“-Cinta Ada Karena Harapan- (When the tempest testing) A Short Story”

Sunday, 2 October 2011

“-Cinta Ada Karena Harapan- (When the tempest testing) A Short Story”


Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan, malah semakin deras, sangat lebat. Hujan kian menangis, melukiskan kejenuhannya di muka bumi.
Seorang gadis terlihat meringkuk dipenjuru sebuah taman, ia bungkam. Hanya isakan kecil yang terdengar lirih. Menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya, berharap semua yang terjadi itu hanya mimpi, hanya kamuflase belaka.
Sudah sejak satu jam lalu ia seperti ini, menangis dibawah guyuran hujan. Yaah hujan, aah ia begitu mengerti akan perasaan gadis ini. ‘bodoh kau ify’ rutuknya dalam hati, ia mendongak lalu menatap air beriak yang kian menyerbu bumi itu dengan sayu..
“ hujan saja menertawakanku, hhaha ” ucapnya seraya tertawa miris, menertawakan dirinya sendiri. Sebodoh inikah dirinya? Bisa-bisanya ia dibohongi oleh pria macam dia. Aah sudahlah lupakan pria itu!
“ huffht ” ify menghela nafas berat. Sepertinya sesak didadanya tak sedikitpun berkurang, padahal biasanya setelah menangis semua akan normal kembali. Yah setidaknya tidak sesesak ini.
***
salahkah bila ia selalu berharap? Apapun harapan itu, mohon kabulkan.
***
Saat cahaya itu datang, menyerbu dengan semangat barunya. Akankah semua berlalu? Akankah hitam pekat itu terbang bersama angannya yang saat ini melayang? Jika iya, tolong jangan kembali.
Gadis ini tak henti-hentinya menebar senyum, senyum yang merekah dengan tulus. Nyata. Bukan samaran bukan pula topengnya. Yah seakan ingin memberi tau kesemua orang, ia sedang bahagia.
Malam tadi, pria pujaannya baru saja mengikrarkan sebuah pengakuan. Pengakuan yang membuat hatinya berbunga, membuatnya melayang hingga langit ketujuh. Mematahkan segala perihnya luka yang selama ini pria itu torehkan di setiap inci dinding hatinya, membuat luka menganga yang entah bagaimana bisa, hanya dengan sebuah pengakuan, luka menganga itu seakan tak pernah ada, merapat kembali.
“ aku menyayangimu fy ” ungkap seorang pria, tatapan matanya tajam namun terkesan lembut itu menatapnya dalam. Tatapan mata yang selalu membuatnya blushing, membiarkan getaran-getaran misterius itu menjalari tubuhnya, membuat rona merah jambu di kedua pipinya. Sungguh ia melayang dibuatnya.
“ ka.. kamu serius yo? ” kaget ify, entah sejak kapan angannya kembali melambung tinggi mendengar penuturan pria tadi –rio-. Memang tak ada yang istimewa, sama sekali tak ada yang romantis. Hanya ada cahaya bulan yang remang-remang menyinari mereka, bahkan menurut ify kali ini bulan tanpa bintangpun masih sangat indah. Seindah malam ini untuknya. Suasana alam di atas bukit menambah panorama kecantikan alam pada malam hari. Yah terlihat sempurna.
***
Tapi apakah harapan itu akan selamanya bersanding dengannya? Apakah prahara akan berdiam diri lantas menyerah membuat harapan yang telah melambung tinggi itu dengan sarkastisnya ia jatuhkan? Lihat sebarapa kuatnya harapan itu melayang?
***
Bagai pedal tak terkayuh, hanya diam bergeming. Skak mat! Semuanya berakhir, harapan yang ia rajut dengan penuh percaya diri, dengan segala pengorbanan ia pertahankan derajatnya. Tapi apa? Prahara nampaknya tak bergeming, ia menyelusup di setiap celah kosong itu. Menyelinap tak terduga, membuat luka menganga itu kembali terbuka, malah semakin menganga! Menyakitkan.
Hari ini, tepat tanggal 6 desember. Hari ulang tahun ify yang ke17. Dimana seharusnya berbahagia, tak ada duka, tak ada kegelisahan, hanya suka. Hanya kebahagiaan yang seharusnya ia dapat dihari specialnya ini, yang ia yakini sebelumnya akan menjadi moment tak terlupakan dihidupnya. Tapi sepertinya sumber kebahagiaannya malam ini tidak nampak!
“ heuhh ” ia mendesah kecewa. Sepertinya rio tidak datang.
“ Happy birthday ify, Happy birthday ify, Happy birthday, Happy birthday, Happy birthday ify ” koor semua tamu undangan. Dengan senyum getir ia mencoba menguatkan diri, mencoba sekali lagi mencari sang pujaan hatinya. tapi nihil ia tidak datang. Rio tak ada!
“ ayo fy, tiup lilinnya ” ujar sang mama, ify tersenyum, meski hambar. Sejauh ini ia terus berharap dalam hati ‘ semoga rio datang’ begitulah harapnya! Harapan? Bukankah harapannya akan segera mati ditelan pahitnya sebuah prahara? Astaga!
“ iya ma ” sekali lagi ia tersenyum getir, air matanya siap memproduksi cairan bening yang sedari tadi memberontak meminta keluar. Tapi sungguh bukan ia sok-tegar, hanya saja ia tak mau terlihat lemah di hadapan orang lain. Alasan yang klise bukan?
Ify memejamkan matanya, berdo’a dalam hati, meminta kepada tuhan. Mungkin bahasa gaulnya sekarang –make a wish- ia meyakini kegundahan hatinya hanyalah sejumput rasa yang hambar(?), perasaan yang tak berarti apapun! Iya yakin itu. Semoga.
***
Maaf ku telah menyakitimu
Ku telah kecewakanmu
Bahkan kusia-siakan hidupku
Dan ku bawa kau sperti diriku
Walau hati ini trus menangis
Menahan kesakitan ini
Tapi kulakukan Semua demi cinta
*( Kerispatih-demi cinta )*
***
Di bawah hamparan langit gelapnya, pria ini terus memetik gitarnya, ia mendesah panjang setelah selesai menyanyikan lagu itu. Yah ia sedikit menyesal, bukan menyesal karena saat ini ia tidak menghadiri pesta ulang tahun kekasihnya. Hanya saja ia tak mau, membohongi dirinya sendiri dan juga gadis sebaik ify, membuat semuanya terseret jauh dalam permainan sahabatnya itu. Tapi sungguh ada kebahagiaan tersendiri di hatinya. setelah –menurutnya- hatinya sedikit lega, ia kembali kekamarnya dan memilih untuk terlelap.
***
Pagi ini tak ada seberkas cahaya matahari setitikpun. Hanya ada segumpal awan hitam pekat. Yang siap kapan saja menumpahkan segala keluh kesahnya pada bumi.
Dan benar saja, setitik dua titik air tangisan alam ini membasahi peluh di bumi, sedetik berganti menjadi lebat. Mengguyur bumi tanpa ampun. Sama sepertinya, seorang gadis berdiri bersandar di tembok dekat taman belakang sekolahnya. Memang hari ini ia berangkat sekolah lebih pagi, tujuannya satu. Ia ingin menemui pujaan hatinya yang kini resmi menjadi kekasihnya. Tetapi niatnya diurungkan ketika melihat perdebatan dua orang yang sangat ia kenali.
Setetes air matanya meluruh, membasahi setiap sudut mata indahnya, kesakitannya begitu dalam. Kata-kata yang telak menohok tanpa ampun tepat di ulu hatinya. membuat denyutan yang luar biasa dihatinya, membuat dadanya mendadak sesak, tulang kakinya seperti di lolosi seketika. Membuatnya lemah. Dengan sedikit keras kedua lututnya bersimpuh di lantai, ia menggigit bibir bawahnya, menahan isakannya agar tak mengeras. Walaupun ia tau, sekeras apapun ia ingin menangis, tak akan ada yang dapat mendengar, bahkan jika ia mau ia bisa saja menangis kejer, seperti anak kecil yang merengek meminta mainan. Tapi itu sungguh tak bisa ia lakukan, ia tak ingin dianggap lemah, tak ingin di cap cewek manja yang cengeng. Tapi lihat sekarang? Ia menangis kembali. Aah lemahnya dia ini.
Kali ini saja, yah ia ingin ini yang terakhir dirinya menangis. Menumpahkan segala sakit hatinya dengan menangis, cukup sudah! Tak ada 30 menit berlalu dari kejadian tadi. Lagi-lagi hanya karena pengakuan dirinya seperti ini, pengakuan yang dulu sempat membuatnya melayang dan kini mendengarnya lagi, bedanya kali ini bukanlah pengakuan yang membuatnya melayang seketika, ini pengakuan yang sebaliknya membuatnya seperti jatuh kejurang tak berdasar. Membuat hatinya tersayat kembali, ditambah seperti ada yang menuaikan serbuk garam disetiap sayatannya, membuatnya tambah perih kesakitan
“ kenapa lo gak dateng tadi malam? ” tanya gabreiel langsung pada rio, nadanya sangat dingin. Tangannya terkepal kuat, kilatan matanya tajam menandakan kemarahan yang tertahan disana.
Rio tersenyum miring, sepertinya sebentar lagi ia akan mendapat hadiah dari sahabatnya itu.
“ penting buat lo? ” rio terkekeh pelan. Tapi sungguh jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia menyesal. Ia sungguh merutuki dirinya yang masih saja menuruti gengsinya yang kelewat itu, melihat kilatan marah di mata gabriel membuatnya ingin marah. Kenapa sahabatnya ini harus mencintai orang yang sama dengannya? Dan itu yang membuatnya hidup dalam kebohongan.
“ dia penting buat gue, dan apa lo lupa akan janji lo sama gue? ” suara bariton gabriel terdengar kembali, nadanya sedikit meninggi. Kemarahan yang ia tahan seakan tersulut dengan melihat senyum rio yang menurutnya mengejek itu.
“ penting buat lo, tapi enggak buat gue ” prok, prok, prok.. hati rio mencelos. Sungguh itu kata-kata yang 180 derajat berbeda dengan yang dikatakan hatinya! mungkin kalo ada nominasi(?) untuk pemeran antagonis terbaik, sudah pastilah rio ini memenangkannya dengan mudah. bukan hanya di sinetron bahkan dalam nyatapun dialah yang terjahat. Yah ia merasa menjadi orang paling jahat di dunia. Pertama, dengan membohongi hatinya sendiri. Kedua, menyakiti dan menuduh yang tidak baik terhadap perasaan seorang gadis yang benar-benar ia cintai. Ketiga, ia bodoh karena telah mengikuti permainan gabriel, padahal jika ia mau, ia bisa saja jadian dengan ify tanpa ada perjanjian sama sekali, toh memang ia sangat mencintai gadis itu bukan?. Dan mungkin kalau saja dia mengaku dari awal pada gabriel, bahwa dirinya juga mencintai ify, dan tidak meragukan perasaan ify kepadanya. Tidak akan seperti ini jadinya. Dasar bodoh!
“ kurang ajar ” geram gabriel.
Bukk! Satu pukulan mendarat di pipi rio, membuatnya tersungkur di tanah.
“ lo gak punya hati rio! Gua tau lo sayang sama dia iyakan? ” raung gabriel, ia marah. Sangat marah terhadap sahabatnya ini, walaupun ia tau ia sendiri juga mencintai gadis itu. Dan bukannya ia mengalah dengan menyerahkan ify pada sahabatnya itu. Tapi ia ingin rio sadar! Jika pandangannya kepada ify salah besar. Pandangan dimana ify yang ia cap hanya sebagai cewek murahan. Yang mengemis cintanya, ia berfikir ify mencintainya hanya karena harta, popularitas! Tidak. Rio salah besar. Ify begitu tulus mencintainya. Dan yang dilakukan gabriel bukan hanya itu tapi ia ingin berkorban demi kebahagiaan ify! Dan ia tau, ify akan bahagia bila bersanding dengan rio. Pria yang tulus ify cintai. Bukan dirinya.
Setelah puas memukuli rio, gabriel terduduk lemas di bawah guyuran hujan itu. Tagannya ia telungkupkan diwajahnya, ia ikut menangis dalam hati setiap melihat air mata ify terjatuh. Hatinya berdenyut menambah sakit di ulu hatinya.
Dengan gontai gabriel berjalan kearah rio, menatap rio dengan sayu. Berbeda dengan tadi. Lantas tersenyum getir, menahan sebulir air mata yang sedari dulu ingin ia jatuhkan.
“ please, buat dia bahagia. Gue yakin lo emang bener-bener sayang sama dia, kejar dia sebelum terlambat ” setelah menucapkan kalimat tersebut, gabriel melangkahkan kakinya meninggalkan rio yang diam tertegun. ‘gue yakin lo emang bener-bener sayang sama dia, kejar dia sebelum terlambat ’ kata-kata gabriel tadi terus terngiang di kepalanya. Membuat segurat rasa kecewa terhadap dirinya sendiri meluas.
***
ketika penyesalan menyapanya, menyelusup dalam hatinya, dan membuatnya mati rasa. Masih adakah harapan itu?
***
Penyesalan. Sebuah kata yang selalu datang di akhir cerita. Membuat setiap orang yang merasakan itu merasa sangat bodoh. Ia merindukan sosok itu! Gadis yang amat tulus mencintainya, ify. Seseorang yang selalu mengharapkan dirinya memiliki perasaan yang sama dengan gadis itu. Seandainya dari pertama ia menyadari, gadis ini begitu tulus mencintainya, seandainya ia tak menyia-nyiakan gadis itu. Seandainya, seandainya iyah hanya seandainya yang sekarang mampu ia ucapkan. Sekarang semua terlambat. Gadisnya telah pergi, meninggalkan negeri tercintanya ini dan memilih untuk melanjutkan sekolahnya di negeri paman sam itu. Amerika.
Ia sangat menyayangkan kata-kata gabriel, sahabatnya. Kalau saja ia tak menggunakan topeng di depan gadis itu, mungkin saja sekarang ia masih bisa bersama gadis itu. Tapi semua terlambat.
***
ketika sebuah harapan baru menyongsong, pasti akan ada prahara baru pula yang menguntitnya. Tapi sungguh bila yakin harapanmu itu akan terkabul. Maka yakinlah prahara akan lenyap, meguap membawa kisahnya sendiri. Dan membiarkanmu memilikinya.
***
Dua tahun lamanya ia meninggalkan indonesia, dan sekarang ia kembali. Kembali menyongsong harapan baru di negeri ini. Membuat permohonan baru untuk dtempuhnya nanti. Sebenarnya ia kembali ke indonesia, tetap hanya satu tujuan! Mencarinya, mencari seseorang yang sampai saat ini masih menjadi pangeran yang menempati tahta tertinggi dihatinya.
Hamparan danau indah membentang di hadapannya. Sebuah danau yang dulunya selalu menjadi tempat menangisnya, danau yang selalu membuat hatinya tenang saat gelisah, danau yang selalu menjadi saksi bisu ketika ia bercerita. Dan pastinya danau inilah yang paling berjasa dalam membantu beban pikirannya. Kurang lebih seperti itulah.
Saat sebuah tangan kokoh menepuk pelan pundaknya, mau tak mau ia harus mendongak dan melihat siapa orang yang berada di sampingnya kini. Ia tersentak, hatinya seakan kembali hidup, sekujur tubuhnya seakan membeku, darahnya mendesir hebat, detak jantung yang ia rasakan tengah bekerja diatas normal. Sungguh sensasi yang telah lama tak ia rasakan ketika bersama pria lain, terkecuali pria ini. Orang yang selalu membuat getaran misterius yang menjalar di seluruh urat syarafnya bekerja dengan extra, membuat nafasnya terasa sesak saking gugupnya. Siluet indah, pahatan maha sempurna sang pencipta terpeta jelas di wajah hitam manisnya, tatapan matanya yang tajam namun penuh kelembutan, senyum yang selalu terlihat manis, dan tampang rupawannya, masih sama. Masih seperti dulu, sewaktu terakhir kali ia melihatnya di taman belakang sekolah –walaupun dengan luka lebam di wajahnya dulu-. Walaupun begitu tetap saja rio terlihat tampan dimata ify, bahkan sempurna. Apalagi sekarang, dengan tubuh tegap yang kian tinggi, tangan yang lebih kekar, dan wajah yang semakin terlihat dewasa dari 2 tahun yang lalu.
Air mata ify yang tak sanggup dibendungnya lagi, mengalir begitu deras. Menumpahkan semua kerinduannya pada pria diampingnya ini. Sungguh rindu, sangat merindukan senyum dari pria hitam manis ini. Yah walaupun hanya senyum dingin yang selalu ia sunguhkn untuk ify. Tapi dalam hati ia bersyukur dapat melihat senyum itu lagi, dulu, sekarang dan selamanya. Dan ia yakin sekali rio mencintainya dengan tulus sekarang, bukan karena terikat janji dengan siapapun. Ify menubruk tubuh tegap rio, melingkarkan tangannya dengan erat di tubuh rio, menenggelamkan kepalanya di dada bidang pri ini, seorang pria hitam manis yang sedari dulu mencuri hatinya, yang dicintainya dengan tulus walaupun penuh dengan linangan air mata dan kesakitan luar biasa di hatinya. tapi lihat sekarang? Ia berhasil membuat rio juga mencintainya bukan? Yah walaupun memang pada awalnya rio sangat meragukan perasaan ify terhadapnya, dan dengan seenaknya menjudge ify yang tidak baik. Dengan perlahan tangan rio mulai membalas pelukan ify, rasa rindunya membuncah seketika, dipeluknya erat tubuh mungil ify, seakan tak ingin membiarkan ify terlepas dari dekapan hangatnya itu, tidak ingin menyakiti kembali hati gadisnya ini dan pada akhirnya akan meninggalkannya lagi. Tidak. Tidak akan pernah lagi. Rio berjanji pada hatinya, ia akan melindungi gadis ini, ia akan menjaga perasaan gadis ini, akan selalu membuat gadis ini nyaman berada disampingnya. Yah ia berjanji.
Cinta, ada karena sebuah harapan. Harapan yang senantiasa menghantarkan cinta pada si pemilik sejatinya. Tetapi harapan tanpa prahara akan terasa hampa, takkan ada penguji untuk menguji seberapa seriuskah harapan yang kamu inginkan. Seberapa layaknya cinta kamu menembus harapan, mematikan prahara itu sendiri dan mencapai kebahagian. Hanya akan ada kamuflase cinta yang hambar, hanya ada kepalsuan tanpa ada penataan untuk menjadikannya kenyataan.

THE END.

0 comments :

Post a Comment