mengapa aku begitu tertarik padanya.
Ohh tidakk… ia mendekat, ya tuhan tenangkan hati ini, jantungku berdetak kencang, memberontak rasanya seperti ingin keluar, matanya teduh, begitu nyaman menatapnya. Ya tuhan tolong hentikan waktu ini, sekejap saja. Ku mohon.
Ku tatap ia lekat, jantungku berdetak semakin cepat, hatiku begitu kacau, pikiranku goyah seketika, aliran darahku menjalar begitu cepat. Ya tuhan apa ini ?. apa mungkin ini yang namanya jatuh cinta ?.
Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang
‘SRETT’
Ia melewatiku ?, ‘DEG’ ya tuhan sakit rasanya. Ia sama sekali tak menoleh padaku ?, sekedar tersenyum pun enggan ?. saat itu pun hatiku begitu perih, ada kekecewaan tersendiri di hatiku, tapi entah apa itu. Detak jantungku seakan berhenti, sedingin itukah sikapnya ?.
***
Satu minggu sudah aku bersekolah di sekolah baruku ini, SMA tentunya. Begitupun dengan perasaan ini padanya rio. Yah rio, Mario Stevano Aditya Haling namanya. Dan semakin dingin pula sikapnya padaku, setiap berpapasan denganku tak pernah sekalipun ia tersenyum, selalu saja tatapan sinis yang ku terima, miris memang. Tapi walaupun seperti itu, aku tak pernah bosan, tak pernah mengeluh akan sikapnya, aku selalu bersabar, yah walaupun terkadang aku putus asa dan mencoba menghapus rasa ini tapi apa yang ku dapat ?, rasa ini semakin dalam padanya. Ohh tuhan apa ini takdirku ?, mengagumi tanpa dicintai ?. sungguh menyedihkan.
Siang ini seperti biasa ku selalu menyempatkan diri duduk-duduk di kantin sekolah, tentunya bersama sahabatku sivia. Hhm, sekedar mencuci otak yang habis di asah dengan berbagai mata pelajaran. Sungguh melelahkan.
“heii ify, melamun saja kamu” tegur sivia sedikit menepuk pelan pundakku, dan duduk disampingku dengan semangkuk baksonya. Yah dia sivia sahabatku sejak kecil.
Sontak aku menoleh ke arahnya, yah tentu saja aku sangat kaget.
“hha, eng..enggak ko via” ucapku terbata-bata yah sedikit kewalahan juga aku menjawabnya. Masa iya sih aku harus mengatakan pada sivia, kalau aku sedang memperhatikan rio yang lagi main basket ?. uppss !.
“hhaha, lucu kamu fy” tawa sivia.
Aku menatapnya dan mengerutkan kening, seakan bertanya ‘maksudmu ?’. sepertinya sivia mengerti akan maksud tatapanku, lantas menjawab.
“ahh, sudahlah lupakan” ujarnya lagi.
Aku pun kembali pada kegiatanku semula, yah tentu saja memandangi rio dengan tatapan sayu. Ya tuhan, akankah aku dapat memiliki hatinya ?. sedangkan sivia ?. sudah tenggelam pada rutinitas awalnya makan bakso.
***
Hari ini, kembali ku harus menelan kepahitan akan resiko rasa cintaku ini. Melihat ia dengannya, terlihat begitu nyaman sepertinya. Yah shilla, siapa yang tak mengenalnya ?, gadis cantik, bertubuh langsing, tinggi dan putih ini, juga tentunya gadis yang pintar, yah cukup terkenal seantero sekolahan. Sungguh beruntung bukan ?. terlihat begitu mesra menggandeng tangan rio, yah rio otang yang berhasil menyita perhatianku dan juga hatiku. Mereka begitu serasi. Sungguh.
Entah mengapa mataku panas, dadaku begitu sesak, tentu hatiku hancur melihat itu semua. Sesakit inikah patah hati ?. ohh tuhan tak bisakah kau hapus perasaan ini ?.
Perlahan air mataku turun, setetes demi setetes, semakin deras, melihatnya begitu menusuk ulu hatiku. Sakit ya tuhan. Saat itu pula aku berlari, berlari semakin kencang, menjauh sekedar menenangkan hati ini. Taman. Yah taman, itulah tempat tujuanku saat ini. Seperti yang ku tau sebelumnya taman ini begitu sepi, tempat yang memang tepat aku datangi saat ini. Ku luapkan emosiku disini. Berharap sakit hatiku akan sedikit berkurang.
Ya tuhan. Jika memang ini takdirku, mengagumi tanpa dicintai, aku ikhlas ya tuhan. Tapi ku mohon, sadarkan dia, betapa besarnya rasa cintaku padanya. Aku rela ia menjadi miliknya, tapi tolong tuhan buatlah ia menganggapku ada, merasakan adanya ragaku yang selalu ada untuknya.
“Arggghhh… apa aku salah memiliki rasa ini ?, apa aku seseorang yang begitu hina di matamu, sehingga dirimu tak pernah melihat diriku ada?. Tolong lihat aku, anggap aku ada. Aku tak peduli akan perasaanmu padaku, aku tak peduli. Yang ku mau hanya satu, anggap aku ada” teriakku, ahh lega rasanya. Tapi mengapa hati ini bertambah sakit ya tuhan ?. apa yang harus aku perbuat ?. beri tau aku !.
Cintaku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan
‘JDERRR’
Petirpun menggelegar mewakili betapa hancurnya hatiku saat ini. Hujan pun turun, membasahi belahan bumi pertiwi ini, seakan mengiringi kesedihan hatiku saat ini. Menangis. Yah menangis, hanya itu yang bisa aku perbuat. Berharap akan membuatku lebih baik.
***
Pagi ini begitu cerah, semua orang menyambutnya dengan senyuman. Tapi aku ?, sungguh memprihatinkan, dengan mata yang bengkak, wajah yang pucat, dan badanku yang terlihat begitu lemah, tak berdaya. Yah seperti keadaan hatiku yang masih sakit karenanya.
Ku lihat ia berjalan kearahku, tepat berhenti di depanku. Aku menunduk, aku takut akan tatapan matanya, begitu juga dengan jantungku yang berdetak begitu cepat, aliran darahku seakan bekerja extra di dalam tubuhku. Luka hati ini masih sangat membekas, aku tak berani melihatnya, tatapan matanya yang begitu tajam. Tuhan tolong aku.
“tolong, jangan terlalu memperhatikanku” ujarnya tajam tapi tetap dingin.
‘DEG’
Aku terdiam, ucapannya bagai jarum tajam yang menusuk ulu hatiku, sakit ya tuhan. Kata itu, sangat menyakitkan bagiku. Mataku terasa panas, buliran air mataku pun perlahan menetes, sungguh aku tak sanggup lagi membendungnya.
“hilangkan rasa itu” ucapnya lagi, nadanya sangat memaksaku.
‘DEG’
Untuk ke dua kalinya ia mengatakan kata itu. Kata-kata itu sangat sukses membuat tubuhku semakin bergetar, air mataku mengalir begitu saja, tapi ku coba menahan sakit ini, mencoba tegar. Tapi kenapa, begitu sakit ya tuhan. Apa dia tak pernah berfikir akan perasaanku ?.
“lupain gw” ucapnya kembali.
‘DEG’
Untuk kesekian kalinya kata itu terucap dari mulutnya. Ya tuhan hatiku panas mendengarnya, kata itu, sangat-sangat membuatku marah, kecewa, bahkan semakin sakit di hati ya tuhan. Teganya kamu mengatakan semua itu rio !. tapi, mengapa raga ini tak bisa memberontak ?. apa aku begitu sabar selama ini ?. sabar akan semua sikapnya yang tak pernah menganggapku, tapi rio ?, dengan mudahnya mengatakan semua itu. Menyuruhku menghapus rasa itu. Terlalu kamu rio. Aku terus menangis, tak peduli akan sorotan mata yang iba akan diriku.
Jiwaku berbisik lirih
Ku harus milikimu
‘PLAKK’
Ohh tuhan aku menamparnya ?. begitu menyayat hati melihatnya, ia ku tampar ?, ma’af. Tapi apa itu memang balasan yang setimpal untuknya ?.
“jaga mulutmu, kau memang sungguh tak berperasaan” ucapku, aku begitu emosi, aku marah, aku kecewa, aku sakit ia perlakukan seperti ini. Ya tuhan kuatkan aku menatap matanya.
“iya, aku memang tak punya perasaan. Justru itu, jangan menggangguku dengan adanya perasaanmu yang lebih padaku” ujarnya tajam, semakin sakit tuhan, tegarkan aku. Ya tuhan mata itu, mata yang begitu teduh, tapi mengapa terlihat kesedihan disana. Kenapa ?.
“kau memang sungguh bodoh, kau tak tau betapa ku mencintaimu ?. dengan gampangnya kau mengatakan semua itu ?. aku tak pernah menginginkan perasaan ini ada, aku tak tau mengapa rasa ini ada. Tapi apa aku salah memiliki perasaan ini ?. apa kau juga tak pernah mengerti akan perasaan ini ?, sakit io, sakit. Bahkan kata-katamu itu sangat membuatku sakit. Kau tau itu ?” tangisku, sungguh aku tak bisa menahan sakit ini. Perlakuannya sungguh sangat kelewatan.
Aku katakan semuanya, semua unek-unek yang Selama ini aku pendam. Cukup, cukup aku sakit dengan sikapnya padaku. Apa lagi ini, kata-kaya itu. Walau begitu singkat tapi membekas. Tuhan, bebaskan aku dari perasaan ini.
Aku kepalkan tanganku, mencoba mengatur emosiku. Sungguh aku lemah saat ini. Aku berlari, berlari dan berlari. Entah mengapa kaki ini tak mengeluh untuk aku bawa berlari, tak ada sedikitpun rasa lelah disana. Hanya sakit, sakit yang kurasa. Sungguh menyiksa tuhan.
‘BRESSSS’
Hujan turun lagi, mewakili segala kepedihan hatiku. ya tuhan. Begitu dalamkah luka ini ?, begitu pedihnyakah hati ini ?. Damn.
Ohh tuhan, penglihatanku kabur, kepalaku terasa berat, berat sekali. Ku rasa ada sesuatu yang mengalir dari hidungku. Oh tidak darah ?. mengapa ?, seketika semuanya berubah menjadi putihh dan gelap.
***
Ku buka mata ini, berharap semua yang ku alami itu hanya mimpi, mimpi buruk. Tapi begitu nyata. Putih ?, kulihat sekelilingku, serba putih. Tercium bau obat-obatan disana ?. dimana ini ?. ku lihat ia, wanita paruh baya yang sedang tertidur lelap. Yah dia mamaku.
“kamu sudah sadar sayang ?” Tanya mama padaku, ia menangis ?, apa yang terjadi ?.
“iya mah” jawabku, lemas sekali aku, sedikitpun tak bertenaga. Kenapa ini ?.
“aku dimana mah ?” Tanyaku pada mama. Ia mengelus lembut rambutku dan tersenyum padaku, senyum kepedihankah ?. tapi kenapa ?.
“kamu di rumah sakit sayang, penyakitmu kambuh. Dan kemarin kamu pingsan” jelas mamaku. Aku tersenyum kecut, sungguh memang aku di takdirkan hidup dengan penyakit ini. Yah tervonis kanker otak stadium akhir, 2 tahun lalu.
Aku terdiam tak membungkam. Ya tuhan apa ini akhir hidupku ?.
***
Hari ini aku pulang dari rumah sakit, sungguh lega rasanya, bisa terbebas dari ruangan yang begitu pengap akan bau obat-obatan. Sungguh menyesakkan bukan ?.
Satu minggu berlalu, aku tak bersekolah selama itu ?, yah tentu karena penyakitku yang kambuh. Sungguh aku merindukan sekolahku, sahabatku sivia, sudah lama rasanya aku tak bersamanya. Dan tentu dia, rio. Aku merindukannya, sangat merindukannya. Tapi apa mungkin ia juga merindukanku ?. ahh, kurasa tidak.
Aku bisa membuatmu
Jatuh cinta kepadaku
meski kau tak cinta kepadaku
“huhh” ku hela nafas panjang, mengumpulkan keberanianku. Aku memasuki gerbang sekolahku dengan senyuman, yah walaupun terlihat sangat dipaksakan.
Ku berjalan dikoridor sekolahku, suara itu memanggilku, aku mengenal suaranya, dia sivia. Sahabatku.
“ify…aku kangen banget sama kamu” teriaknya, ia lantas memelukku erat sekali, aku pun membalas pelukannya. Walau tubuhku masih sedikit lemah, tapi aku coba untuk tersenyum, bersikap seperti biasa dan menahan sakit dikepalaku, sepertinya kambuh lagi. Ya tuhan kepalaku begitu sakit, jangan sekarang tuhan, aku tak mau melihat sivia khawatir ya tuhan. Aku melepas pelukan sivia, aku kembali tersenyum paksa. Keringatku mulai membasahi pelipisku, kakiku melemah. Aku tak mau tuhan, jangan sekarang. Aku mohon.
“ify, kamu kenapa ?, kamu pucat sekali, apa kamu masih sakit ?” Tanya sivia sangat khawatir. Yah aku juga menyadarinya, wajahku semakin memucat, keringatku semakin banyak. Sakitnya pun sungguh ya tuhan, aku tak kuat.
“enggak kok vi, aku tak apa-apa, tenanglah” jawabku mengelak, sungguh itu sangat tidask benar, sakit sekali. Kepalaku semakin memberat. Ku harap tak ada darah kali ini. Semoga.
Aku dan sivia pun berlalu menuju kelas, sesekali ku gigit bibirku, menahan rasa sakit yang semakin menjadi. Disana aku melihatnya, tatapan sinis sangat terlihat dari raut wajahnya. Tatapannya untukku kah ?. kuatkan aku tuhan.
Beri sedikit waktu
Biar cinta datang karena telah terbiasa
Aku tersenyum kearahnya, walau miris tapi ku coba melupakan semuanya. Ku coba menepis perasaan ini, tapi tak bisa, jantungku kembali berdetak tak menentu. Sungguh tak kausa aku menahan semua ini, rasa sakit yang masih berbekas di hati, dan rasa sakit di kepalaku yang semakin menjalar ke seluruh organ tubuhku. Oh tidak tanganku kaku, sakit ya tuhan. Aku tak sanggup.
Aku berjalan mendekatinya, ku ulurkan tanganku, mencoba tersenyum. Ia terlihat bingung dengan sikapku. Ku tarik tanganku kembali, ku coba setegar mungkin mengatakan semua ini, ku rasa sedikit lagi darahku kan menetes dari ujung hidungku, jangan sekarang. Ku mohon. Batinku.
“selamat yah” ujarku, aku tersenyum padanya, mugkin untuk terakhir kalinya. Ku ucapkan kata itu dengan sekuat tenaga, mencoba setegar mungkin agar suaraku tak terdengar bergetar menahan tangis, dan aku berhasil. Tapi tidak tuhan, mata ini semakin buram, kepalaku sangat pusing dan berat. Darahku menetes ?. ohh tidak.
“untuk ?” tanyanya sinis, ya tuhann kuatkan aku.
Aku tersenyum getir, sedetik ku berbalik, mencoba mengusap darah yang mengalir dari hidungku. Segera aku berbalik lagi mencoba menatapnya dan kembali tersenyum. Mencoba setegar mungkin di depannya, tak ingin sedikitpun aku terlihat lemah di matanya. Seperti waktu lalu.
“karena kau berhasil membuatku sadar, betapa beratnya resiko akan jatuh cinta, harus mampu berkorban demi orang yang kita cintai bahagia, bukankah itu yang di namakan cinta yang tulus ?”. ucapku mencoba menjelaskan, aku sedikit menghela nafas. Dan melanjutkan penjelasanku kembali…
“dan aku sadar, aku bukanlah seseorang yang pantas untukmu, dan aku pun rela mengorbankan cintaku demi dirimu, demi kebahagianmu, aku ikhlas. sungguh”. ucapku terhenti, buliran air mata tak bisa ku tahan, begitu saja menetes. Ku hela nafas berat lagi, dan kembali melanjutkan penjelasanku.
“dan terimakasih, karena kau telah mengajarkanku bagaimana bentuk cinta, bagaimana indahnya mencintai, yah aku tau meski tak di cintai. Walaupun begitu aku tetap bahagia, dapat merasakan indahnya jatuh cinta dan karenamulah aku pun bisa merasakan sakitnya akan patah hati”. Jelasku kembali, air mataku terus mengalir tak dapat ku tahan, begitu sakit mengatakan semua itu. Dan untuk ke dua kalinya aku terlihat lemah di hadapannya, aku sungguh tak kuasa menahan semua ini.
Tubuhku lemas, seluruh tubuhku seakan kaku, darahku berhenti, detak jantungku melemah, kepalaku semakin berat, nafasku sungguh sangat sesak, dadaku perih, semuanya tersa sakit. Ohh tuhan beri aku waktu, sebentar saja. Ku mohon.
Aku berbalik dengan sekuat tenaga, ku berlari, tak peduli akan keadaan tubuhku yang kian melemah, darahku kembali menetes dari hidungku, aku menangis. Menangis dan menangis. Semua itu, rasa itu, apa akan berakhir ?. hidupku ?, apa akan berakhir saat ini juga ?. Ya tuhan aku tak siap. Sekejap semuanya berubah menjadi putihh setelah itu kembali gelap, sangat gelap. Dimana ini ?.
***
Simpan mawar yang kuberi
Mungkin wanginya mengilhami
Ku lihat mama, papaku menangis, di depan sebuah ruangan serba putih. Mengapa ?, apa yang terjadi ?. aku mendekat, orang itu yang berbaju putih dengan kacamatanya, terlihat memberi kabar pada ke dua orang tuaku, terlihat raut kesedihan pada orang itu, yah tepatnya seorang dokter itu. Kenapa ?.
Ku terus berjalan mendekati mama dan papaku, mencoba menenangkan mereka, tapi mengapa tak bisa ?, seperti ada dinding pembatas antara aku dengan mereka. Tapi apa ?. aku terus berjalan mendekat, tapi mengapa begitu jauh, bahkan semakin menjauh dari mereka. Terlihat seorang gadis berlari, memeluk mamaku, menangis, ia sivia sahabatku. Kenapa dengan sivia ?. ada apa dengan mereka ?.
Aku mencoba mendekat, dengan sekuat tenaga, akhirnya aku dapat mendekati mereka, sedikit lega rasanya. Aku tersenyum, senyum kepedihan, melihat mereka, ke dua orang tuaku dan sahabatku menangis, miris sekali, sakit melihat mereka seperti itu. Apa yang terjadi ?. aku tak tau. Aku telusuri arah pandang mereka, mengarah ke subuah ruangan. Terlihat seorang gadis terbujur kaku disana, para susterpun akan segera menutupkan kain putih pada jasadnya.
‘JDERR’
Ya tuhan, itu..itu aku ?. aku meninggal ?, oh tidak tuhan. Tolong bangunkan aku, siapa saja tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini, ini pasti mimpi kan ?. tuhan aku mohon, aku belum siap, aku tak sanggup meninggalkan mereka, mama, papa, sivia, dan rio. Rio laki-laki yang sangat aku cinta. Ku mohon tuhan.
***
Hari ini hujan turun sangat lebat, terlihat kerumunan orang mengelilingi segundukan tanah basah, pemakanku, yah pemakamanku mereka semua mengantakanku menuju peristirahatan terakhirku. Apa hujan ini mengantarkanku juga ?, tentu dengan berbagai kepedihan di masa hidupku. Hujan ini ikut menangis menyaksikan akhir hidupku. terlihat mama, papa, sivia, dan teman-teman sekelasku disana juga menangis, meratapi kepergianku ?. tuhan bangunkan aku !.
Sudikah dirimu untuk
Kenali aku dulu
Ia, ku cermati ia, seseorang yang menarik perhatianku, ia usap nisan yang bertuliskan ‘Alyssa Saufika Umari’ yah itu nisanku. Tunggu, ia menangis ?, ohh tidak rio. Tuhan aku mencintai rio, ku mohon bangunkan aku kembali, aku menginginkannya tuhan. Aku tak sanggup berpisah dengannya. Walau ku tau, meski aku masih hidup pun ?, tak akan membuat hatinya goyah, tak akan membuat perasaannya berubah, tak akan pernah membuatnya jatuh kepelukku. Tapi izinkan aku memeluknya tuhan. Sekali ini saja. Ku mohon.
Semua telah pulang meninggalkan aku, jasadku. Yah hanya jasadku, dan yakinlah roh ku akan tetap bersama kalian, aku akan tetap ada di hati kalian. Percayalah.
Tapi kenapa ia, rio sama sekali tak bergeming, tak sedikit pun merubah posisinya. Ia usap lagi nisanku, mengecupnya, di bawah rintikan air hujan yang semakin deras. Ia menangis lagi ?. tuhan, aku tak sanggup melihatnya menangis, hatiku sakit melihatnya tuhan. Ku coba mendekatinya, merengkuhnya, mencoba memberi kehangatan, dekapan pendamai, walau tak ia sadari. Tapi ku yakin ia merasakan kehangatan dekapanku. Semoga. Sungguh sayang, aku telah tiada. Tak bisakah kau ulang kembali hidupku tuhan ?.
Sebelum kau ludahi aku
Sebelum kau robek hatiku
Aku tersenyum, dan berbisik tepat ditelinganya.
‘aku akan tetap ada bersamamu, yakinlah. Tetapkan aku dihatimu, untuk terakhir kalinya ku meminta, berjanjilah. Ragaku memang tiada, tapi jiwaku akan selalu ada bersamamu. Percayalah. Jasadku memang terkubur, tapi hati dan perasaanku akan tetap untukmu. Percayalah Mario. I love you. You still in my heart’
Rio, ku lihat ia tersenyum. Dan berlalu meninggalkanku dengan segala kenangan pahit yang ku terima.
Aku bisa membuatmu
Jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta
Kepadaku
Beri sedikit waktu
Biar cinta datang karena telah terbiasa
TAMAT

0 comments :
Post a Comment